Lompat ke konten

Teknologi Nano Bubble : Solusi Berkelanjutan Perikanan Indonesia

blank
Print Friendly, PDF & Email

Ditulis Oleh Darul Huddi

blank

Potensi perikanan Indonesia (sumber : https://bit.ly/2Yoakc5 )

Indonesia adalah negara kepulauan yang dihubungkan dengan laut.  Luas Indonesia termasuk laut adalah 1.904.569 km persegi dan termasuk ke dalam 25 besar negara dengan luas wilayah terluas di dunia.  Dua pertiga dari luas Indonesia adalah laut. Yang artinya, potensi pemanfaatan laut Indonesia sangat besar. Bahkan Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Dengan potensi yang luar biasa ini, tentunya harus dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin demi kesejahteraan negara Indonesia.

blank

Mino Bubble Technology (Sumber : www.nabilsatria.com)

Menurut Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), Indonesia termasuk ke dalam 10 negara dengan produksi ikan terbesar dunia.  Hal ini berarti, kebutuhan Indonesia dengan ikan juga sangat besar. Kementerian Kelautan dan Kehutanan, memperkirakan angka komsumsi ikan Indonesia pada tahun 2019 adalah 54,49 kg/kapita. Angka ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu 50,69 kg/kapita dan diperkirakan akan terus meningkat sepanjang tahunnya.



Produksi ikan Indonesia sebagian besar dari hasil tangkap langsung di laut sekitar 75 persen. Namun, produksi ikan dengan tangkap langsung disinyalir dapat merusak ekosistem biota laut dikarenakan maraknya penangkapan ikan yang tidak mematuhi aturan dalam penangkapan ikan seperti menggunakan bahan peledak yang jelas dapat menghancurkan ekosistem terumbu karang dan membunuh plasma nutfah.

Selain hasil produksi dari tangkap langsung, sektor lain yang tidak kalah potensial adalah dari hasil budidaya ikan. Sekitar 25 persen hasil produksi ikan berasal dari hasil budidaya. Hal ini tentu tidak dapat dianggap remeh karena kebutuhan akan ikan dari hasil budidaya juga terbilang cukup tinggi. Namun. Semenjak tahun 2005, angka ini cenderung stagnan dikarenakan permasalahan lahan dan kebutuhan akan air yang memadai.

blank

Dari kiri ke kanan Nabil Satria Faradis, Untari Ramadhani, dan Fajar Sidik (sumber: ugm.ac.id)

Kondisi dan permasalah inilah yang mendorong tiga mahasiswa UGM untuk mengembangkan inovasi dalam mengatasi permasalahan produksi ikan sektor budidaya dalam air yang memadai.  Mereka adalah Muhammad Nabil Satria Faradis dan Fajar Sidik Abdullah dari Teknik Mesin dan Untari Febrian Ramadhani dari Manajemen FEB yang telah berhasil memenangkan kompetisi Young Southeast Asian Leaders Initiatives (YSEALI) World of Food Innovation Challenge 2016

blank

Teknologi Mino Bubble (sumber : ugm.ac.id)

 Pada dasarnya, alat ini bekerja dengan menciptakan micro bubble atau gelembung udara yang jauh lebih kecil dari yang dihasilkan aerator biasa yang akan meningkatkan jumlah oksigen terlarut pada air kolam budidaya. Dengan peningkatan jumlah oksigen terlarut ini, kebutuhan akan air bersih untuk budidaya ikan akan lebih baik dan alat ini diklaim mampu memproduksi ikan 62 persen lebih baik daripada menggunakan aerasi biasa.

blank

Percobaan Membuat Micro Bubble Mino (sumber : ekbis.sindonews.com)

“Teknologi ini memungkinkan jumlah oksigen terlarut dalam air bisa meningkat karena ukuran gelembung yang jauh lebih kecil dibandingkan ukuran gelembung yang diproduksi dari aerator biasa,” jelas Nabil, kepada wartawan Rabu (4/5) di Lab Akuakultur, Departeman Perikanan, Fakultas Pertanian UGM

blank

Produksi Ikan Diklaim Mampu Meningkatkan Produksi Hingga 40 Persen Lebih Banyak (Sumber : https://bit.ly/2Yoakc5)

“Dengan  menggunakan teknologi MINO, petani ikan dapat panen ikan tiga kali dalam setahun, dengan ukuran ikan yang lebih besar 40 persen,” jelas Nabil.

“Berdasarkan testimoni dari petani ikan yang ikut pilot project di daerah Yogyakarta, ikan yang dipanen terlihat lebih besar dan lebih sehat, sehingga disukai konsumen,” imbuhnya.

blank

Perbedaan Mino Bubble Dengan Teknik Aerasi Biasa Dalam jumlah Oksigen Terlarut (sumber : https://bit.ly/2Yoakc5)

Gelembung udara yang dihasilkan berukuran 40 mikron. Gelembung yang sekecil ini butuh waktu lebih lama untuk naik ke atas permukaan air sehingga akan meningkat oksigen terlarut. Sementara jika gelembung udara besar, akan langsung naik ke atas permukaan sehingga oksigen tidak akan mudah terlarut.  Pada kolam yang menggunakan aerator biasa, kada oksigen terlarut hanya 5 ppm sementara jika menggunakan alat ini, oksigen terlarut akan mencapai 7 ppm.

blank

Keuntungan Lain Dari Teknologi Mino Bubble Yaitu Tidak Memerlukan Wilayah Lebih Luas (Sumber : https://bit.ly/2Yoakc5)

Selain produksi ikan yang meningkat, kelebihan lain dari teknologi ini adalah, jika pada umumnya peternak ikan memerlukan luas kolam yang lebih dan kedalaman kolam yang dangkal, maka dengan adanya teknologi ini tidak perlu luas kolam yang besar namun cukup dengan meningkatkan kedalaman kolam. Hal ini dinilai ekonomis karena petani tidak perlu lahan yang luas untuk mendapat hasil yang banyak. Cukup dengan membuat lahan secara vertikal kebawah dengan menambah kedalaman kolam hasil yang didapat sudah cukup efisien dan menghemat biaya.

Daftar Pustaka

Setelah selesai membaca, yuk berikan artikel ini penilaian!

Klik berdasarkan jumlah bintang untuk menilai!

Rata-rata nilai 0 / 5. Banyaknya vote: 0

Belum ada yang menilai! Yuk jadi yang pertama kali menilai!

Warung Sains Teknologi
Artikel Terkait:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *