Ditulis Oleh Husnul Khatimah
Alam mengajarkan manusia banyak hal. Sejak dahulu beberapa tumbuhan telah digunakan dalam pengobatan tradisional yang mendorong dilakukannya penelitian mengenai kandungan aktif dalam tumbuhan. Pengetahuan mengenai komponen aktif ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan bahan baku obat (lead compound). Hingga tahun 2006, sekitar 60% dan 75% kandidat obat baru kanker dan penyakit menular berasal dari bahan alam [1].
Gambar 1 Beberapa organisme laut penghasil senyawa aktif yang telah digunakan dalam pengobatan
Selain berasal dari tumbuhan, fungi, dan bakteri, organisme laut juga berkontribusi penting dalam pencarian bahan baku obat. Hingga tahun 2015 terdapat sekitar 27.000 bahan alam dari laut (marine natural product) yang telah dilaporkan, delapan diantaranya telah dipasarkan dan umumnya digunakan sebagai obat kanker. Spongothymidine dan spongouridine yang berasal dari ekstrak sponge Tectitethya crypta menjadi dasar disintesisnya obat leukimia, cytarabine. ω-conotoxin MVIIA (ziconotide) yang diisolasi dari racun siput pemburu ikan (Conum magus) telah terdaftar dalam FDA (Food and Drug Administration) pada tahun 2004 dan digunakan sebagai penghilang rasa sakit. Sejak tahun 2007, Trabectedin (dikenal dengan Yondelis) yang diisolasi dari Ecteinascidia turbinata juga telah digunakan di Eropa untuk mengobati kanker ovarium. Halichondrin B yang merupakan kandungan sponge Halichondria menjadi bahan baku disintesisnya obat kanker payudara Eribulin mesilat (Halaven) [2].
Gambar 2 Struktur senyawa aktif dari organisme laut [2]
Penelitian mengenai pemanfaatan senyawa aktif dari organisme laut masih terus berlanjut. Selain beberapa obat yang telah dipasarkan, saat ini terdapat sekitar 27 senyawa alam (dari laut) yang sedang dalam tahap uji klinis, dua diantaranya adalah tetrodotoxin dan aplidine [2]. Perlu diketahui bahwa senyawa alam (natural product) bukanlah obat, melainkan senyawa yang dihasilkan oleh bahan atau organisme alam dan ditetapkan sebagai bahan baku atau kandidat obat setelah melalui uji bioaktivitas. Untuk menjadi obat, senyawa ini masih harus melalui tahapan uji praklinis dan klinis, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3 [3]. Tetrodotoxin yang merupakan kandungan ikan buntal (pufferfish) dilaporkan berpotensi sebagai neurotoksin dan saat ini dalam tahap uji klinis fase III. Selain itu, aplidine yang diisolasi dari invertebrata laut Aplidium albicans yang berpotensi sebagai antitumor juga telah mencapai tahap uji klinis fase III [2].
Gambar 3 Tahapan uji bahan baku obat menjadi obat (https://www.compoundchem.com)
Pencarian bahan baku obat dari organisme laut masih terus dilakukan. Saat ini, eksplorasi komponen aktif dari organisme laut Indonesia juga telah dilakukan. Salah seorang penggiat marine natural product, I Wayan Mudianta, melakukan eksplorasi metabolit sekunder pada sponge Aplysinella strongylata yang diperoleh dari teluk Tulamben, Bali pada kedalaman 20 m. Penelitian ini diawali dengan ekstraksi sponge menggunakan pelarut diklorometana : metanol (1 : 1). Ekstrak yang diperoleh selanjutnya dipartisi menjadi tiga kelompok (n-heksana, etil asetat, dan butanol) berdasarkan perbedaan kepolaran. Isolasi lebih lanjut dilakukan terhadap fraksi etil asetat dengan menggunakan beberapa metode kromatografi sehingga diperoleh 27 senyawa kelompok Psammaplysin, 21 diantaranya merupakan senyawa baru. Keberagaman struktur turunan Psammaplysin hasil isolasi terletak pada perbedaan gugus samping cincin aromatik pada C-16 [4].
Gambar 4 Sponge Aplysinella strongylata
Terhadap beberapa senyawa hasil isolasi tersebut dilakukan uji aktivitas secara in vitro. Hasil uji aktivitas menunjukkan senyawa 19-hydroxypsammaplysin E yang diisolasi dari sponge ini aktif menghambat pertumbuhan parasit P. falciparum 3D7 dengan IC50 6,4±1,4 mM [4]. Kajian bioaktivitas yang dilaporkan masih terbatas pada aktivitas antimalaria, sehingga kedepannya perlu dilakukan pengujian bioaktivitas lain yang lebih potensial mengingat uniknya struktur metabolit sekunder pada sponge ini dan pontensi organisme laut yang sebagian besar bermanfaat sebagai antikanker.
19-hydroxypsammaplysin E
Gambar 5 Salah satu struktur senyawa hasil isolasi
Indonesia merupakan salah pusat keanekaragaman hayati dan beberapa wilayahnya termasuk ke dalam segitiga terumbu karang (coral triangle) yang merupakan pusat keanekaragaman hayati laut. Menarik dan sangat potensialnya komponen kimia biota laut seyogyanya dapat mendorong lebih aktifnya eksplorasi metabolit sekunder pada organisme laut, khususnya dari perairan Indonesia.
Referensi:
- Gullo, V.P., McAlpine, J., Lam, K.S., Baker, D., Peterson, F. 2006. Drug discovery from natural products. Ind. Microbiol. Biotechnol., 33, 523-531
- Altmann, K-H. 2017. Drug from oceans: Marine natural products as leads for drug discovery. Chimia, 71, 10, 646-652.
- com. Undestanding drus discovery process. https://www.compoundchem.com/2016/01/16/drug-discovery/ (diakses pada 15 Agustus 2019)
- Mudianta, I.W., Skinner-Adams, T., Andrews, K.T., Davis, R.A., Hadi, T.A., Hayes, P.Y., Garson, M.J. 2012. Psammaplysin derivatives from the Balinese marine sponge Aplysinella strongylata. Nat. Prod., 75, 2132-2143.