Siringmakar 2: Menjadi Suami “Hamil”

Pemateri: Hilda Meiryandah (Medical Science University of Tsukuba, Japan) Moderator : Abdul Halim Pengantar: Selamat malam, selamat datang kepada Ibu […]

Pemateri: Hilda Meiryandah (Medical Science University of Tsukuba, Japan)
Moderator : Abdul Halim

Pengantar:

Selamat malam, selamat datang kepada Ibu Hilda Meiryandah sebagai pemateri untuk siringmakar edisi kedua kali ini. Saya ucapkan terima kasih atas waktunya untuk berbagi pengetahuan kepada kita semua disini. Siringmakar edisi kedua akan membicarakan tentang “Menjadi Suami Hamil”. Apa sih maksudnya?

Menjadi suami hamil adalah bagaimna mendukung istri saat hamil. Apa saja yang diperlukan oleh istri  dan apa saja yang diperlukan oleh suami dari sang istri sehingga sang suami dapat dengan baik mendukung istrinya

Sebelumnya, saya perkenalkan Ibu Hilda ini sedang menempuh S2 di jurusan medical science Universitas Tsukuba. Beliau menempuh S1 keperawatan di Universitas Indonesia.

Kepada ibu Hilda saya persilahkan untuk memaparkan penelitiannya.

Diskusi:        

Peserta diskusi: Selamat datang Ibu Hilda, wah ini peneltian yang sangat bermanfaat, peran suami terhadap istri hamil.

Pemateri: Waah, selamat malam semua! Makasi Mas Haliim sudah dipercaya buat berbagi disini. Semoga bisa sama2 belajar yaa ? . Jadi gini, kita bedah dulu yaa konsep dukungan. Macem2 nih tiap orang membaginya. Tapi secara general, ada 4 dukungan:

  1. Dukungan emosional (termasuk affection)
  2. Dukungan informasi
  3. Dukungan tangible
  4. Dukungan finansial

Baik sedang hamil ataupun tidak, keempat hal ini penting. Tapi ketika pendampingan pada ibu yg sedang hamil, akan berbeda bentuk dukungannya.

1. Dukungan emosional. Misalnya, menenangkan perasaan, mendengarkan masalah, bikin ketawa, gitu2 yaa. Termasuk mengungkapkan perasaan. Untuk pasangan suami istri mungkin dianggap terlalu aneh kalo bilang “sayang kamu” atau apaa gitu. Tapi percaya deh, ini penting! Dan membantu meningkatkan hormon kebahagiaan.

Naah apalagi ibu hamil, khususnya di trimester awal saat hormonnya lagi berubah drastis, suami harus bisa lebih “bijak” untuk mendampingi ibu. Kadang, mereka akan lebih ga jelas alasan marah atau nangisnya. Tapi tetaplah sabar dalam memberikan dukungan emosi dan kasih sayang yaa.

Kalau urusan rumah bisa dibantu mungkin dengan ART, tapi yg namanya kasih sayang suami itu nggaak bisa diperoleh selain dari suami 🙂

2. Dukungan informasi. Jadi, penting bagi ayah untuk menjadi pintar soal kehamilan dan hal lain. Ajak istri diskusi soal masalah kehamilan, anak, dll. Calon ayah harus rajin baca dan cari info supaya bisa memberikan info penting saat ibu nggak tahu. Misalnya, hal2 apa aja yg sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan oleh bumil.

Sehingga bumil nggak akan merasa sendiri menjalani proses kehamilan. Semangat belajar para (calon) ayah!

3. Dukungan tangible. Ini seperti bantu beresin rumah, masak, nyuci, dll. Intinya bantuan yang “terlihat”. Ayah nggak boleh gengsi ngerjain kerjaan rumah hehe. Bantu lah sedikit2 kerjaan untuk meringankan beban bumil. Bayangin deh, si bumil udah bawa berat di tubuhnya. Akan lebih cepat lelah. Jadi, sekecil apapun bantuan suami akan dirasa berarti.

