Bulan Masuk Daftar Situs Budaya Terancam, Ini Dampaknya bagi Eksplorasi Antariksa

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Bulan—ya, satelit alami yang mengelilingi Bumi—masuk ke dalam daftar situs budaya dunia yang sedang terancam, […]

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Bulan—ya, satelit alami yang mengelilingi Bumi—masuk ke dalam daftar situs budaya dunia yang sedang terancam, yang disusun oleh World Monuments Fund (WMF). WMF adalah organisasi nirlaba internasional yang bertujuan melestarikan tempat-tempat bersejarah dan berharga bagi umat manusia. Biasanya, daftar ini hanya berisi lokasi-lokasi di Bumi yang berisiko rusak atau hancur karena berbagai penyebab, seperti bencana alam (misalnya gempa bumi atau tsunami), perang dan konflik, atau kegiatan manusia yang merusak lingkungan. Contohnya adalah kota kuno Antakya di Turki dan wilayah pesisir Semenanjung Noto di Jepang yang baru-baru ini terdampak bencana. Masuknya Bulan ke dalam daftar ini menandai kesadaran baru bahwa warisan budaya umat manusia juga bisa berada di luar planet kita, dan layak untuk dilindungi.

Namun kali ini, untuk pertama kalinya, World Monuments Fund (WMF) memperluas perhatian dan perlindungan warisan budaya tidak hanya terbatas pada Bumi, tetapi juga hingga ke luar angkasa. Presiden dan CEO WMF, Benedicte de Montlaur, menjelaskan bahwa langkah ini diambil karena adanya peningkatan aktivitas manusia di Bulan—terutama dalam bentuk misi eksplorasi luar angkasa. Saat ini, semakin banyak negara dan perusahaan swasta yang berlomba-lomba untuk mengirimkan pesawat, robot, bahkan rencana pembangunan fasilitas ke Bulan. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran bahwa situs-situs bersejarah di permukaan Bulan, seperti lokasi pendaratan misi Apollo milik NASA, bisa saja rusak secara tidak sengaja atau sengaja diambil oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Dengan kata lain, jejak langkah pertama manusia di Bulan dan benda-benda peninggalan dari misi luar angkasa masa lalu bisa hilang atau rusak jika tidak dilindungi sejak sekarang.

Baca juga artikel tentang: Objek Misterius Terekam di Langit, Bulan Terang Mendadak Jadi Sorotan

Ancaman terhadap Warisan Budaya di Bulan: Mengapa Kita Harus Peduli?

Kegiatan penjelajahan ke Bulan kini semakin aktif, terutama setelah perusahaan luar angkasa swasta SpaceX meluncurkan dua wahana pendarat terbaru yang dirancang khusus untuk mendarat di permukaan Bulan. Wahana ini disebut lunar lander, yaitu kendaraan luar angkasa yang dibuat untuk turun dan mendarat dengan aman di permukaan Bulan. Sejak awal era penjelajahan antariksa pada 1960-an, hanya segelintir negara yang berhasil mencapai prestasi ini. Hingga saat ini, baru lima negara yang terbukti berhasil mendaratkan wahana di Bulan, yaitu Amerika Serikat, Tiongkok, India, Jepang, dan Uni Soviet—yang merupakan pendahulu dari negara-negara seperti Rusia sebelum negara itu bubar pada awal 1990-an. Dengan semakin banyaknya pihak yang mampu mencapai Bulan, perlombaan menuju luar angkasa pun memasuki babak baru.

Dalam waktu dekat, sejumlah misi besar menuju Bulan juga sedang dirancang dan dipersiapkan, salah satunya adalah misi Artemis III milik badan antariksa Amerika Serikat, NASA. Misi ini dijadwalkan untuk diluncurkan pada pertengahan tahun 2027. Jika semua berjalan sesuai rencana, Artemis III akan menjadi momen bersejarah karena akan mengantarkan manusia kembali menginjakkan kaki di Bulan—untuk pertama kalinya sejak lebih dari 50 tahun yang lalu. Terakhir kali manusia mendarat di Bulan adalah melalui program Apollo pada awal tahun 1970-an. Misi Artemis tidak hanya bertujuan untuk kembali ke Bulan, tetapi juga menjadi langkah awal menuju eksplorasi luar angkasa yang lebih luas, termasuk persiapan jangka panjang untuk mengirim manusia ke Mars

