SOMA (Self-Orienting Millimeter-scale Applicator), Solusi Pengobatan Terbaru untuk Orang yang Takut Disuntik

Kata suntik merupakan salah satu kata “horror” bagi sebagian besar orang. Jarumnya yang tajam dan sensasi sakitnya yang lumayan mengerikan […]

Kata suntik merupakan salah satu kata “horror” bagi sebagian besar orang. Jarumnya yang tajam dan sensasi sakitnya yang lumayan mengerikan membuat orang menjadi takut untuk disuntik. Padahal, di dalam suntikan terdapat obat yang cukup penting untuk meningkatkan ketahanan tubuh kita dan juga berguna dalam pemberian obat bius.

Untuk anda yang takut disuntik, jangan khawatir. Baru-baru ini Ilmuwan dari MIT dan Universitas Harvard telah menemukan obat yang dapat membantu memasukkan Biomakromolekul (senyawa obat yang hanya dapat dimasukkan dengan cara disuntik) dengan cara ditelan.

Apa Itu Soma?

Obat tersebut dikenal sebagai SOMA (self-orienting millimeter-scale applicator). Salah satu Ilmuwan penemu SOMA menyatakan bahwa SOMA adalah metode terbaru pengiriman bahan farmasi aktif. Bahan farmasi aktif adalah Zat yang digunakan dalam produk farmasi jadi, yang memiliki efek langsung dalam diagnosis, penyembuhan, mitigasi, pengobatan atau pencegahan penyakit, serta memiliki efek langsung dalam memulihkan, memperbaiki, atau memodifikasi fungsi fisiologis (fungsi dari bagian-bagian tubuh) pada manusia[4]. Para Ilmuwan tersebut juga menyatakan bahwa SOMA memiliki tingkat keamanan yang baik dan tidak menyebabkan efek buruk pada lambung. Hal tersebut sudah diakui oleh pihak FDA, badan pengawas obat asal Amerika Serikat[1].

Bagaimana Bentuknya? dan Apakah Aman Untuk Tubuh?

SOMA Jika Dibandingkan dengan Uang Koin

Menurut Abramsom, salah satu penemu SOMA, SOMA memiliki bentuk yang terinspirasi dari seekor kura-kura macan tutul. Hal tersebut dikarenakan tubuh kura-kura macan tutul memiliki bentuk yang monostatik, dimana bentuk tersebut merupakan bentuk tubuh yang dapat menyesuaikan diri dengan gangguan eksternal (seperti aliran fluida, gerak peristaltik, dll). Sehingga, dengan bentuk tersebut pengantaran obat menuju usus akan mudah untuk dilakukan[1].

Kura-kura Macan Tutul (Geochelone pardalis), inspirasi bentuk SOMA

Selain itu, SOMA juga memiliki pusat massa dan kelengkungan pada bagian atas yang dapat membuat obat ini berdiri tegak sesuai keinginan, sama seperti bentuk kura-kura macan tutul sehingga proses transfer obat dapat berjalan tanpa adanya goyangan atau gangguan lain. Pusat massa tersebut berasal dari kombinasi low-density polycaprolactone (PCL), stainless-steel yang sering digunakan sebagai kawat gigi, sehingga terbukti aman untuk tubuh [1].

Struktur SOMA

Bagaimana Sistem Transfer obat Pada SOMA?

Cara Kerja SOMA

Sistem transfer obat pada SOMA sebenarnya sama seperti suntikan pada umumnya, akan tetapi proses penyuntikan terjadi pada bagian usus yang menurut penemu SOMA tidak terasa sakitnya. Berdasarkan hasil tes, ditunjukkan bahwa SOMA memberikan suntikan pada dinding lambung setebal 4 mm-6 mm yang tidak memiliki respon rasa sakit. Setelah obat selesai dikirim, SOMA diekskresikan bersamaan dengan feses [1].

Uji coba pertama dilakukan pada babi, dengan pemberian insulin melalui SOMA. Hasil menunjukkan bahwa kadar gula darah babi turun selama 16 minggu, yang memiliki arti SOMA berhasil mengantar insulin ke dalam tubuh babi. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan tidak adanya kerusakan pada lambung dan usus babi[3].

Namun, masih ada permasalahan untuk SOMA, yaitu SOMA hanya dapat digunakan pada saat hewan dalam keadaan berpuasa. Hal ini dikarenakan adanya kotoran yang menyumbat pegas pada SOMA (untuk yang tidak berpuasa) sehingga proses penyuntikkan tidak berjalan dengan baik. Salah satu solusi yang disarankan adalah dengan menggunakan silikon, akan tetapi silikon masih perlu pengujian lebih lanjut[3].

Bagaimana dari segi ekonominya?

Masih belum dipublikasi secara detail tentang harga dari obat ini. Namun satu hal yang pasti, Tim MIT sekarang bekerja dengan Novo Nordisk, perusahaan farmasi asal Belanda, yang menyediakan dana untuk pengembangan penelitian ini, untuk lebih mengembangkan teknologi dan mengoptimalkan proses pembuatannya. “Motivasi kami adalah untuk memudahkan pasien untuk minum obat, terutama obat yang memerlukan suntikan,” kata Traverso, dilansir dari genengnews.com.[4]

Sumber :

[1] Abramson, Alex, Ester Caffarel-Salvador, dkk. 2019. “An ingestible self-orienting system for oral delivery of macromolecules”. Science Vol. 363 (6427), Hal 611-615.

[2] Genetic Engineering and Biotechnology News. 2019. “Tortoise-Inspired Insulin Delivery Takes Its Time”. Diakses tanggal 19 Februari 2019, dari https://www.genengnews.com/uncategorized/tortoise-inspired-insulin-delivery-takes-its-time/

[3] Mole, Beth. 2019. “Hate Needles? This Ingestible Pill Painlessly Injects Drug Into Your Gut”. Diakses tanggal 8 februari 2019, dari https://arstechnica.com/science/2019/02/hate-needles- this-ingestible-pill-painlessly-injects-drug-into-your-gut/

[4] World Health Organization. 2011. “Definition of Active Pharmaceutical Ingredient”. Diakses tanggal 19 Februari 2019, dari https://www.who.int/medicines/areas/quality_safety/quality_assurance/DefinitionAPI-QAS11-426Rev1-08082011.pdf

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top