Indonesia sering dijuluki sebagai “negeri seribu gunung api”. Julukan ini bukan berlebihan, karena wilayah Nusantara memang berada di atas Cincin Api Pasifik (Ring of Fire), yaitu jalur pertemuan lempeng tektonik aktif yang penuh dengan gunung berapi dan sering mengalami gempa. Yang menarik, gunung api di Indonesia tidak hanya berdiri megah di daratan, seperti Merapi di Jawa atau Sinabung di Sumatra, tetapi juga banyak yang tersembunyi jauh di dasar laut.
Secara keseluruhan, Indonesia memiliki lebih dari 120 gunung api aktif yang masih bisa meletus kapan saja. Dari jumlah tersebut, sebagian besar justru berada di bawah permukaan samudra. Gunung api bawah laut ini membentuk bentang alam yang menakjubkan, sekaligus menjadi titik panas bagi berbagai proses geologi dan biologis yang belum banyak kita pahami.
Sayangnya, wilayah laut dalam di sekitar gunung api bawah laut ini masih bisa diibaratkan sebagai “halaman kosong” dalam buku pengetahuan manusia”. Artinya, pengetahuan kita tentang ekosistem, makhluk hidup, maupun proses alam yang terjadi di sana masih sangat terbatas. Padahal, area tersebut kemungkinan menyimpan banyak rahasia, dari spesies laut yang belum pernah teridentifikasi, hingga potensi sumber daya alam dan energi yang bisa bermanfaat bagi umat manusia.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Indonesia melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan bekerja sama dengan OceanX, sebuah organisasi internasional yang bergerak khusus di bidang eksplorasi laut dalam. OceanX dikenal dengan kapal riset canggihnya yang dilengkapi laboratorium terapung, robot bawah laut, hingga fasilitas dokumentasi kelas dunia. Kolaborasi ini direncanakan berlangsung pada November hingga Desember 2025, dengan lokasi utama di perairan Sulawesi Utara, salah satu wilayah laut terdalam dan paling aktif secara geologi di Nusantara.
Tujuan ekspedisi ini bukan sekadar menyelam untuk melihat pemandangan bawah laut, melainkan sebuah misi ilmiah besar: membongkar misteri ekosistem di sekitar gunung api bawah laut. Gunung api bawah laut adalah bentukan geologi raksasa yang muncul akibat aktivitas tektonik di dasar samudra. Mereka bisa mengeluarkan panas, gas, dan mineral, yang pada gilirannya menciptakan habitat unik bagi berbagai makhluk hidup.
Melalui penelitian ini, para ilmuwan berharap dapat mengungkap lebih dalam rahasia geologi (bagaimana gunung api bawah laut terbentuk dan berevolusi), rahasia biologi (makhluk-makhluk apa saja yang sanggup bertahan hidup di lingkungan ekstrem penuh tekanan dan suhu tinggi), hingga jasa ekosistem (manfaat yang diberikan oleh ekosistem ini bagi manusia, seperti penyimpanan karbon, sumber daya mineral, atau bahkan inspirasi senyawa obat-obatan baru).
Baca juga artikel tentang: Seperti Legenda Atlantis, Pulau di Samudra Pasifik Tiba-Tiba Hilang di Laut
Mengapa Gunung Api Bawah Laut?
Gunung api bawah laut bukan sekadar gundukan batu di dasar laut. Mereka adalah laboratorium alam tempat terjadi proses geologi aktif, pelepasan mineral, dan interaksi kompleks antara magma, air laut, serta kehidupan.
- Ekologi unik: Di sekitar kawah hidrotermal, mikroba dapat hidup dari energi kimia, bukan sinar matahari—suatu analogi yang sering dipakai dalam pencarian kehidupan di planet lain.
- Biodiversitas tersembunyi: Banyak spesies laut dalam yang belum pernah teridentifikasi. Ekspedisi ini bisa menghasilkan catatan baru tentang flora-fauna Indonesia.
- Bahaya geologi: Aktivitas gunung api bawah laut berpotensi memicu gempa atau tsunami. Dengan memahami strukturnya, kita bisa meningkatkan sistem mitigasi bencana.
Enam Fokus Riset Ilmiah
Tim ekspedisi menyusun agenda penelitian multidisipliner dengan enam tema besar:
- Keanekaragaman Hayati Laut Dalam
Mengidentifikasi spesies unik dan memahami kesehatan ekosistem gunung api. - Oseanografi dan Konektivitas Ekosistem
Meneliti arus laut, suhu, serta keterhubungan antara ekosistem dangkal dan laut dalam. - Genomik Laut
Menggunakan analisis DNA untuk memetakan biodiversitas secara lebih detail daripada metode pengamatan visual saja. - Geologi dan Bahaya Bawah Laut
Mencatat struktur geologi, potensi letusan, dan deformasi dasar laut yang berkaitan dengan gempa. - Megafauna dan Jaringan Makanan (pilot)
Mengkaji peran hewan besar—seperti paus, hiu, atau pari—dalam rantai makanan laut dalam. - Jasa Ekosistem dan Karbon (pilot)
Mengevaluasi bagaimana laut dalam menyimpan karbon dan berkontribusi pada keseimbangan iklim global.
