Oleh: Apria Ningsih Siregar
“Cepat atau lambat kita harus sama-sama menyadari bahwa bumi memilki haknya, hak untuk hidup hak untuk bebas dari polusi. Manusia tidak bisa hidup tanpa bumi namun bumi bisa hidup tanpa manusia”- Evo Maroles
Styrofoam? Siapa yang tak mengenal styrofoam? Dalam keseharian kita pasti sering melihat bahkan menggunakan styrofoam sebagai wadah makanan kita. Misalnya saja cup mi Instan, makanan cepat saji dan lain sebagainya. Styrofoam selain murah juga mudah dijumpai di pasaran. Namun tahukah teman-teman dibalik kemasan yang murah dan menarik terdapat segudang bahaya yang ditimbulkan?
Bahaya styrofoam ada 2 yaitu pertama pada manusia dapat memicu timbulnya kanker atau karsinogen ini terjadi jika styrofoam dicampurkan dengan makanan atau minuman pada suhu ekstrim yaitu terlalu panas dan terlalu dingan dan dampak terhadap lingkungan yaitu susah terdegradasi oleh tanah, butuh waktu 400-500 tahun untuk menguraikan 1 buah styrofoam, Waah dapat teman-teman bayangkan lamanya styrofoam mencemari tanah!!!
Namun tiga mahasiswa Universitas Sumatera Utara yaitu Bangkit Kali Syahputra Sipahutar, Muhamad Rinal Fahlevi dan Apria Ningsih Siregar membuat sebuah inovasi dalam mengatasi masalah tersebut yaitu dengan mengganti kemasan berbahaya styrofoam dengan biofoam yang terbuat dari kulit ubi dan serat kulit pisang atau tongkol jagung, Pemilihan kulit ubi kayu dikarenakan kandungan pati yang dimilikinya cukup banyak. Untuk sumber serat digunakan limbah kulit pisang dan Polivinil Asetat (PVA) . Polimer sintetik PVA yang digunakan sebagai perekat ini memiliki sifat biodegradable.
Biofoam merupakan kemasan alternatif pengganti styrofoam yang terbuat dari bahan baku alami yaitu pati dengan tambahan serat untuk memperkuat strukturnya. Produk ini tidak hanya bersifat biodegradable tetapi juga renewable (Iriani, 2014). Biodegradable berarti bahwa produk ini dapat terurai dengan sendirinya secara alami karena sifatnya yang terbuat dari limbah tumbuhan dan renewable yang berarti energi terbarukan yang ramah lingkungan. Proses pembuatan biofoam juga tidak menggunakan bahan kimia berbahaya seperti benzene dan styrene yang bersifat karsinogenik. Proses pembuatan biofoam dilakukan dengan memanfaatkan kemampuan pati untuk mengembang akibat adanya proses panas dan tekanan. Iriani (2014) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa biofoam memiliki beberapa kelebihan bila dibaandingkan dengan produk styrofoam, diantaranya teknologi relatif sederhana, bahan baku utama berupa sumber pati dan serat, bahan baku dapat divariasikan sesuai dengan potensi daerah sekitar, tidak menggunakan bahan kimia yang berbahaya, dapat dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran.
Semua yang terdapat dalam tanaman ubi kayu dapat diolah menjadi makanan kecuali batang dan dahan pada ubi kayu. Ubi kayu juga dapat bereproduksi pada tanah yang subur maupun pada tanah yang kurang subur, selain itu ubi kayu merupakan makanan pokok terbesar di dunia setelah padi dan jagung (Bantacut, 2009). Sekitar 15-20% bagian singkong adalah kulit dan sisanya adalah umbinya. Kulit ubi kayu atau kulit singkong (Manihot utilissima Phol.) merupakan limbah dari ubi kayu yang telah dikupas. Kulit ubi kayu menjadi limbah utama pangan di negara berkembang. Semakin luas areal penanaman ubi kayu atau singkong, dan semakin banyak jumlah ubi kayu yang dipanen, maka semakin banyak juga limbah kulit ubi kayu yang dihasilkan. Setiap kilogram ubi kayu menghasilkan 15 – 20 % limbah kulit ubi. Limbah kulit ubi kayu sebaiknya dalam keadaan kering dengan cara dijemur dan ditumbuk dijadikan tepung (Rukmana, 1997).
Indonesia termasuk penghasil pisang terbesar di Asia dan setiap tahun produksinya terus meningkat. Bertambahnya produksi pisang maka semakin banyak pula limbah kulit pisang yang dihasilkan. Pada dasamya limbah kulit pisang adalah yang lunak dan mudah busuk, berbeda dengan limbah plastik/limbah industri lainnya. Kandungan serat kasar yang terdapat dalam kulit pisang segar memiliki persentase yang cukup besar yaitu sekitar 15,32 % (Ujianto, 2003).
Proses pembuatan biofoam dilakukan dengan memanfaatkan kemampuan pati untuk mengembang akibat adanya proses panas dan tekanan. Sebagai hasilnya akan diperoleh biofoam yakni suatu produk ramah lingkungan dan tidak membahayakan kesehatan. Penggunaan biofoam ini selain akan turut mengurangi penggunaan minyak bumi sebagai bahan baku pembuatan stirena, juga akan menggiring negeri menuju Indonesia emas dan mandiri 2045.
Membedah jurnal Prosiding Simposium Nasional “Contribute Youth Innovation To Be Part of Magnificent Journey for SDG’s 2030”, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya 17 Mei 2017 tentang Pemanfaatan Limbah Pertanian Kulit Ubi Kayu Dalam Sintesis Produk Biofoam Sebagai Pengganti Produk Styrofoam oleh Bangkit Kali Syahputra Sipahutar, Muhammad Rinal Fahlevi, Apria Ningsih Siregar
Daftar Pustaka
- Kali, S.S., Muhammad R. F., Apria N.S.2017. Pemanfaatan Limbah Pertanian Kulit Ubi Kayu Dalam Sintesis Produk Biofoam Sebagai Pengganti Produk Styrofoam. Universitas Sumatera Utara
- Iriani, E.S., Tun, T.I., Nur, R., Titi C., Sunarti., Indah Y. 2014. Saatnya Memakai Plastik Ramah Lingkungan, Biofoam Solusinya. Dilihat 03 Mei 2018. < http://www.tempo.co/read/news/20 14/02/04/107551088>
- Ujianto, A. 2003. Peluang Pemanfaatan Limbah Pisang Sebagai Pakan Ternak. Bogor: Balai Penelitian Ternak
Warung Sains Teknologi (Warstek) adalah media SAINS POPULER yang dibuat untuk seluruh masyarakat Indonesia baik kalangan akademisi, masyarakat sipil, atau industri.