Ditulis Oleh Rr. Citra Permata Kusuma Anggraini
Pemenuhan kebutuhan energi saat ini masih didominasi oleh bahan bakar fosil terutama minyak bumi. Semakin meningkatnya populasi manusia berbanding lurus dengan jumlah bahan bakar energi yang dibutuhkan sehingga menyebabkan cadangan minyak bumi semakin menipis. Untuk menanggulangi langkanya bahan bakar minyak, Pemerintah Indonesia mencanangkan diversifikasi energi yang diatur dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 79/2014. Dalam KEN tertuang adanya target bauran energi nasional sebesar 23% untuk Energi Baru Terbarukan (EBT) hingga tahun 2025.
Gambar 1. Target Bauran Energi di Indonesia
Untuk mencapai target tersebut pemerintah mencanangkan program diversifikasi energi dengan pengembangan bioenergi, yaitu sumber energi yang berasal dari bahan hayati. Adapun bioenergi yang dikembangkan ada bermacam-macam yaitu biodiesel sebagai pengganti solar, bioetanol sebagai pengganti gasohol, biogas sebagai pengganti gas alam dan biomassa sebagai pengganti minyak tanah. Amanat Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) menyebutkan bahwa percepatan penyediaan lahan untuk BBN yaitu 4 juta hektar (DEN, 2019). Namun upaya pengembangan bioenergi di Indonesia masih mengalami kendala antara lain input dari beberapa bahan baku relatif mahal jika dibandingkan bahan bakar fosil, serta adanya kekhawatiran cadangan bahan pangan akan berkurang karena alih fungsi menjadi tanaman bioenergi.
Solusi yang dapat dilakukan yaitu dengan memanfaatkan mikroalga sebagai sumber energi. Mikroalga adalah organisme tumbuhan paling primitif berukuran seluler dengan diameter tubuhnya 3-30 µm yang umumnya disebut juga dengan fitoplankton. Habitat hidup mikroalga adalah di perairan baik tawar, payau maupun laut serta di tempat yang lembab. Mikroalga merupakan produsen primer perairan yang mampu berfotosintesis seperti tumbuhan tingkat tinggi. Mikroalga memiliki kandungan minyak dan lemak yang berpotensi digunakan sebagai bahan baku biodiesel (Kawaroe, 2015). Salah satu jenis mikroalga yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bioenergi yaitu Botryococcus braunii.
Gambar 2. Botryococcus braunii
Selain bukan merupakan bahan pangan, kebutuhan lahan untuk mikroalga relatif lebih kecil dibandingkan tanaman energi lainnya. Potensi mikroalga sebagai sumber energi memiliki banyak kelebihan antara lain bukan merupakan tanaman pangan utama, cocok dikembangkan di daerah tropis dengan luas laut yang cukup, produksinya melimpah, budidaya relatif mudah, serta dapat digunakan sebagai bahan baku biodiesel, bioetanol, gas hidrogen, dan juga gas metana.
Pakar Mikroalga dari IPB, ibu Dr. Mujizat Kawaroe telah melakukan penelitian mikroalga sebagai sumber biodiesel yang telah dimulai sejak tahun 2006. Saat ini Ibu Ijat (panggilan akrab beliau) dan tim telah memiliki 13 jenis mikroalga potensial untuk bioenergi. Jenis-jenis tersebut adalah Tertraselmis suecica, Dunaiella sp, Chaetoceros sp, Chrollera vulgaris, Thalasiosia sp, Spirullina platensis, Nannocholoropsis sp, Navicula sp, Botrycoccus sp, Nitzchia sp, Skeletonema, Tertraselmis chuii. Hasil Penelitian beliau yang berada di Pelabuhan ratu dari 80 ton kultur mikroalga dari jenis Nannochloropsis sp dapat menghasilkan 22 kg bubuk mikroalga yang dapat diubah menjadi 2 liter biodiesel. Berikut merupakan diagram proses produksi biofuel dari mikroalga.
Gambar 3. Proses Produksi Biofuel dari Mikroalga (Kawaroe, 2015)
Keuntungan lain penggunaan mikroalga sebagai sumber energi yaitu mikroalga mampu menyerap emisi CO2 melalui proses fotosintesis. Peneliti dari University of Kentucky dan University of Delaware serta MicroBio Engineering, Inc telah melakukan penelitian untuk mengetahui efektivitas kemampuan mikroalga dalam menyerap emisi CO2 serta hasil samping dari proses tersebut berupa biofuel dan bioplastik.
Gambar 4. Ilustrasi Pemanfaatan Mikroalga untuk menyerap emisi CO2 sekaligus sebagai sumber biodiesel (cbc, 2012)
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, Ketahanan Energi adalah suatu kondisi terjaminnya ketersediaan energi dan akses masyarakat terhadap energi pada harga yang terjangkau dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan hidup.
Gambar 5. Aspek Ketahanan Energi Nasional (KEN, 2014)
Dalam menggambarkan ketahanan energi Indonesia ditinjau dari aspek 4A+1S yang meliputi Availability, Accessibility, Acceptability, dan Affordability serta Sustainability. Availability merupakan ketersediaan sumber energi yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Accessilibilty merupakan kemampuan masyarakat untuk mengakses sumber energi, infrastruktur jaringan energi, termasuk tantangan geografik dan geopolitik. Affordability meliputi biaya investasi di bidang energi, mulai dari biaya eksplorasi, eksploitasi, produksi dan distribusi hingga biaya yang dikenakan kepada konsumen. Acceptability merupakan penerimaan masyarakat terhadap sumber energi. Sustainability merupakan keberlanjutan sumber energi.
Dalam upaya mewujudkan ketahanan energi maka diperlukan komitmen dari seluruh pihak antara lain dengan mengimplementasikan kebijakan yang ada, membuat roadmap penelitian sebagai landasan keberlanjutan riset yang akan mendorong terlaksananya kebijakan bauran energi nasional sehingga dapat mencapai target bauran energi yang telah ditentukan oleh pemerintah. Pemerintah juga wajib memberikan pengertian kepada masyarakat tentang pentingnya energi terbarukan untuk mencapai target bauran energi nasional.
Daftar Pustaka
- Kawaroe, M. (2015). Bioenergi Dari Alga Laut. IPB Press. Bogor
- Presiden Republik Indonesia. (2014). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Energi Nasional. Jakarta.
- https://den.go.id/index.php/dinamispage/index/834-percepatan-penyediaan-lahan-untuk-bbn-sekjen-den-amanat-perpres-ruen-4-juta-hektar.html diakses pada 8 Juli 2019 pukul 13.06 wib.
- https://den.go.id/index.php/dinamispage/index/559-dialog-energi-rencana-umum-energi-nasional–terobosan-pembangunan-energi-terbarukan.html
- http://www.cbc.ca/news/politics/co2-emissions-could-feed-algae-biofuel-bonanza-1.1269739
Warung Sains Teknologi (Warstek) adalah media SAINS POPULER yang dibuat untuk seluruh masyarakat Indonesia baik kalangan akademisi, masyarakat sipil, atau industri.