Sampah sebagai Solusi Pemanasan Global dan Krisis Energi

Oleh Abdul Halim dan Nur Abdillah Siddiq – Pemanasan global akibat pemakaian bahan bakar fosil menjadi topik yang sangat booming pada dekade […]

blank

Oleh Abdul Halim dan Nur Abdillah Siddiq Pemanasan global akibat pemakaian bahan bakar fosil menjadi topik yang sangat booming pada dekade ini. Dampak pemanasan global ini salah satunya adalah perubahan iklim yang signifikan yang mengancam kehidupan makhluk hidup. Salah satu bahan bakar yang banyak digunakan adalah batu bara.

Tahun 2009, PBB mengundang kepala Negara dari berbagai Negara untuk bersepakat mengurangi emisi karbon. Salah satu cara untuk mengurangi emisi karbon adalah dengan menggunakan bahan bakar dengan kandungan karbon netral. Bahan bakar karbon netral adalah bahan bakar yang dapat diperbaharui seperti dari tumbuhan. Bahan bakar ini meskipun sama-sama melepaskan gas rumah kaca (CO2) namun, sebelum menghasilkan bahan bakar, tumbuhan akan lebih dahulu menangkap CO2 di udara untuk menghasilkan bahan bakar. Hasil akhirnya adalah tidak ada penambahan CO2 di alam

Disisi lain, sampah rumah tangga semakin tak tertangani terutama di kota besar seperti Jakarta atau Bandung. Sampah ini selain menimbulkan bau, kebanyakan masih mengandung plastik yang sulit terurai.

Saat ini penggunaan plastik di dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Hampir setiap barang yang berada di dalam lingkungan manusia terbuat dari plastik dan sebagian besar penduduk dunia memanfaatkan plastik dalam beraktivitas. Rata-rata tiap orang di dunia menghabiskan tujuh ratus kantong plastik pertahun. Untuk memenuhi kebutuhan akan plastik tersebut, sebanyak dua belas juta barel minyak bumi dan empat belas juta pohon telah dikorbankan (National Academy of Science). Menurut data environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat, pada tahun 2010, penduduk Amerika Serikat menggunakan 31 juta ton plastik. Jumlah ini belum ditambah penggunaan plastik dari negara lainnya.

Luasnya penggunaan plastik dikarenakan plastik memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan bahan lainnya. Secara umum, plastik memiliki densitas yang rendah, bersifat isolator terhadap listrik, mempunyai kekuatan mekanik yang bervariasi, ketahanan suhu terbatas, serta ketahanan bahan kimia yang bervariasi. Selain itu, plastik juga ringan, mudah dalam perancangan, dan biaya pembuatan yang murah. Akan tetapi dibalik berbagai keunggulan plastik tersebut, limbah plastik memiliki dampak yang besar terhadap pencemaran lingkungan.

Limbah plastik merupakan bahan yang tidak dapat terdekomposisi oleh mikroorganisme pengurai (undegradable), sehingga penumpukkannya di alam akan menimbulkan masalah lingkungan. Limbah Plastik baru bisa terurai di alam dalam waktu 500 – 1.000 tahun. Selain itu, biasanya plastik konvensional berbahan dasar petroleum, gas alam, atau batu bara, sehingga secara langsung pembuatan plastik juga mempercepat terjadinya krisis bahan bakar.

Ditemukannya metode dan teknologi baru dalam pengolahan plastik oleh Akinori Ito yakni mengolah plastik menjadi bahan bakar minyak (dari minyak kembali menjadi minyak),  merupakan jawaban atas permasalahan limbah plastik sekaligus krisis bakar. Data KLH (Kementrian Lingkungan Indonesia) tahun 2010 menunjukkan total volume timbunan sampah diseluruh kabupaten dan kota di Indonesia mencapai kurang lebih 666 juta liter per tahun, sekitar 14 persen (93,24 juta liter) merupakan sampah plastik.

Selain itu terdapat penelitian lain  yang lebih sederhana, efektif, dan efisien,  yang dilakukan oleh Pandji Prawisuda dan timnya dari Tokyo Institute of Technology Jepang . Sampah rumah kota yang mengandung plastik diolah menggunakan teknologi hidrotermal menggunakan air biasa. Teknologi ini cukup sederhana yaitu dengan memanaskan sampah menggunakan air panas (hingga 200 °C) dan tekanan tinggi (hingga 2 atm). Unsur klorin dalam sampah (PVC) yang menimbulkan masalah clogging (terbentuknya kerak) dan karat di furnace akan larut menjadi senyawa klorin. Zat klorin ini dapat dikurangi hingga menjadi 0.16% (1600 ppm). Sampah hasil hidrotermal dapat digunakan sebagai bahan bakar bantu yang selain dapat mengurangi pemakaian bahan bakar batu bara juga dapat meningkatkan kualitas batu bara.

Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Applied Energy

Referensi :

Prawisudha, P., Namioka, T., Yoshikawa, K., Applied Energy 90 (2012) 298-304

 

1 komentar untuk “Sampah sebagai Solusi Pemanasan Global dan Krisis Energi”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *