Ditulis Oleh Citra Rahma Niar
Polusi udara di Jakarta kembali menjadi sorotan. Dalam dua hari terakhir, data AirVisual menempatkan Ibu Kota RI tersebut sebagai kota dengan tingkat polusi tertinggi di dunia. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menyatakan segera mengambil tindakan untuk mengurangi sumber polusi, salah satunya dengan mengurangi jumlah kendaraan (Beritagar.id).
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Andono Warih menyebutkan, selain faktor musim kemarau, faktor pembangunan trotoar di pusat kota mempengaruhi udara Jakarta. “Ada dua faktor tadi. Tadi ada faktor cuaca; kedua, faktor proyeknya. Saya kemarin dapat laporan dari teman-teman Laboratorium LH, di seputaran Thamrin itu lagi, pembenahan trotoar,” ucap Andono ketika dihubungi secara terpisah. Selain menimbulkan debu, proyek trotoar mengakibatkan kemacetan, khususnya di Cikini. Ini lantas membuat emisi dari kendaraan bertambah tinggi. “Sekarang sedang ada, di Cikini juga dilihat. Dari sumber primer sendiri bikin debu, sekunder juga tambah kemacetan kan asap lebih banyak. Kan di titik itu saat ini tentu akan ada peningkatan sementara ini,” ucap Andono (detik.com).
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing didalam udara dalam jumlah tertentu serta berada diudara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Bila keadaan itu terjadi maka diudara dikatakan telah tercemar.
KOMPONEN PENCEMARAN UDARA
Udara di daerah perkotaan yang mempunyai banyak kegiatan industri dan teknologi serta lalu lintas yang padat, udaranya relatif sudah tidak bersih lagi. Udara di daerah industri kotor terkena bermacam-macam pencemar. Dari beberapa macam komponen pencemar udara, amka yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara adalh komponen-komponen berikut ini :
1. Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida atau CO adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa.Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan fosil dengan udara, berupa gas buangan. Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam uadra relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan.
2. Nitrogen oksida (NOx)
Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen mempunyai 2 bentuk yang sifatnya berbeda, yakni gas NO2 dan gas NOx. Sifat gas NO2 adalh berwarna dan berbau, sedangakn gas No tidak berwarna dan tidak berbau. Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung. Kadar NOx diudara daearh perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi dari daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit. Hal ini disebabkan karena berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia akan menambah kadar NOx diudara, seperti transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain-lain. Pencemaran gas NOx diudara teruatam berasal dari gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listri stasioner atau mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar gas alami.
3. Belerang oksida (SOx)
Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas SO2 dan gas SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar,sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif. Gas SO3 mudah bereaksi dengan uap air yang ada diudara untuk membentuk asam sulfat atau H2SO4. Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi (memakan) bneda-benda lain yang mengakibatkan kerusakan, seperti proses perkaratan (korosi) dan proses kimiawi lainnya. Konsentrasi gas SO2 diudara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia (tercium baunya) manakala kensentrasinya berkisar antara 0,3 – 1 ppm (Pohan 2002).
Langkah yang bisa dilakukan untuk menekan gas-gas beracun tersebut adalah memperbaiki kualitas udara baik di dalam maupun di luar ruangan. Salah satunya dengan meletakkan tanaman yang dapat mengurangi gas polutan tersebut di dalam ruangan. Tanaman penghisap racun ini akan memanfaatkan gas beracun itu untuk proses metabolisme dalam sel. Bagian tanaman yang menyerap racun adalah daun dan akar. Oleh kedua bagian ini, udara berpolutan diserap untuk kemudian dilepaskan lagi dalam bentuk udara bersih. Tanaman Sirih Gading merupakan salah satu tanaman hias yang memiliki kemampuan sebagai penyerap anti polutan. Hasil pengujian terhadap Tanaman Sirih Gading (Epipremnum Aureum) dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 1. Hasil Pengujian Tanaman Sirih Gading (Epipremnum Aureum) terhadap Karbon Monoksida
Keterangan:
R : Ruangan
U : Ulangan
STD : Sebelum tanaman diletakkan (1 pot)
STTD : Setelah tanaman diletakan (1 pot)
K : Konsentrasi (ppm)
P : Penurunan (%)
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat konsentrasi Karbon Monoksida sebelum diletakkan Tanaman Sirih Gading (Epipremnum Aureum) rata-rata adalah 383,50 ppm, sedangkan konsentrasi Karbon Monoksida setelah penambahan satu pot Tanaman Sirih Gading (Epipremnum Aureum) rata-rata sebesar 177 ppm, begitu pula yang terjadi pada penambahan dua pot Tanaman Sirih Gading (Epipremnum Aureum) didapat konsentrasi karbon monoksida rata-rata sebesar 108 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan nilai Karbon Monoksida yang signifikan setelah penambahan Tanaman Sirih Gading (Epipremnum Aureum). Penurunan ini ditunjukkan oleh gambar diagram sebagai berikut :
Gambar 1. Penurunan Rata-Rata Konsentrasi Penurunan CO R1
Gambar 2. Penurunan Rata-Rata Konsentrasi Penurunan CO R2
Penurunan nilai Karbon Monoksida yang signifikan ini dikarenakan Tanaman Sirih Gading menyerap polutan CO oleh permukaan daun, kemudian diserap ke dalam stomata. Hal tersebut menunjukkan bahwa Tanaman Sirih Gading (Epipremnum Aureum) efektif dalam menyerap polutan terutama Karbon Monoksida (CO) di udara. Hasil pengujian ini sesuai dengan pendapat Naniek Ratni (2013) dalam penelitiannya Tanaman Sirih Gading (Epipremnum Aureum) dengan waktu pemaparan 1,5 jam dapat menyerap hingga 34,59% gas Karbon Monoksida (CO). Begitu pula sesuai dengan hasil pengamatan kualitas udara Jalan Ahmad Yani, Kota Surabaya menunjukkan konsentrasi penurunan gas CO hingga sebesar 75% (Fanie, 2015).
Dari penelitian tersebut diketahui bahwa Tanaman Sirih Gading dapat menyerap polutan dengan baik terutama CO,maka sangat dianjurkan untuk wilayah DKI Jakarta menanam tanaman Sirih Gading di sepanjang Trotoar,halaman rumah,dll. Sehingga bisa membuat Polutan di DKI Jakarta semakin berkurang.
Daftar Pustaka
- Pohan IRN. 2002. Pencemaran Udara dan Hujan Asam. USU Digital Library.
- Situmorang C.2017. Pengaruh tanaman sirih gading (Epipremnum Aureum) terhadap CO dalam ruangan. Jurnal TechLINK Vol. 1 No.2.
- https://www.google.com/amp/s/beritagar.id/artikel-amp/berita/polusi-udara-jakarta-jadi-sorotan-anies-janji-segera-bertindak  diakses pada tanggal 9 agustus 2019
- https://m.detik.com/news/berita/d-4638783/polusi-udara-jakarta-makin-parah-begini-respons-anies  diakses pada 9 agustus 2019