Selera Makan dan Berat Badan, Apakah Berkaitan?

Kata “doyan makan” mungkin sering beriringan dengan obesitas. Kepuasan terhadap makanan yang dikonsumsi menjadi menarik untuk diamati pada penderita obesitas. […]

blank

Kata “doyan makan” mungkin sering beriringan dengan obesitas.

Kepuasan terhadap makanan yang dikonsumsi menjadi menarik untuk diamati pada penderita obesitas. Sebuah riset menunjukkan bahwa kondisi obesitas memberikan persepsi rasa dan selera makan yang berbeda dibandingkan mereka yang non-obesitas [1]. Topik tersebut akan dipaparkan melalui artikel ini secara detil.

Obesitas atau berat badan berlebih, salah satunya dapat dibedakan berdasarkan indeks massa tubuh atau BMI (body mass index) yang dapat dikalkulasi secara sederhana dengan membagi berat badan (kg) dengan tinggi badan (m) yang dikuadratkan. BMI menjadi indikator sederhana ketika tinggi dan berat badan berkontribusi untuk menunjukkan kesehatan seseorang [2]. Pada orang dewasa, berat badan berlebih dapat diklasifikasikan dengan kisaran BMI ≥ 25 sedangkan obesitas memiliki kisaran BMI ≥ 30 [3].

Riset tentang pengaruh obesitas terhadap selera makan melibatkan sebanyak 290 responden melalui undangan terbuka dari berbagai kalangan dalam lingkup Universitas Lowa, Lowa, Amerika Serikat, yang selanjutnya diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan perbedaan BMI yaitu kelompok obesitas, berat badan berlebih, serta berat badan normal (BMI>25). Coklat susu menjadi produk yang diujikan untuk mengamati kaitan kegemukan atau perbedaan berat badan dengan persepsi rasa dan selera makan untuk mengonsumsi sampel uji.

Riset ini terdiri atas tiga tahapan dalam kondisi yang terkontrol untuk meminimalisir kesalahan. Tahapan pertama para responden disajikan air minum, kue pretzel (kue mentega panggang dengan paduan rasa asin dan manis) sebagai kontrol pembanding, coklat susu yang masing-masing dilengkapi dengan informasi bobot dan nilai kalorinya, kuesioner untuk mengevaluasi selera makan (tidak lapar hingga sangat kenyang) dari responden sebelum mencoba sampel coklat, serta untuk mengevaluasi persepsi rasa kue pretzel dan coklat susu dari skala 0 hingga 10   (sangat buruk hingga sangat baik) (Gambar 1).

blank

Gambar 1. Kuesioner yang digunakan untuk mengevaluasi persepsi rasa (atas) dan selera makan (tengah dan bawah)

Pada tahapan kedua responden diberikan lagi satu keping coklat sepaket bersama kuesioner untuk mengetahui selera makannya. Coklat diberikan sebanyak mungkin kepada responden hingga responden menyatakan berhenti. Adapun pada tahapan ketiga responden diberikan lagi kue pretzel dan kuesioner terakhir untuk mengevaluasi diet harian responden serta kesan keseluruhan terhadap sampel coklat yang telah diberikan.

Responden sebanyak 80% didominasi oleh perempuan dengan rentang usia 18 hingga 75 tahun. Jumlah coklat yang dikonsumsi selama riset ini berkisar pada rata-rata 10 keping. Sebanyak 82,7% responden mengungkapkan adanya penurunan rasa  yang diterima dari sampel coklat pertama hingga coklat terakhir yang dikonsumsi. Selain itu responden wanita cenderung mengalami penurunan selera makan yang lebih cepat dibandingkan pria. Rata-rata persepsi selera makan coklat responden mengalami penurunan seiring semakin banyaknya keping coklat yang dikonsumsi (Gambar 2).

blank

Gambar 2.   Perubahan persepsi selera terhadap coklat oleh kategori BMI.

