Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu kondisi yang sering ditemukan di seluruh dunia, khususnya di negara dengan sumber daya terbatas. Berdasarkan jurnal “Maternal Anemia and Low Birth Weight: A Systematic Review and Meta-Analysis“, kondisi ini berkorelasi signifikan dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR), yaitu berat bayi kurang dari 2500 gram.
Dampak Anemia pada Janin
Anemia pada ibu hamil, yang didefinisikan sebagai kadar hemoglobin di bawah 11 g/dL, memengaruhi proses angiogenesis plasenta, sehingga mengurangi pasokan oksigen dan nutrisi ke janin. Akibatnya, pertumbuhan janin dapat terhambat, yang meningkatkan risiko kelahiran dengan BBLR. Analisis meta dalam jurnal menunjukkan bahwa ibu hamil dengan anemia memiliki peluang lebih tinggi melahirkan bayi dengan berat rendah (odds ratio [OR] 1,23; 95% CI: 1,06–1,43) dibandingkan ibu yang tidak mengalami anemia.

Sumber: id.pinterest.com
Faktor Risiko dan Penyebab
Prevalensi anemia pada ibu hamil secara global mencapai 38,2%, dengan distribusi lebih tinggi di Afrika (44,6%) dan Asia (39,3%). Penyebab utama anemia selama kehamilan meliputi:
- Defisiensi zat besi: Kekurangan asupan zat besi memengaruhi produksi hemoglobin.
- Infeksi: Penyakit menular dapat mengganggu metabolisme hemoglobin.
- Kekurangan nutrisi: Pola makan yang kurang bergizi memengaruhi status hemoglobin ibu.
Studi juga menunjukkan bahwa tingkat keparahan anemia memengaruhi risiko BBLR. Anemia berat (Hb <8 g/dL) menunjukkan hubungan yang lebih kuat dengan BBLR dibandingkan anemia ringan.
Faktor yang Berkontribusi terhadap Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Indonesia
Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia, dengan prevalensi mencapai 48,9% pada tahun 2018. Masalah ini tidak hanya berdampak pada kesehatan ibu, tetapi juga meningkatkan risiko komplikasi selama kehamilan dan kelahiran. Berikut adalah faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kejadian anemia pada ibu hamil berdasarkan analisis pada jurnal “Nutritional contributors to maternal anemia in Indonesia: Chronic energy deficiency and micronutrients” (2020).
1. Defisiensi Energi Kronis
Defisiensi energi kronis (DEK) merupakan faktor risiko utama dengan odds ratio (OR) tertinggi sebesar 3,81. Penyebab kondisi ini sering kali karena rendahnya kesadaran ibu hamil akan pentingnya kualitas dan kuantitas makanan selama kehamilan. Faktor lain, seperti mual dan muntah pada trimester pertama, turut mengurangi asupan nutrisi ibu hamil. Studi menunjukkan bahwa ibu hamil dengan DEK memiliki asupan energi yang hanya mencapai dua pertiga dari angka rekomendasi kecukupan gizi.
2. Paritas yang Tinggi
Ibu dengan jumlah kehamilan yang banyak (paritas tinggi) memiliki risiko lebih besar mengalami anemia (OR = 2,66). Paritas tinggi meningkatkan kebutuhan nutrisi, terutama zat besi, sehingga jika tidak terpenuhi dapat menyebabkan anemia. Risiko ini diperburuk oleh kemungkinan penurunan cadangan zat besi akibat kehamilan sebelumnya.
3. Rendahnya Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang rendah memiliki OR sebesar 2,56 terhadap risiko anemia. Pendidikan memengaruhi tingkat pemahaman ibu mengenai pentingnya asupan gizi yang seimbang dan kepatuhan terhadap suplementasi zat besi selama kehamilan.
4. Kurangnya Pengetahuan Kesehatan
Pengetahuan kesehatan yang terbatas juga merupakan faktor risiko penting (OR = 1,70). Banyak ibu hamil yang tidak memahami pentingnya pencegahan anemia dan efeknya terhadap kesehatan mereka dan bayi. Meskipun distribusi tablet zat besi telah meluas, tingkat kepatuhan konsumsi tetap rendah.
5. Faktor Lain yang Tidak Signifikan
Faktor seperti usia ibu dan suplementasi zat besi ternyata tidak secara signifikan memengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil di Indonesia dalam meta-analisis jurnal ini. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian anemia pada ibu di Indonesia bersifat multifaktorial dan penyebabnya tidak semata-mata karena defisiensi zat besi.
Rekomendasi Kebijakan dan Strategi
Untuk mengurangi kasus inil, perlu pendekatan yang lebih holistik. Kebijakan yang dapat diambil meliputi:
- Peningkatan Edukasi: Kampanye kesehatan untuk meningkatkan kesadaran ibu hamil mengenai pentingnya nutrisi selama kehamilan.
- Penguatan Layanan Kesehatan: Penyediaan layanan prenatal yang lebih personal dan berbasis kebutuhan individu.
- Optimalisasi Nutrisi: Perlu program yang mengedukasi masyarakat mengenai pola makan sehat berbasis lokal untuk meningkatkan asupan energi dan mikronutrien. Mendorong konsumsi makanan kaya zat besi, seperti daging merah, sayuran hijau, dan kacang-kacangan.
- Pemeriksaan rutin: Memantau kadar hemoglobin selama kehamilan untuk mendeteksi anemia.
- Suplementasi zat besi dan asam folat: Memberikan suplemen sesuai rekomendasi WHO untuk mencegah defisiensi
Anemia pada Ibu Hamil dan Kesehatan Bayi
Anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah masalah kompleks yang memerlukan intervensi multidimensi. Dengan fokus pada faktor risiko utama seperti defisiensi energi kronis dan edukasi kesehatan, harapannya dapat menekan kasus anemia hingga kesehatan ibu dan bayi lebih terjamin.
Anemia pada ibu hamil merupakan faktor risiko signifikan untuk kejadian BBLR. Oleh karena itu, penanganan komprehensif yang melibatkan deteksi dini, intervensi nutrisi, dan peningkatan kesadaran masyarakat perlu dilakukan untuk mengurangi prevalensi anemia dan dampaknya pada kesehatan ibu dan bayi. Selain itu, penting adanya kebijakan kesehatan yang fokus pada nutrisi ibu hamil, terutama di negara berkembang dengan prevalensi anemia tinggi.
Referensi
Figueiredo, et al. 2018. Maternal Anemia and Low Birth Weight: A Systematic Review and Meta-Analysis. Diakses pada 26 November 2024 dari https://www.mdpi.com/2072-6643/10/5/601
Lipoeto, et al. 2020. Nutritional contributors to maternal anemia in Indonesia: Chronic energy deficiency and micronutrients. Diakses pada 26 November 2024 dari https://apjcn.nhri.org.tw/server/APJCN/29/Suppl%201/S9.pdf
