Oleh: Muhammad Setyawan Wirapraja
Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi kekayaan yang sangat besar, baik potensi sumber daya alam, keragaman budaya, maupun sumber daya manusia. Namun, sumber daya alam tersebut jika tidak diikuti dengan pengolahan yang baik, tidak akan memberikan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, kita perlu mengedepankan kreativitas dan inovasi untuk mengoptimalkan berbagai potensi dan kekayaan yang ada di Indonesia.
Gambar 1. Overpopulasi eceng gondok di Danau Tempe, Kabupaten Wajo
Salah satu caranya yaitu melalui ekonomi kreatif, yang artinya sebuah cara memaksimal sumber daya alam dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari manusia sebagai modalnya. Ekonomi kreatif ini sangat berpeluang mendorong daya saing bangsa Indonesia di masa depan. Apalagi Indonesia didukung oleh sumber daya alam yang sangat melimpah.
Namun, tak jarang, sumber daya alam tersebut mengalamai overpopulasi atau dalam kata lain jumlahnya sangat berlebihan. Hal ini tentu saja dapat membawa dampak buruk bagi kehidupan mahkluk hidup lain, misalnya tumbuhan eceng gondok yang sering muncul di sungai, rawa, ataupun danau.
Eceng gondok dapat tumbuh dengan subur dan cepat akibat limbah-limbah yang mencemari sungai. Seperti yang kita ketahui, kebanyakan hasil limbah dibuang di sungai sehingga zat-zat pada limbah itu mengotori sungai.
Tanaman eceng gondok dalam jumlah yang normal memang dapat membawa manfaat bagi kehidupan perairan, namun bila jumlah sudah sangat banyak akan merusak ekosistem. Eceng Gondok yang berlebih di sungai dapat menutup permukaan air sungai. Nah, hal ini pastinya akan menghalangi sinar matahari untuk masuk ke dalam sungai.
Ketika sinar matahari yang masuk ke sungai berkurang, maka akan menyebabkan jumlah plankton yang menjadi makanan ikan meningkat pesat. Seperti mahkluk hidup lainnya, planton pun membutuh oksigen untuk bernapas. Akibatnya, jumlah kadar oksigen di air menurun, sehingga menyebabkan hewan-hewan laut sulit untuk bernapas. Akhirnya banyak mahkluk hidup perairan mati dan populasinya turun secara drastis.
Seperti yang penulis katakan sebelumnya, tanaman eceng gondok yang dikenal dengan tanaman pengganggu sebenarnya memiliki banyak manfaat jika diolah dengan benar. Contohnya adalah pengolahan eceng gondok menjadi kerajinan dan biogas, serta menjadikan eceng gondok sebagai bahan untuk pakan ternak. Nah, kali ini penulis akan memanfaatkan tanaman eceng gondok menjadi produk siap makan yang dapat mendukung ekonomi bangsa, yakni Dendeng Eceng Gondok.
Banyak orang yang berpendapat bahwa eceng gondok itu tidak dapat dikonsumsi, lalu diperkuat dengan pandangan masyarakat mengenai eceng godok yang kadang hidup di lingkungan yang kurang sehat. Namun, hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Menurut hasil riset yang telah penulis lakukan, zat bermanfaat yang terkandung dalam eceng gondok jauh lebih banyak dibanding zat yang berbahaya bagi tubuh.
Nutrisi | Jumlah Kandungan
Per 100 gr |
Kalori | 18 kkal |
Protein | 1 gr |
Lemak | 0,2 gr |
Karbohidrat | 3,8 gr |
Kalsium | 80 mg |
Zat Besi | 4 mg |
Fosfor | 45 mg |
Vitamin C | 50 mg |
Vitamin A | 300 mg |
Vitamin B1 | 0,08 mg |
Tabel 1. Kandungan eceng gondok
Dengan kandungan yang dimiliki oleh eceng gondok seperti Vitamin A, Vitamin B, Vitamin C, fosfor dan lain-lain, tanaman ini dapat dijadikan sebuah produk pangan seperti halnya dengan tanaman lainnya. Tetapi, perlu diketahui terlebih dahulu, bahwa eceng gondok mengandung senyawa yang berbahaya untuk dikonsumsi, yaitu HCN atau Asam Sianida.
Karena terdapat zat yang berbahaya bagi tubuh tentunya dalam jumlah kecil, seperti HCN, maka pengolahan eceng gondok harus mendapat perlakuan khusus yang tentunya berbeda dengan tanaman lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kandungan HCN yang terdapat dalam eceng gondok, yaitu dengan cara penjemuran, perendaman dan perebusan. Mengapa? Karena salah satu sifatnya yaitu sangat mudah menguap dan larut dalam air. Dengan adanya pengolahan yang lebih panjang, kadar HCN dapat dikurangi dan dihilangkan sehinga berada pada batas wajar dan aman untuk dikonsumsi.
