Banyak penyakit yang saat ini ada dikarenakan adanya infeksi kuman atau bakteri. Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan penyakit kolera disebabkan oleh Vibrio cholera. Pengobatan terhadap infeksi bakteri selama ini menggunakan obat anti bakteri atau yang lebih dikenal sebagai antibiotik. Antibiotik bekerja dengan membunuh bakteri atau menghambat pertumbuhannya. Sejak penemuan antibiotik, penggunaannya sebagai obat untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh bakteri dinilai ampuh. Namun demikian, manusia mengkonsumsi antibiotik terlalu berlebihan dan membuat bakteri menjadi tahan (resisten) antibiotik. Bakteri mulai beradaptasi dengan memodifikasi selnya sehingga antibiotik tidak dapat merusak bakteri atau dengan membuat enzim yang dapat melawan antibiotik. Adanya bakteri yang tahan terhadap antibiotik ini membuat para ilmuwan mencari alternatif lain untuk menangani penyakit akibat infeksi bakteri yaitu dengan memanfaatkan musuh alami bakteri yang disebut dengan bakteriofaga.
Bakteriofaga (phage) berasal dari kata “bakteri” (kuman) dan “phage” (memakan). Jadi secara bahasa bakteriofaga disebut dengan pemakan kuman. Bakteriofaga merupakan virus yang menyerang bakteri dan tidak berbahaya bagi sel lain kecuali sel bakteri. Bakteriofaga pertama kali ditemukan oleh Frederik Twort pada tahun 1915 sebagai materi transparan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, kemudian pada tahun 1917 Felix d’Herelle dapat mengisolasinya dan memberi nama bakteriofaga (bacteriophage) [1]. Partikel bakteriofaga jumlahnya melimpah di alam. Di dalam saluran pencernaan manusia sendiri jumlah bakteriofaga mencapai sekitar 1015 partikel [2].
Bentuk bakteriofaga cukup imut dan tersusun atas komponen yang sederhana meliputi bagian kepala dan ekor (Gambar 1). Bagian kepala ini disebut kapsid yang menyimpan materi genetik seperti DNA atau RNA. Bagian ekor berperan untuk melekat dan memasukkan materi genetik ke dalam bakteri.
Sama seperti partikel virus lainnya, bakteriofaga hanya dapat bereproduksi di dalam sel hidup. Bakteriofaga bereproduksi melalui fase litik dan lisogenik. Pada fase litik, bakteriofaga menginfeksi sel inang, menggunakan semua materi dari sel inang untuk membuat bakteriofaga baru yang banyak dan menyebabkan sel lisis (pecah). Pada fase lisogenik bakteriofaga bertahan di dalam sel. Kedua strategi reproduksi tersebut tidak selalu dipilih oleh semua bakteriofaga. Ada bakteriofaga yang hanya reproduksi dengan fase litik namun ada juga yang bisa fase litik dan lisogenik.
Bakteriofaga bersifat pemilih atau spesifik terhadap targetnya. Sebagai contoh, bakteriofaga T4 menyerang bakteri Eschericia coli. Sifat pemilih dari partikel virus ini dimanfaatkan manusia dengan menjadikannya terapi untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Terapi ini disebut dengan terapi phage. Negara Polandia sudah banyak menggunakan bakteriofaga untuk mengatasi penyakit karena infeksi bakteri [3]. Terapi phage dinilai aman bagi sel manusia karena bakteriofaga tidak menyerang sel manusia. Selain itu pemberian bakteriofaga ke dalam tubuh hanya bertahan beberapa hari dan ketika bakteri targetnya sudah diatasi bakteriofaga dapat keluar dari tubuh melalui urine atau feses [4].
Penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat menyebabkan bakteri melakukan mutasi dan menjadi tahan terhadap antibiotik. Apakah bakteri juga bisa mutasi dan menjadi tahan terhadap serangan bakteriofaga? Hal ini tentunya dapat terjadi, namun jangan lupa bakteriofaga merupakan virus yang juga jago mutasi. Ketika bakteri mutasi menjadi lebih kuat maka bakteriofaga akan mengimbanginya. Bakteri dan bakteriofaga merupakan musuh bebuyutan sejak lama. Selain itu bakteri yang berusaha memperkuat dirinya terhadap serangan bakteriofaga akan kehilangan kemampuan pertahanan terhadap antibiotik. Penggunaan terapi bakteriofaga yang dikombinasi dengan antibiotik dapat mengatasi serangan bakteri lebih baik.
Referensi :
[1] Kortright KE, Chan BK, Koff JL, Turner PE. Phage therapy: a renewed approach to combat antibiotic-resistant bacteria. Cell host & microbe. 2019 Feb 13;25(2):219-32.
[2] Dalmasso M, Hill C, Ross RP. Exploiting gut bacteriophages for human health. Trends in microbiology. 2014 Jul 1;22(7):399-405.
[3] Harada LK, Silva EC, Campos WF, Del Fiol FS, Vila M, Dąbrowska K, Krylov VN, Balcão VM. Biotechnological applications of bacteriophages: state of the art. Microbiological research. 2018 Jul 1;212:38-58.
[4] Zalewska-Piątek B, Piątek R. Phage Therapy as a Novel Strategy in the Treatment of Urinary Tract Infections Caused by E. Coli. Antibiotics. 2020 Jun;9(6):304.