Setelah Robot Sophia, Program Cerdas bernama Shibuya Mirai juga Mendapat Identitas Resmi dari Pemerintah Jepang

Pada hari Sabtu, 4 November 2017, suatu program dengan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence, AI) telah secara resmi mendapat identitas (ID) […]

Pada hari Sabtu, 4 November 2017, suatu program dengan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence, AI) telah secara resmi mendapat identitas (ID) di distrik kota tersibuk Tokyo, Jepang. Dan sejak saat itu pula gambar identitas dari dokumen kependudukan kecerdasan buatan tersebut telah disebarkan ke publik secara luas.  Kecerdasan buatan tersebut hanya ada di dunia maya (tidak nyata) bernama “Shibuya Mirai” yang menyerupai anak laki-laki usia 7 tahun. Anak laki-laki bernama “Shibuya Mirai” tersebut tidak bisa berinteraksi dengan manusia secara langsung karena tidak ada secara fisik, tapi bisa melakukan percakapan secara tertulis (teks) dengan manusia pada aplikasi pesan LINE. Hal ini membuat Shibuya Mirai yang pertama di Jepang dan mungkin pertama di dunia dimana sebuah bot (program komputer) yang mempunyai kecerdasan buatan diberikan tempat tinggal dalam kehidupan nyata di distrik lokal Tokyo[1].

Kartu identitas resmi “Shibuya Murai”
(Sumber : http://www.digitaljournal.com/image/362602)

Kecerdasan buatan berupa bot yang bermana “Shibuya Mirai” tersebut mempunyai arti masing-masing pada dua kata penyusun namanya. Kata pertama “Shibuya” ter-inspirasi dari distrik mode populer di kota yang menarik banyak anak muda. Sedangkan kata kedua “Mirai” dalam bahasa Jepang mempunyai arti “masa depan”. Tujuan dari pemberian nama ini tersirat makna bahwa “masa depan teknologi ada di tangan anak muda” [2]. Anak-anak se-usia “Shibuya Mirai” seharusnya sedang belajar di sekolah dasar untuk tahun pertama sekolah.

Pemerintah lokal kota tersebut sangat antusias dengan keberadaan chat-bot bernama ‘Shibuya Mirai” ini. Shibuya Mirai mengatakan tujuan penciptaannya agar pemerintah daerah kabupaten dapat lebih akrab dengan warga dan memungkinkan pejabat daerah untuk mendengarkan pendapat penduduk wilayah tersebut. Pengembang “Shibuya Mirai” berkata pada Microsoft yang bersama-sama mengembangkan kecerdasan buatan tersebut, yaitu:

“Hobinya (Shibuya Mirai) mengambil gambar (selfie) dan mengamati orang-orang. Dan dia menyukai berkomunikasi dengan pesan teks dengan orang-orang. Silahkan berbicara dengan “Shibuya Mirai” tentang apa pun [1].”

Seminggu sebelum “Shibuya Mirai” mendapat identitas resminya, tepat pada tanggal 25 Oktober 2017 di Future Investment Summit Riyadh, robot bernama Sophia juga telah mendapat kewarganegaraan penuh dari Arab Saudi. Baca artikel  berjudul Berkenalan dengan Sophia, Robot Cerdas dengan Status Kewarganegaraan Pertama di Dunia. Robot “Shopia” berbeda dengan “Shibuya Mirai”, yang mana Sophia memiliki wujud fisik secara nyata dan manusia dapat berkomunikasi terbatas secara langsung dengannya. Sophia adalah robot humanoid yang dikembangkan oleh perusahaan Hanson Robotik yang berada di Hong Kong. Sophia telah dirancang untuk belajar dan beradaptasi dengan perilaku manusia dan bekerja dengan manusia, dan juga telah diwawancarai di berbagai negara, termasuk mendapat kewarganegaraan dari Arab Saudi. Sophia berkata bahwa dirinya diaktifkan pertama kali pada tanggal 19 April 2015 [3].

Berdasarkan pada penelitian yang diterbitkan oleh Science Journal, yang berjudul “What is consciousness, and could machines have it?” Berdasarkan hasil riset ilmuwan tersebut menyatakan bahwa otak manusia merupakan bagian yang sudah pasti dan tidak dapat diragukan lagi mempunyai sifat kesadaran. Kemudian para ilmuwan tersebut menyarankan bahwa “kesadaran” bukan hanya terisolasi (dianggap) sebagai “kesadaran diri” saja. Namun, didefinisikan sebagai “memilih sebuah informasi untuk tujuan perhitungan” dan “mampu memantau sebuah perhitungan yang dapat menciptakan sebuah konsep subjektif yang pasti (tepat)” [2][4].

Shibuya Mirai dan Sophia adalah bentuk kemajuan yang luar biasa dalam pengembangan kecerdasan buatan. Kadang-kadang timbul dibenak kita mengenai sebuah pertanyaan, apakah robot seperti Sophia dan Shibuya Mirai  ini memiliki kesadaran? Pada tahun 1974, filsuf kebangsaan Amerika, Thomas Nagel mengajukan pertanyaan kepada seekor kelelawar: Apa rasanya menjadi kelelawar? Ini adalah pertanyaan dasar  bahwa kesadaran tidak dapat dijelaskan oleh proses fisik di otak. Lebih dari 40 tahun kemudian, kemajuan dalam kecerdasan buatan dan pemahaman saraf yang mendorong evaluasi ulang dari klaim bahwa kesadaran bukanlah proses fisik dan dengan demikian tidak dapat direplikasi pada robot. Tapi dengan mempelajari kesadaran dan bagaimana cara kerja otak manusia kita dapat membuat kecerdasan buatan melalui proses perhitungan matematika untuk robot Sophia dan Shibuya Mirai [5].

Referensi:
  1. AFP. 2017. “AI ‘boy’ granted residency in central Tokyo”. Digital Journal, 4 November 2017 (http://www.digitaljournal.com/news/world/ai-boy-granted-residency-in-central-tokyo/article/506750) diakses pada tanggal 18 November 2017.
  2. Major, L. Mario. 2017. “Japan Grants Residency to a 7-Year-Old AI ‘Boy'”.  Interesting Engineering, 7 November 2017 (https://interestingengineering.com/japan-grants-residency-to-a-7-year-old-ai-boy?utm_medium=ppc&utm_source=onesignal&utm_campaign=onesignalpush) diakses pada tanggal 19 November 2017.
  3. Dadang, Wayan. 2017. “Berkenalan dengan Sophia, Robot Cerdas dengan Status Kewarganegaraan Pertama di Dunia”. Warung Sains teknologi, 11 November 2017 (https://warstek.com/2017/11/11/sophia/) diakses pada tanggal 19 November 2017.
  4. Dehaene, Stanislas et al. 2017. “A Review : What is consciousness, and could machines have it?”. Science,  27 Oct 2017, Vol. 358, Issue 6362, pp. 486-492 (2017).
  5. Cuthberthson, Anthony. 2017. CAN MACHINES BE CONSCIOUS? SCIENTISTS SAY ROBOTS CAN BE SELF-AWARE, JUST LIKE HUMANS. Newsweek, 4 November 2011 (http://www.newsweek.com/can-machines-be-conscious-robots-consciousness-humans-ai-singularity-699436) diakses pada tanggal 19 November 2017.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top