BLOB di Perut Bumi: Pemantik Letusan Supervulkanik dari Inti Planet

Awalnya, BLOB dianggap sebagai fitur geologi yang aneh tapi tidak berbahaya. Namun, penelitian terbaru mengungkapkan bahwa struktur ini ternyata sangat penting: BLOB kemungkinan besar menjadi pemicu dari letusan supervulkanik di masa lalu.

Di bawah permukaan bumi tempat kita berpijak, jauh lebih dalam dari yang bisa digali manusia, terdapat massa raksasa yang tidak bisa kita lihat langsung. Massa ini bukan sekadar kumpulan batu biasa, melainkan formasi panas yang sangat besar, membentang hingga ribuan kilometer di bawah tanah. Struktur raksasa ini terdiri dari material panas yang padat dan berada di lapisan mantel bumi, yaitu bagian di antara kerak bumi (lapisan terluar tempat kita tinggal) dan inti bumi (bagian terdalam). Meski tersembunyi, struktur ini memiliki pengaruh besar terhadap sejarah dan dinamika geologi Bumi termasuk pembentukan gunung, aktivitas gempa bumi, dan bahkan bagaimana benua bergerak selama jutaan tahun.

Struktur raksasa yang tersembunyi di dalam perut Bumi ini dikenal dengan nama BLOB, singkatan dari Big Low-Shear Velocity Province, yang berarti “Wilayah Besar dengan Kecepatan Gelombang Geser Rendah”. Nama ini berasal dari cara para ilmuwan mendeteksinya, mereka menggunakan gelombang seismik (gelombang getaran dari gempa bumi) untuk “mengintip” ke dalam bumi, dan menemukan bahwa gelombang tersebut melambat saat melewati daerah ini, menandakan bahwa materialnya berbeda dari sekitarnya, lebih panas, dan mungkin lebih padat.

Awalnya, BLOB dianggap sebagai fitur geologi yang aneh tapi tidak berbahaya. Namun, penelitian terbaru mengungkapkan bahwa struktur ini ternyata sangat penting: BLOB kemungkinan besar menjadi pemicu dari letusan supervulkanik di masa lalu. Supervulkanik adalah jenis letusan gunung berapi yang luar biasa besar, jauh lebih kuat dari letusan biasa yang bisa menyemburkan abu dan gas ke atmosfer dalam jumlah besar, hingga mengubah iklim global dan menyebabkan bencana bagi kehidupan di Bumi, termasuk kepunahan massal.

Untuk memahami peran BLOB, kita harus melihat struktur internal Bumi. Bumi terdiri dari empat lapisan utama:

  • Kerak (permukaan tempat kita hidup)
  • Mantel (lapisan batuan panas yang tebal)
  • Inti luar (logam cair)
  • Inti dalam (logam padat)

BLOB berada di mantel bawah, sekitar 2.000–2.900 km di bawah permukaan. Ini adalah zona dengan suhu ekstrem hingga 4.000 derajat Celsius dan tekanan sangat tinggi. Di sinilah BLOB “hidup” dan memengaruhi geodinamika planet.

Baca juga artikel tentang: Gunung Berapi di Antartika Hasilkan Emas: Apakah Ini Awal Penambangan di Kutub?

Secara ilmiah, BLOB adalah zona besar di mantel bawah yang memiliki kecepatan gelombang geser (shear wave) rendah, berdasarkan data seismik. Itu artinya gelombang gempa melambat saat melewati daerah ini, mengindikasikan adanya material berbeda, mungkin lebih panas, lebih lembut, atau lebih padat.

Ada dua BLOB utama yang telah diidentifikasi:

  • BLOB Afrika: berada di bawah Afrika bagian selatan.
  • BLOB Pasifik: terletak di bawah Samudra Pasifik barat.

Masing-masing membentang lebih dari 1.000 km dan telah eksis selama ratusan juta tahun. Para ilmuwan kini menyadari bahwa BLOB berfungsi seperti dapur magma raksasa yang memicu berbagai letusan besar.

Dari BLOB inilah muncul mantle plume, aliran batuan panas yang naik dari mantel bawah ke kerak Bumi. Mantle plume bisa diibaratkan seperti jet panas dari bawah, yang menembus kerak dan menyebabkan letusan gunung berapi.