Kasih pendampingan ketika control kandungan, nganter kemana2, beliin yg diinginkan. Begitu yaa

4. Dukungan finansial. Ini pasti udah pada tahu lah yaa hehe. Kalo kata partisipan saya, “ini yg jadi penentu”. Bener ini penentu apalagi ketika udah deket masa persalinan. Tapi, bukan berarti ini yg utama 🙂

Banyak suami yg kaya dan selalu menyediakan uang, hanya saja kehadirannya tidak dirasa. Hal ini jg kurang tepat.

Peserta diskusi: Bagaimana dengan dukungan doa?

Pemateri: Waah iyaa bener Mbaa. Doa jg pentiing 🙂

Peserta diskusi: Berarti ada 5 dukungan kan, bu, secara general?

Pemateri:  Saya memandang doa sebagai bentuk pinta manusia kepada Tuhan, Mbaa. Jadi, kita meminta pada Tuhan untuk “seseorang”. Agak berbeda dengan yg saya jelaskan. Yg tadi saya paparkan diatas hubungan langsung antara suami – istri. Wallahua’lam. Tapi nggak masalah jika ingin diasumsikan ada 5 hehe. Beberapa teori dukungan lain jg bermacam2 memaparkannya.

Peserta diskusi: Saya rasa dukungan doa sangatlah utama, sebab dengan adanya doa, Tuhan senantiasa menjaga hamba2nya. Ada beberapa suami yang boleh jadi melaksanakan 4 dukungan di atas, namun menyepelekan dukungan doa, seakan2 dunia ada karena ada usaha, bukan karena Pencipta. Namun, ada juga suami yang, memang karena terkendala, harus jauh dengan istri, maka doalah dukungan satu2nya yang ia bisa/mampu lakukan.

Moderator: terima kasih teteh Hilda atas pemaparannya. Saya tertarik dengan hormon kebahagiaan tadi. Kira2 hormon apa saja yang bekerja?

Pemateri: Hehe gomeen Mas Halim saya nggak mendalami fisiologis. Tapi ada satu hormon yg dikenal berperan, namanya oksitosin.

Moderator: Oh ya satu lagi, kalau misalkan itu dari suami. Bagaimana dengan dari sisi istri? kadang kala suami keliru memahami kemauan dari istri saat hamil,  sehingga sering salah paham

Peserta diskusi: Sesuai pengalaman memang benar, sebab waktu istri saya hamil dulu, bawaannya hangout ke luar terus, makan di luar, dan pokoknya jalan2.  Berdua, sama2.  Saya ada satu pertanyaan ni, bu Hilda. Kan, tidak semua istri nyaman ditemani suami saat hamil, ada beberapa istri yang malah benci sama suami, bahkan bau keringatnya saja tidak suka, lantas dukungan apa yang bisa dilakukan oleh suami jika seperti itu?

Pemateri: Naah iyaa ini jg cukup sering muncul. Penting untuk komunikasi dan klarifikasi, Mas. Istri jg sebaiknya mencoba mengkomunikasikan apa2 yg sebenarnya diinginkan dengan jelas. Suami jg sebaiknya mencoba mengerti situasi istri dan apa yg dibutuhkan. Tadi, balik ke dukungan 3 tentang informasi. Semakin tahu ayah tentang hal2 seputar kehamilan, akan lebih bisa mengerti situasi ibu. Nah kalau ternyata bumil jadi lebih sensitif, itu jg bagian yg harus dipahami oleh bapak. Kalau begini, bentuk dukungan yg dibutuhkan adalah dengan tidak menambah ketidaknyamanan ibu. Mungkin untuk sementara ayah memang harus sedikit menjaga jarak, tapi bukan berarti nggak “hadir”. Bisa tetap bantu memenuhi kebutuhan finansialnya, coba bantu berikan informasi atau komunikasi tanpa harus bertatap muka.

Peserta diskusi: Dukungan /perhatian yang yang bagaimana  bila suami bekerja jauh di luar kota?

Pemateri:  Dengan teknologi yg berkembang sekarang, saya rasa banyak sekali hal2 yg tetap bisa suami lakukan walaupun berjarak. Via telpon misalnya, ketika suami menanyakan kondisi, perasaan, dll. Kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian dapat terpenuhi. Pengingatan2 kecil dari ayah misalnya, tentang jadwal kontrol, makanan, dll jg bentuk dukungan penting. Daan, finansial jg tetap bs dilakukan meski berjarak hehe

Peserta diskusi: Kalau dari pengalaman ibu sendiri waktu hamil, kira2 hal2 apa saja yang perlu dipersiapkan oleh suami, mungkin mental, sebab istri yang hamil untuk kali pertama biasanya mengalami banyak sekali perubahan? Kami kaum Adam pun harus punya persiapan sejak dini, apalagi untuk calon2 bapak2 muda, dan apakah dikehamilan berikutnya hal tersebut juga terulang kembali? Terimakasih. Jika suami sedang terpuruk ekonomi bu, misalkan baru saja di PHK atau baru saja bisnisnya gulung tikar, apakah dukungan finansial benar2 harus ada? Kondisi seperti ini tidak jarang terjadi, bahkan menimpa orang2 di sekitar kita, dan bahkan masa lalu artis kebanyakan seperti itu sebelum akhirnya sukses.

Moderator: beban finansial setidaknya tidak sampai tambah membebani dan jadi pikiran istri kali ya. Biar istri tidak bertambah stress. kadang kan kalau hamil, perasaannya jadi agak naik turun dan naiknya drastis, turunnya juga drastis.

Peserta diskusi: Dengan demikian dukungan2 tersebut bisa fleksible ya mas, tergantung situasi dan kondisi.

Pemateri: Kalo dari evidence yg saya temui di lapangan, suami2 banyak yg belum tahu seperti apa perannya saat ibu hamil, melahirkan dan setelahnya. Atau kadang berpikir bahwa suami yg penting cari kerja dan bawa uang untuk memenuhi kebutuhan. Padahal ada hal lain jg yg seorang bumil butuhkan. Intinya, bikin bumil nggak merasa sendiri dalam menjalani proses kehamilan hingga membesarkan anak

Pemateri: Seperti yg saya bilang, Mas. Finansial bukan yg utama, tapi memang cukup penting. Biar bagaimanapun, ada kebutuhan dasar yg harus dipenuhi oleh ibu dan si calon bayi

Moderator: Mas Abdul Halim: mungkin pada intinya, karena istri sudah agak capek fisik dan pikiran, jangan justru tambah menambah beban. Misalkan yang awalnya istri ikut memikirkan penghasilan, selama hamil dikurangi dulu. Benar tidak sih. menduga2 banget nih gw. hehehehhe

Pemateri: Hehe maaf2 kalau kurang detail penjelasannya. Dukungan finansial nggak bermakna yang Ayah harus support banyaaaak uang untuk memenuhi semua apa yg diinginkan. Iyaa pasti menyesuaikan sikon Maas

Peserta Diskusi: Bu Hilda, buku recommended trkait treatment untk bumil apa Bu?

Pemateri: Hmm, the better baby book Maas. Atau kalau yg mudah sekarang udah lumayan banyak aplikasi terkait kehamilan dengan bahasa indonesia. Lebih menjangkau

Peserta Diskusi: Nah iya dr sking bnyaknya sya jd bingung Bu, ad jg saran2 yg g ilmiah n cnderung takhayul,  dilarang ini itu dsb, dianjurkan ini itu dsb, pdhl tdak ada bukti ilmiahnya

Peserta diskusi: Lantas, bagaimana dengan pelaku poligami bu? Apakah ada treatment khusus agar 4 dukungan tersebut terpenuhi?

Pemateri: Yg saya pahami, kebutuhan tiap perempuan atau istri berbeda2 yaa Mas :). Tapi bentuk dukungan yg bisa diberikan tetap sama. Ketika si ayah sudah melakukan poligami, kita asumsikan dia sudah tau bagaimana berlaku adil dan mampu memenuhi kebutuhan setiap istrinya dengan baik. Istri2nya pun sudah mengetahui kondisi suami. Jika ditanya, treatment khusus kembali ke life adaptation skill suami bagaimana mengatur waktu, perhatian, tenaga, dll untuk semua istrinya. Saya singgung sedikit beberapa penelitian sebelumnya. Dukungan suami itu dipengaruhi oleh beberapa hal yg bersumber dari individu, community dan policy.