Namun, peningkatan aktivitas penjelajahan ke Bulan juga menimbulkan kekhawatiran bagi World Monuments Fund (WMF), organisasi yang fokus melindungi situs-situs bersejarah di seluruh dunia. Mereka khawatir bahwa dengan semakin banyaknya kendaraan dan misi luar angkasa yang mendarat di Bulan, beberapa lokasi penting yang memiliki nilai sejarah tinggi bisa mengalami kerusakan. Salah satu contohnya adalah situs pendaratan misi Apollo 11, tempat di mana astronot Neil Armstrong dan Buzz Aldrin pertama kali berjalan di permukaan Bulan pada tahun 1969. Jejak kaki mereka yang masih ada hingga kini dianggap sebagai simbol tonggak sejarah umat manusia—yaitu langkah pertama kita meninggalkan Bumi dan menapakkan kaki di dunia lain. WMF khawatir bahwa situs bersejarah ini bisa terhapus, tertimpa debu, atau bahkan tak sengaja dirusak oleh aktivitas manusia di masa depan jika tidak ada perlindungan khusus.

Presiden World Monuments Fund (WMF), Benedicte de Montlaur, menyatakan bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah, Bulan dimasukkan dalam daftar situs budaya yang terancam. Langkah ini diambil sebagai pengingat bagi dunia bahwa kita juga perlu melindungi benda-benda bersejarah yang menjadi saksi perjalanan umat manusia menjelajahi luar angkasa. Benda-benda ini disebut artefak, yaitu objek yang memiliki nilai sejarah karena berkaitan langsung dengan peristiwa penting di masa lalu.

Di permukaan Bulan, masih terdapat berbagai artefak peninggalan misi Apollo yang diluncurkan oleh NASA. Contohnya termasuk kamera yang merekam detik-detik pendaratan manusia pertama di Bulan, sebuah cakram peringatan yang ditinggalkan oleh astronot Neil Armstrong dan Buzz Aldrin sebagai pesan damai dari Bumi, serta ratusan benda lainnya—seperti peralatan ilmiah, bendera, dan bahkan jejak kaki—yang semuanya menjadi bukti fisik dari pencapaian luar biasa umat manusia. Semua artefak ini memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi dan perlu dijaga agar tidak hilang atau rusak akibat aktivitas penjelajahan masa depan.

Masuknya Bulan ke dalam daftar situs budaya yang terancam menunjukkan bahwa upaya melindungi warisan sejarah manusia tidak hanya penting di planet kita, Bumi, tetapi juga berlaku di luar angkasa. Hal ini menjadi pengingat penting bahwa saat manusia terus menjelajahi wilayah baru di luar Bumi, kita juga membawa serta tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan jejak sejarah yang kita tinggalkan.

Warisan budaya tidak hanya berupa bangunan kuno atau karya seni di museum, tetapi juga mencakup tempat dan benda yang merekam pencapaian besar umat manusia—seperti pendaratan di Bulan. Oleh karena itu, eksplorasi luar angkasa tidak boleh hanya berfokus pada kemajuan teknologi dan pencapaian ilmiah, tetapi juga harus dirancang dengan strategi yang bijak untuk melindungi nilai-nilai sejarah. Ini membutuhkan kerja sama internasional dan pendekatan yang proaktif, agar generasi mendatang tetap bisa melihat dan memahami tonggak-tonggak penting dalam perjalanan umat manusia, di mana pun lokasinya—baik di Bumi maupun di luar angkasa.

Baca juga artikel tentang: Siang Terik, Malam Beku: Rahasia Suhu di Bulan yang Harus Kita Taklukkan

REFERENSI:

Bakare, Lanre. 2025. Moon added to list of threatened cultural sites for first time. https://www.theguardian.com/culture/2025/jan/16/moon-list-threatened-cultural-sites diakses pada tanggal 14 Mei 2025.

Su, Jinyuan & Li, Jinxuan. 2025.Toward an international legal framework for the protection of outer space heritage. Space Policy 71, 101625.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top