Pada tahun 2023, terjadi peristiwa langka dan mengejutkan yang menyoroti dampak perubahan iklim terhadap es laut di Antartika. Para ilmuwan mencatat bahwa es laut di Antartika kehilangan sekitar 2,5 juta km² luasnya pada musim dingin tahun tersebut. Jika dibandingkan, Inggris raya memiliki luas wilayah 243.610 kilometer persegi sehingga 2.5 juta km² setara dengan 10 kali luas negara Inggris. Menandakan kehilangan yang sangat signifikan.
Perkembangan Historis Es Laut Antartika
Antartika merupakan benua paling dingin di dunia yang terletak di kutub selatan bumi. Benua ini jauh lebih dingin dibandingkan benua Artik dikarenakan geografisnya yang dikelilingi samudera. Sehingga arus laut maupun angin yang melewatinya lebih kencang dan dingin dibandingkan samudera Artik yang tak sepenuhnya dikelilingi lautan. Daratan yang dekat dengan artik dapat memperlambat arus laut dan angin yang membuatnya lebih hangat dibandingkan Antartika.
Pengamatan es laut di Antartika melalui satelit dimulai pada akhir tahun 1978. Sejak saat itu hingga tahun 2015, luas es laut Antartika secara perlahan dan stabil mengalami peningkatan. Namun, pada tahun 2017, luas es laut mencapai titik terendah dalam sejarah, dan beberapa tahun berikutnya diwarnai dengan penurunan yang relatif rendah.
Pada tahun 2023, es laut Antartika menyusut ke tingkat yang paling rendah dalam sejarah, dengan penurunan luas mencapai lebih dari 2 juta km² di bawah rata-rata. Penurunan ini sangat mencolok mengingat peningkatan stabil yang terjadi hingga tahun 2015, membuat penurunan yang mendadak ini semakin tidak terduga.
Analisis Model Iklim
Untuk memahami fenomena penurunan es ini, para ilmuwan menggunakan berbagai model iklim. Model-model ini membantu menganalisis perubahan es laut di masa lalu dan memprediksi perubahan di masa depan. Data luasan es laut di Antartika dihitung dari pengamatan satelit, khususnya data konsentrasi es laut bulanan NOAA-NSIDC dari tahun 1978 hingga 2023. Simulasi menggunakan model iklim digunakan untuk mensimulasikan peristiwa pengurangan es laut dan periode pemulihannya, serta menentukan kemungkinan dan dampak dari kejadian tersebut. Penelitian ini adalah pertamakalinya sejumlah besar model iklim digunakan sekaligus. Semuanya dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai peristiwa hilangnya es antartika pada tahun 2023 yang sangat jarang terjadi – anomali.
Simulasi yang dilakukan menunjukkan bahwa penurunan luas es seperti yang terjadi pada tahun 2023 adalah peristiwa yang sangat langka. Tanpa adanya perubahan iklim, peristiwa serupa hanya akan terjadi sekali dalam 2000 tahun. Namun, dengan adanya perubahan iklim akibat aktivitas manusia, kejadian langka ini menjadi lebih mungkin terjadi. Dalam simulasi model, setelah kehilangan sejumlah besar luasnya, es laut memerlukan waktu sekitar 10 tahun untuk pulih ke keadaan baru, dengan luas es yang lebih rendah sekitar 0,5–1 juta km² dibandingkan rata-rata sebelumnya. Sehingga dengan melihat kejadian serupa dalam model, para peneliti menemukan bahwa setelah kehilangan es yang ekstrem seperti ini, tidak semua es laut di sekitar Antartika akan kembali, bahkan setelah dua puluh tahun.
Dampak Jangka Panjang
Peristiwa hilangnya es laut di Antartika pada tahun 2023 adalah indikator yang jelas dari dampak perubahan iklim yang semakin parah. Ini bisa menjadi pertanda perubahan jangka panjang di Antartika akibat pemanasan global. Dengan hilangnya es laut dalam jumlah yang begitu besar, para ilmuwan memperingatkan bahwa kita mungkin memasuki era baru dengan es laut musim dingin yang lebih rendah di Antartika. Ini tidak hanya menyoroti perlunya tindakan segera untuk mengatasi perubahan iklim tetapi juga pentingnya pemantauan dan penelitian berkelanjutan untuk memahami dan memitigasi dampaknya di masa depan. Penurunan drastis ini bukan hanya angka statistik, tetapi sebuah peringatan tentang dampak perubahan iklim yang nyata dan mendesak.
Referensi : Diamond R, Sime LC, Holmes CR, Schroeder D. CMIP6 Models Rarely Simulate Antarctic Winter Sea‐Ice Anomalies as Large as Observed in 2023. Geophys Res Lett. 2024;51(10). doi:10.1029/2024GL109265