Gambar 2. Hasil olahan eceng gondok setelah dikukus
Untuk membuat dendeng eceng gondok, penulis memanfaatkan daunnya untuk dijadikan sebagai bahan dasar. Cara mengolah daun eceng gondok adalah sebagai berikut:
- Cuci lalu jemur daun eceng gondok langsung di bawah sinar matahari selama ± 6 jam. Hal ini bertujuan untuk mengilangkan kandungan asam sianida yang terkandung dalam daun eceng
- Cincang daun eceng gondok.
- Lakukan perendaman terhadap daun eceng gondok di dalam air sebanyak 500 ml selama 5 menit, sebanyak 2 kali. Perendaman ini berfungsi untuk melarutkan sisa-sisa asam sianida dalam daun eceng gondok, sesuai dengan sifat asam sianida yang lainnya yaitu mudah larut dalam air. Terlihat perbedaan warna
- Rebus daun eceng gondok bersama campuran air, minyak goreng dan bawang putih. selama ± 30 menit. Merebus daun yang mengandung sianida di dalam campuran air, minyak goreng dan bawang putih memiliki dua manfaat, yaitu: memperoleh daun yang bebas asam sianida dan membuat kandungan protein dalam daun lebih tinggi.
- Langkah selanjutnya adalah tiriskan daun eceng gondok.
- Kemudian campurkan dengan tepung terigu, tepung sagu, gula, garam, cabe rawit halus, ketumbar, lada, bawang putih dan telur.
- Bungkus adonan dan rebus selama ±45 menit.
- Setelah matang, iris adonan kemudian jemur di bawah sinar matahari. Hasilnya dapat bertahan selama sebulan. Dan dapat dikonsumsi dengan menggorengnya atau menkukusnya terlebih dahulu.
Setelah penulis menjalankan riset ini, penulis pun turut mengonsumsinya dan mengadakan kuesioner terhadap orang lain. Dan hampir semuanya mengatakan hasilnya sangat enak, renyah, dan yang paling penting aman untuk dikonsumsi.
Dendeng daun eceng gondok ini disukai oleh masyarakat terutama anak-anak dan remaja. Serta tidak menimbulkan efek samping setelah dikonsumsi. Sehingga layak untuk diproduksi secara komersial dan memiliki nilai jual yang tinggi, dan pada akhirnya mampu membuka lapangan kerja baru, dengan demikian mengurangi pengangguran. Dengan adanya penelitian ini, disarankan agar pembuatan produk ini dapat dikembangkan agar bisa dibuat oleh masyarakat luas dengan mudah.
Daftar Pustaka:
- Godam64 (2012) Isi Kandungan Gizi Eceng Gondok – Komposisi Nutrisi Bahan Makanan. Tersedia di: http://www.organisasi.org/1970/01/isi-kandungan-gizieceng-gondok-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html?m=1 (Diakses: 15 Agustus 2016).
- Saha, S. and Ray, A. K. (2011) Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences, 11(2). DOI: 10.4194/trjfas.2011.0204
- Reddy, K. R. and Tucker, J.C. (1983) ‘Productivity and nutrient uptake of water hyacinth, Eichornia crassipes I. Effect of nitrogen source’, Econ Bot, 37(2), pp. 237247. DOI: 10.1007/bf02858790
- Eceng gondok (2016) di Wikipedia. Tersedia di: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Eceng_gondok (Diakses: 16 Agustus 2016)
- Harapan, S. (2013) Cara Menghilangkan Racun Daun Singkong. Tersedia di: http://sinarharapan.co/sehat/read/1868/cara-menghilangkan-racun-daunsingkong.html (Diakses: 19 Agustus 2016)
- Iswandi (2015) Manfaat Daun Eceng Gondok bagi Kesehatan. Tersedia di: http://mustahabbah.blogspot.com/2015/05/manfaat-daun-eceng-gondok bagikesehatan.html?m=1 (Diakses: 19 Agustus 2016)
Warung Sains Teknologi (Warstek) adalah media SAINS POPULER yang dibuat untuk seluruh masyarakat Indonesia baik kalangan akademisi, masyarakat sipil, atau industri.
Permisi itu eceng gondoknya diambil dari ekosistem mana ya? Bukannya terdapat kandungan logam berat di eceng gondok? Lalu mengapa bagian yang di gunakan adalah bagian daun?
Mau bertanya , setelah direbus eceng gondoknya dijemur berapa lama yah? Soalnya saya buat . Pas di goreng malah jadi kayak kerupuk . Makasih sebelumnya