Namun penurunan selera makan terhadap sampel coklat jauh lebih cepat pada responden dengan berat badan normal dan berlebih dibandingkan yang obesitas. Hal ini ditandai dengan penilaian kelompok obesitas terhadap persepsi rasa dari sampel coklat sebesar 0,5 poin (skala 10) lebih tinggi dibandingkan kelompok responden lain. Responden obesitas juga memiliki selera makan rata-rata pada poin 0.52 (skala 10) yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya pada awal pengamatan, kemudian mengalami penurunan secara bertahap namun jauh lebih lambat dibandingkan responden kelompok lainnya. Adapun responden dengan berat badan normal dan berlebih cenderung memiliki selera yang tidak terlalu berbeda, hanya disebabkan oleh sejumlah responden dari kelompok tersebut memutuskan untuk berhenti setelah mengonsumsi 10 keping coklat.

Fakta lain dalam riset ini menunjukkan bahwa wanita obesitas perlu mengonsumsi sebanyak 12,5 keping coklat agar sampai pada tingkatan persepsi rasa yang sama dengan wanita non obesitas yang mengonsumsi hanya 10 keping coklat. Singkatnya, wanita obesitas perlu mengonsumsi lebih banyak coklat agar bisa merasakan definisi rasa enak yang dirasakan oleh wanita non-obesitas yang notabene-nya mengonsumsi coklat lebih sedikit. Meskipun informasi kalori coklat diberikan sebelum pengujian kepada responden secara acak, hal ini nampaknya tidak terlalu mempengaruhi selera makan dan persepsi rasa terkhusus dari responden obesitas, sehingga untuk kasus ini informasi gizi kurang efektif dijadikan solusi untuk mengurangi obesitas pada masyarakat.

Oleh karena itu melalui riset ini, dapat disimpulkan bahwa ada kaitan  antara selera makan dan persepsi rasa wanita obesitas yang cenderung lebih tinggi dibandingkan wanita dengan berat badan normal dan berlebih (dalam kasus ini adalah sampel coklat susu). Wanita obesitas memiliki selera makan yang tinggi ketika akan mengonsumsi makanan serta tingkat penurunan selera makan yang lambat, sehingga hal ini mungkin yang menjadi faktor yang mempengaruhi peningkatan berat badan. Berdasarkan fakta tersebut sehingga dapat disarankan untuk memanipulasi persepsi rasa dari makanan yang dikonsumsi sebagai upaya dalam mengurangi obesitas pada masyarakat, disamping upaya untuk menggencarkan kesadaran gizi.

Referensi:

[1] Miller AC, Polgreen  LA, Segre EM, Polgreen PM. 2019. Variations in Marginal Taste Perception by Body Mass Index Classification: A Randomized Controlled Trial. Journal Of The Academy Of Nutrition And Dietetics.

[2] James WPT, Jackson-Leach R, Mhurchu CN, Kalamara E, Shayeghi M,
Rigby NJ, Nishida C, Rodgers A. 2004.  Chapter 8: Overweight and
obesity (high body mass index). Diakses melalui https://www.who.int/publications/cra/chapters/volume1/0497-0596.pdf. Diakses pada 29 September 2019.

[3] [WHO] World Health Organization. 2018. Obesity and Overweight. Diakses melalui https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/obesity-and-overweight . Diakses pada 29 September 2019.

 

6 komentar untuk “Selera Makan dan Berat Badan, Apakah Berkaitan?”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Yuk Gabung di Komunitas Warung Sains Teknologi!

Ingin terus meningkatkan wawasan Anda terkait perkembangan dunia Sains dan Teknologi? Gabung dengan saluran WhatsApp Warung Sains Teknologi!

Yuk Gabung!

Di saluran tersebut, Anda akan mendapatkan update terkini Sains dan Teknologi, webinar bermanfaat terkait Sains dan Teknologi, dan berbagai informasi menarik lainnya.