Dalam beberapa dekade terakhir, fenomena sungai atmosfer—yaitu aliran besar uap air yang bergerak di lapisan atas atmosfer—telah mengalami pergeseran posisi. Sungai atmosfer ini berfungsi seperti jalur udara lembap, membawa uap air dari wilayah tropis ke berbagai bagian Bumi, mirip dengan sungai di darat yang mengalirkan air dari satu tempat ke tempat lain. Pergeseran ini bukanlah perubahan kecil. Ketika jalur aliran uap air bergeser, pola cuaca global juga ikut berubah secara signifikan. Akibatnya, beberapa wilayah yang biasanya menerima curah hujan yang stabil bisa mengalami penurunan hujan atau kekeringan, sementara wilayah lain justru mengalami curah hujan berlebihan dan banjir. Fenomena ini tidak hanya berdampak pada curah hujan jangka pendek tetapi juga mempengaruhi iklim regional dalam jangka panjang, mengubah pola musim dan memperburuk cuaca ekstrem, seperti badai dan kekeringan.
Pergeseran sungai atmosfer ini menjadi perhatian besar bagi ilmuwan karena ketergantungan manusia pada pola cuaca yang stabil untuk pertanian, pengelolaan air, dan mitigasi bencana alam. Secara keseluruhan, fenomena ini menunjukkan bahwa perubahan kecil di atmosfer dapat berdampak luas dan mendalam pada ekosistem dan kehidupan manusia di berbagai belahan dunia.
Sungai atmosfer, yang sering disebut sebagai “sungai di langit”, adalah aliran panjang dan sempit yang terdiri dari uap air di lapisan atmosfer. Fenomena ini mirip dengan sungai di darat, tetapi aliran airnya terjadi di udara. Sungai atmosfer ini bisa membentang lebih dari 2.000 kilometer, membawa kelembapan dari wilayah tropis menuju daerah beriklim sedang atau bahkan kutub. Saat aliran uap air ini bergerak dan mencapai daratan atau kawasan pegunungan, udara lembap tersebut akan mendingin.
Proses pendinginan ini menyebabkan uap air terkondensasi dan jatuh ke permukaan dalam bentuk hujan atau salju. Sungai atmosfer inilah yang sering menjadi pemicu utama hujan lebat dan bahkan badai salju di berbagai wilayah di dunia. Fenomena ini berperan penting dalam siklus hidrologi, mendistribusikan air dari lautan ke daratan dan mengisi kembali cadangan air di sungai, danau, serta akuifer. Namun, jika aliran ini terlalu intens, sungai atmosfer dapat menyebabkan curah hujan berlebihan, memicu banjir besar dan tanah longsor. Di sisi lain, ketika sungai atmosfer bergeser atau terganggu, daerah yang biasanya menerima hujan bisa mengalami kekeringan. Pemahaman tentang sungai atmosfer sangat penting karena fenomena ini memengaruhi pola cuaca global dan memainkan peran kunci dalam menjaga keseimbangan iklim dan air di planet kita.
Penelitian dari ilmuwan di UC Santa Barbara mengungkap bahwa dalam 40 tahun terakhir, sungai atmosfer di kedua belahan Bumi telah bergeser 6° hingga 10° lebih dekat ke kutub. Ini berarti bahwa di Belahan Bumi Utara, sungai atmosfer kini mengalir lebih jauh ke utara, sementara di Belahan Bumi Selatan, alirannya bergerak lebih jauh ke selatan dibandingkan sebelumnya. Pergeseran ini menyebabkan perubahan signifikan pada wilayah yang terpengaruh oleh aliran uap air tersebut, memengaruhi pola curah hujan dan iklim di berbagai bagian dunia.
Para peneliti menjelaskan bahwa penyebab mendasar dari pergeseran ini adalah pendinginan di Pasifik tropis bagian timur selama empat dekade terakhir. Meski demikian, mereka mencatat bahwa fenomena ini masih perlu dieksplorasi lebih lanjut untuk memahami semua dinamika iklim yang terlibat. Salah satu contoh terkenal dari sungai atmosfer adalah ‘Pineapple Express’, yaitu aliran uap air yang membawa kelembapan dari Pasifik tropis di sekitar Hawaii menuju Pantai Barat Amerika Serikat dan Kanada. Ketika udara hangat dan lembap ini mencapai daratan, terutama di wilayah seperti California, Oregon, Washington, dan British Columbia, ia dapat memicu hujan deras dan badai salju. Diperkirakan bahwa hingga 50% dari curah hujan dan salju di Pantai Barat AS berasal dari fenomena sungai atmosfer ini.
Namun, sungai atmosfer tidak hanya memengaruhi cuaca di Amerika Utara. Fenomena ini berperan penting dalam mendistribusikan curah hujan ke seluruh dunia, berkontribusi pada pola cuaca global. Para peneliti memperingatkan bahwa pergeseran sungai atmosfer menuju kutub dapat membawa dampak besar bagi sistem cuaca dunia dalam beberapa dekade mendatang. Daerah yang sebelumnya bergantung pada sungai atmosfer untuk presipitasi bisa mengalami penurunan curah hujan, yang meningkatkan risiko kekeringan dan gelombang panas.
Sementara itu, wilayah di lintang tinggi, seperti bagian utara Eropa atau Kanada, dapat menghadapi curah hujan yang lebih ekstrem, badai yang lebih kuat, dan risiko banjir yang meningkat. Namun, masih banyak yang belum dipahami mengenai dampak jangka panjang dari pergeseran ini. Salah satu kekhawatiran utama adalah konsekuensi yang tidak terduga bagi ekosistem laut. Sungai atmosfer berperan dalam memengaruhi suhu dan arus laut, sehingga pergeserannya ke kutub berpotensi memengaruhi dinamika lautan global, yang pada gilirannya dapat memperburuk perubahan iklim. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya bagaimana perubahan ini akan memengaruhi cuaca, lautan, dan kehidupan manusia di masa depan.
Para peneliti menekankan pentingnya memahami respons lautan terhadap pergeseran sungai atmosfer, terutama karena pergeseran ini sangat jelas terjadi di atas wilayah lautan ekstratropis—yaitu lautan di luar daerah tropis, seperti Samudra Atlantik dan Pasifik bagian utara dan selatan. Interaksi antara atmosfer dan lautan sangat kompleks, dan perubahan pola aliran uap air dari sungai atmosfer dapat berdampak signifikan pada suhu, arus laut, dan pola cuaca global.Ketika sungai atmosfer bergeser ke arah kutub, hal ini bisa memengaruhi siklus hidrologi dan pola penguapan dan presipitasi di lautan. Jika terjadi perubahan curah hujan dan angin di atas permukaan laut, arus laut dan suhu permukaan laut dapat berubah. Ini berpotensi memperburuk fenomena cuaca ekstrem, seperti badai tropis dan siklon, serta mengganggu keseimbangan ekosistem laut.
Peneliti menekankan bahwa perubahan ini tidak hanya berdampak pada laut dan atmosfer secara lokal tetapi juga dapat memicu umpan balik iklim yang mempengaruhi pola cuaca di seluruh dunia. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana perubahan aliran sungai atmosfer ini akan berdampak pada sistem lautan global, termasuk dampaknya terhadap keberlanjutan ekosistem laut dan kehidupan manusia yang bergantung pada stabilitas iklim dan cuaca.
REFERENSI:
Payne, Ashley, E dkk. 2020. Responses and impacts of atmospheric rivers to climate change. Nature Reviews Earth & Environment 143–157