Individu itu mencakup tingkat pengetahuan, nilai hidup, life adaptation skill, psychological and physiological condition.

Community itu social support, nilai budaya, dan environmental stressor

Policy yaa seputar kebijakan pemerintah mengenai pelibatan suami dalam pemberian dukungan

Terus mau menekankan juga, kalau peran suami nggak cuma di masa kehamilan aja, tapi mesti berlanjut hingga membesarkan anak 🙂

Peserta Diskusi: Itu artinya, tingkat pendidikan seorang suami, lingkungan, pergaulan, mempengaruhi pola pikir suami dalam memperlakukan istri yang sedang hamil. Bahkan, secara alamiah semua itu akan terpenuhi. Sekarang, sejauh mana naluri seorang suami/seorang ayah berbicara? Anggap saja, ia tak berpendidikan, berasal dari lingkungan yang katakanlah kurang kasih sayang, dan pergaulan yang kurang bagus. Apakah naluri tersebut kurang kuat untuk menjadi dinamika penggeraknya dalam berprilaku layaknya “suami hamil”?

Moderator : susah juga ya kalau kurang ilmu untuk bisa mendukung istri.

Pemateri: Sama sih Maas konsep pemberian dukungannya 🙂 Jadi kehadiran suami jg penting untuk mendukung setelah melahirkan dan berlanjut membesarkan anak.

Tingkat pendidikan agak sedikit berbeda dengan tingkat pengetahuan yg saya maksud Mas. Tingkat pengetahuan mengenai kehamilan atau mengenai perannya. Yaa nggak bisa dikatakan kalau ada laki2 dari keluarga yg kurang kasih sayang, dia akan gagal menjadi laki2 yg memberikan kasih sayang hehe. Kalau si laki2 itu terpapar banyak informasi, atau mungkin dapat banyak dukungan dari lingkubgan sekitar terkait hal2 yang harus dilakukan, bisa jadi dia malah lebih banyak.memberikan dukungan dibanding mereka yg mungkin punya gelar pendidikan tinggi, tapi kurang terpapar informasi seputar kehamilan.

Peserta diskusi: Zaman VOC dulu banyak yang tidak sekolah, malah anaknya selusin. Kakek saya saja nikah sampai 8x, anaknya segudang. Tapi, kakek saya alhamdulillah berkesempatan sekolah HIS – Holland Indich School (sekolahnya Belanda)

Moderator: karena waktunya sudah 1.5 jam. maka acara siringmahar kita akhiri bersama. Terima kasih kepada mbak Hilda yang telah berkenan untuk sharing tentang penelitiannya. Semoga bisa bermanfaat untuk kita semua. Semoga hasil penelitiannya bisa bermanfaat untuk menambah wawasan kita semua. Terima kasih pula kepada seluruh warstek sudah berpartisipasi. Semoga bisa bermanfaat untuk kita semua

Peserta diskusi: Terimaksih bu Hilda atas kesediaannya

Pemateri: Siip aamiin. Mohon maaf atas kekurangannya. Apa yg saya share tadi baru sedikit sekali dari luasnya informasi seputar peran suami dan ayah. Semoga bisa tetap sama2 belajar. Sekali lagi mohon maaf dan terimakasih 🙂

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Yuk Gabung di Komunitas Warung Sains Teknologi!

Ingin terus meningkatkan wawasan Anda terkait perkembangan dunia Sains dan Teknologi? Gabung dengan saluran WhatsApp Warung Sains Teknologi!

Yuk Gabung!

Di saluran tersebut, Anda akan mendapatkan update terkini Sains dan Teknologi, webinar bermanfaat terkait Sains dan Teknologi, dan berbagai informasi menarik lainnya.

Scroll to Top