Bukan sembarang letusan. Mantle plume yang berasal dari BLOB sering memicu letusan raksasa yang dikenal sebagai Large Igneous Provinces (LIP), letusan yang bisa mengubah iklim global, menyebabkan kepunahan massal, dan membentuk daratan baru.

Skema hubungan spasial antara struktur mantel basal dan letusan gunung berapi dengan asumsi adanya bulu mantel seperti pada penelitian sebelumnya (kiri) dan dengan bulu mantel eksplisit seperti pada penelitian ini (kanan). Skema ini tidak digambar sesuai skala.

Bukti Nyata: Simulasi Selama 1 Miliar Tahun

Penelitian terbaru yang dipimpin oleh Annalise Cucchiaro dari Universitas Wollongong, Australia, melakukan rekonstruksi geologis selama 1 miliar tahun. Mereka menggunakan:

  • Data geologi permukaan,
  • Model pergerakan lempeng tektonik,
  • Simulasi konveksi mantel secara global.
  • Hasilnya mengejutkan: hampir semua letusan raksasa dalam sejarah terjadi tepat di atas atau dekat dengan posisi BLOB pada masa tersebut. Ini menunjukkan hubungan kausal, bukan kebetulan.

Beberapa letusan terbesar yang pernah terjadi dan diduga dipicu oleh BLOB:

  • Siberian Traps (250 juta tahun lalu): menyebabkan kepunahan terbesar dalam sejarah Bumi.
  • Deccan Traps (66 juta tahun lalu): berkontribusi terhadap punahnya dinosaurus.
  • Ontong Java Plateau (122 juta tahun lalu): salah satu letusan dasar laut terbesar yang diketahui.

Letusan jenis ini bisa melepaskan jutaan kilometer kubik magma, menyelimuti atmosfer dengan gas sulfur dan karbon, serta menyebabkan pendinginan global yang ekstrem.

Apakah BLOB Bergerak?

Pertanyaan menarik adalah: apakah BLOB tetap di tempat atau bisa berpindah?
Model simulasi menunjukkan bahwa BLOB dapat bergeser perlahan dalam skala waktu jutaan tahun. Namun, pergerakannya lambat dan cenderung stabil di wilayah yang sama, menjadikannya peta risiko alami jangka panjang bagi Bumi.

Mengetahui posisi dan pengaruh BLOB membawa berbagai manfaat:

Mitigasi Bencana: membantu ilmuwan memetakan wilayah yang berpotensi mengalami letusan besar di masa depan.

Eksplorasi Mineral: wilayah bekas LIP kaya akan mineral langka seperti nikel, emas, hingga berlian.

Energi Panas Bumi: suhu tinggi dari jalur plume dapat menjadi sumber energi geothermal berkelanjutan.

BLOB bukan hanya masalah bencana, tetapi juga peluang energi dan ekonomi jika dimanfaatkan dengan bijak.

Studi ini bukan sekadar penemuan geologis. Ini adalah langkah besar dalam memahami dinamika dalam planet kita, yang:

  • Menjawab misteri letusan supervulkanik masa lalu,
  • Menunjukkan bahwa mantel bawah Bumi bersifat aktif dan memengaruhi permukaan,
  • Memberi alat baru untuk memahami sejarah, risiko, dan potensi Bumi ke depan.

BLOB bukan hanya fitur misterius di dalam planet kita, ia adalah aktor utama dalam sejarah geologis Bumi. Ia membentuk permukaan, menghancurkan kehidupan, dan bahkan mungkin menentukan evolusi spesies melalui bencana.

Dengan kombinasi data seismik, simulasi geodinamika, dan bukti geologis, ilmuwan kini semakin yakin bahwa letusan gunung berapi terbesar dan dampaknya terhadap kehidupan tidak terjadi secara acak, tetapi berakar dari kedalaman inti planet kita.

Memahami BLOB adalah memahami denyut nadi Bumi itu sendiri.

REFERENSI:

Cucchiaro, Annalise dkk. 2025. Large volcanic eruptions are mostly sourced above mobile basal mantle structures. Communications Earth & Environment 6 (1), 538.

Jorgenson, Corin dkk. 2025. A Myriad of Melt Inclusions: A 3D Analysis of Melt Inclusions Reveals the Gas-Rich Magma Reservoir of Colli Albani Volcano (Italy). Journal of Petrology 66 (3), egaf012.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top