Ditulis Oleh Ande Fudja Rafryanto
Pembangunan jalan di indonesia, hari-hari ini sedang giat dilakukan. Dengan tujuan untuk memperlancar lalu lintas, sehingga aktivitas yang menyangkut transportasi darat bisa dilakukan lebih cepat dari sebelumnya. Saat ini, beton menjadi pilihan utama untuk kontruksi pembangunan jalan dibandingkan aspal. Hal ini dikarenakan beton memiliki kelebihan dibandingkan aspal dalam menahan beban, tahan terhadap genangan air dan banjir, biaya perawatan yang murah, serta dapat digunakan pada struktur tanah yang rentan tanpa memerlukan perbaikan terlebih dahulu terhadap struktur tanahnya (Fallah, 2012). Ironinya, upaya penanggulangan kemacetan dengan pembangunan jalan beton harus menimbulkan kemacetan selama masa pembangunannya. Lamanya waktu pengerasan dari beton hingga dapat digunakan, menjadi alasan utama timbulnya kemacetan. Lamanya waktu pengerasan sangat dipengaruhi oleh faktor air semen. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan penambahan suatu zat superplasticizer yang dapat meminimalkan faktor air semen, sehingga dapat mempercepat waktu pengerasan. Selain itu penambahan zat superplasticizer dapat membuat kekuatan tekan beton lebih tinggi, meningkatkan kemudahan dalam pengerjaan, dan mempertinggi workabilitas (workability). Salah satu zat superplasticizer adalah natrium lignosulfonat (NaLS).
NaLS didapat dari pengolahan bahan yang mengandung lignoselulosa. Salah satu bahan lignoselulosa adalah sabut kelapa. Indonesia menjadi salah satu negara produsen kelapa (Cocos nucifera) terbesar di dunia. Pada tahun 2015, Indonesia memproduksi kelapa sebanyak 3.188.350 ton, dengan luas lahan seluas 3.585.599 hektare (Ha). Untuk Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015 menghasilkan 106.408 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2016).
Data produksi buah kelapa di Indonesia pada tahun 2011-2015 disajikan pada [Maaf Artikel Terpotong, baca selengkapnya di buku berikut (klik gambar)]
Warung Sains Teknologi (Warstek) adalah media SAINS POPULER yang dibuat untuk seluruh masyarakat Indonesia baik kalangan akademisi, masyarakat sipil, atau industri.