Pendekatan lintas bidang ini menunjukkan bahwa ekspedisi bukan sekadar tentang eksplorasi, melainkan juga tentang pemahaman sistem laut sebagai satu kesatuan.
Teknologi yang Digunakan
Kapal riset Ocean Explorer akan menjadi pusat operasi. Kapal sepanjang 87 meter ini dilengkapi teknologi mutakhir, antara lain:
- ROV (Remotely Operated Vehicle) yang bisa menjelajah hingga kedalaman ratusan meter.
- Submersible Triton berkapasitas dua peneliti, mampu menyelam sampai 1.000 meter.
- CTD rosette sampler untuk mengukur parameter air (suhu, salinitas, oksigen).
- Laboratorium basah dan kering untuk analisis sampel langsung di kapal.
- Helikopter Airbus untuk pemetaan dan logistik dari udara.
Kombinasi ini memungkinkan peneliti melakukan observasi langsung mulai dari pengambilan sampel biota hingga pemetaan geologi, tanpa harus menunggu kembali ke daratan.
Manfaat bagi Indonesia
- Data Dasar untuk Konservasi
Hasil ekspedisi akan menjadi referensi penting untuk merancang kawasan konservasi laut, terutama di perairan Sulawesi Utara yang kaya biodiversitas. - Mitigasi Bencana
Pemetaan geologi bawah laut dapat membantu memperbaiki sistem peringatan dini tsunami dan gempa di kawasan rawan bencana. - Kapasitas Ilmuwan Lokal
Peneliti Indonesia akan ikut serta aktif. Syaratnya minimal bergelar S2, sehingga ekspedisi ini sekaligus menjadi wadah pelatihan generasi baru ilmuwan laut dalam. - Penguatan Diplomasi Ilmiah
Dengan Indonesia sebagai pemimpin riset, ekspedisi ini memperlihatkan bahwa kita mampu menjadi pemain utama dalam sains kelautan global, bukan hanya objek penelitian pihak luar.
Jendela ke Dunia yang Belum Dikenal
Ekspedisi ini ibarat membuka lembaran baru dalam buku besar bumi. Menurut banyak ahli, lebih banyak orang yang menginjakkan kaki di Bulan daripada yang menjelajahi laut dalam. Fakta ini menunjukkan betapa misteriusnya samudra kita sendiri.
Jika ekspedisi berhasil, mungkin kita akan menemukan:
- Spesies baru yang bisa mengubah cara pandang kita tentang evolusi,
- Mekanisme penyimpanan karbon laut dalam yang relevan dengan isu perubahan iklim,
- atau bahkan sistem ekosistem mikroba yang memberi petunjuk tentang asal-usul kehidupan di bumi.
Ekspedisi laut dalam Sulawesi Utara oleh BRIN dan OceanX adalah langkah bersejarah. Ia menggabungkan teknologi mutakhir, keahlian ilmuwan lokal, serta kepemimpinan nasional dalam riset global.
Gunung api bawah laut bukan hanya objek geologi, melainkan juga ekosistem hidup, penyimpan karbon, dan potensi bencana. Dengan menyingkap misteri mereka, kita tak hanya memperluas cakrawala ilmu pengetahuan, tapi juga menjaga masa depan manusia yang erat bergantung pada kesehatan laut.
Baca juga artikel tentang: Mengungkap Misteri Penyakit Wasting pada Bintang Laut: Harapan Baru untuk Ekosistem Laut
REFERENSI:
BRIN-Ocean X Riset Laut Dalam, Fokus Ekosistem Gunung Api Bawah Laut Sulawesi Utara. BRIN: https://brin.go.id/diri/posts/kabar/brin-ocean-x-riset-laut-dalam-fokus-ekosistem-gunung-api-bawah-laut-sulawesi-utara diakses pada tanggal 28 Agustus 2025.
Ruslan, Muliddin La Ode Rusmianto & Pratikino, A Ginong. 2025. Ocean Wave Energy Potential in the Wakatobi Regency Waters, Southeast Sulawesi Province, Indonesia. jurnal.utu.ac.id: https://scholar.google.com/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&as_ylo=2025&q=sulawesi+utara+ocean&btnG=#d=gs_qabs&t=1756370997996&u=%23p%3D-rXN9xkAO2AJ diakses pada tanggal 28 Agustus 2025.

