Seorang astronom asal Jepang berhasil merekam fenomena langka di mana sebuah objek tak dikenal menciptakan kilatan terang di permukaan Bulan, membuat Bulan tampak lebih bercahaya dari biasanya. Objek ini diduga merupakan meteoroid yang berasal dari hujan meteor Geminid, yang menghantam permukaan Bulan dengan kecepatan tinggi.
Geminid adalah salah satu hujan meteor tahunan paling terkenal, yang terjadi ketika Bumi melewati aliran puing-puing yang dilepaskan oleh asteroid 3200 Phaethon. Hujan meteor ini pertama kali diamati pada pertengahan abad ke-19 dan sejak itu menjadi salah satu peristiwa astronomi yang paling dinanti. Biasanya, meteor dari hujan Geminid akan terbakar habis saat memasuki atmosfer Bumi, menciptakan jejak cahaya yang indah di langit malam.
Namun, dikarenakan Bulan tidak memiliki atmosfer seperti Bumi, meteoroid yang menghantam permukaannya tidak terbakar tetapi langsung menabrak dengan keras, menciptakan kilatan cahaya yang cukup terang untuk diamati dari Bumi. Rekaman seperti ini tidak hanya memukau secara visual, tetapi juga memberikan wawasan penting bagi para ilmuwan tentang dampak meteoroid di permukaan Bulan, serta dinamika dan sifat puing-puing luar angkasa.
Baca juga: Bersiap Mendarat di Bulan, China Pamerkan Seragam Astronaut Berteknologi Tinggi
Hujan meteor seperti Geminid terjadi ketika Bumi melewati aliran partikel kecil yang dilepaskan oleh asteroid atau komet. Di Bumi, meteor ini biasanya terbakar habis saat memasuki atmosfer, menciptakan kilatan cahaya yang aman untuk diamati. Namun, karena Bulan tidak memiliki atmosfer seperti Bumi, meteoroid yang menabraknya langsung menghantam permukaan, menciptakan kilatan terang yang dapat terlihat dari teleskop.
Fenomena ini baru-baru ini direkam oleh Daichi Fujii, seorang astronom sekaligus kurator di Museum Kota Hiratsuka, Jepang. Fujii berhasil menangkap kejadian langka tersebut pada 8 Desember 2024, dan membagikan video dalam format GIF di platform X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter). Video tersebut menjadi viral, dengan lebih dari 21.400 penonton yang terpesona oleh pemandangan tersebut.
“Ada kilatan tumbukan di Bulan lagi malam ini. Saya merekamnya pada kecepatan 360 frame per detik dari rumah saya pada pukul 22:34:35, 8 Desember 2024. Saya juga mengonfirmasi kejadian ini menggunakan beberapa teleskop,” tulis Fujii dalam unggahannya yang berbahasa Jepang. Fenomena ini menunjukkan betapa dinamisnya alam semesta, bahkan di tempat yang tampak “diam” seperti Bulan, selalu ada kejadian yang dapat memperluas pemahaman kita tentang luar angkasa.
“Meteor dan bola api yang terang sering kali muncul di langit setiap hari, tetapi kilatan yang terjadi akibat tumbukan di permukaan Bulan juga terus berhasil diabadikan,” lanjut Fujii, berdasarkan hasil terjemahan.
Pernyataan ini merujuk pada fenomena alam yang terjadi secara rutin di luar angkasa. Meteor adalah potongan kecil dari asteroid atau komet yang memasuki atmosfer Bumi, menghasilkan jejak cahaya terang saat terbakar. Sementara itu, bola api (fireball) adalah meteor yang jauh lebih besar dan lebih terang. Fenomena ini sering terlihat di langit malam dan telah menjadi daya tarik bagi pengamat langit di seluruh dunia.
Namun, di luar Bumi, peristiwa tumbukan meteoroid juga terjadi, seperti di permukaan Bulan. Berbeda dengan Bumi, Bulan tidak memiliki atmosfer yang dapat membakar meteoroid sebelum mencapai permukaannya. Akibatnya, meteoroid langsung menghantam Bulan, menciptakan kilatan cahaya yang dapat diamati dengan teleskop. Dokumentasi seperti ini membantu para ilmuwan mempelajari lebih lanjut tentang interaksi antara benda-benda luar angkasa dan permukaan Bulan, serta memberikan gambaran tentang frekuensi dan dampaknya.
Menurut IFLScience, puing-puing yang menyebabkan hujan meteor Geminid berasal dari sebuah asteroid yang dikenal sebagai 3200 Phaethon, sebagaimana dijelaskan oleh Serena Whitfield dalam blog NASA. “Setelah astronom menemukan Phaethon pada tahun 1983, mereka menyadari bahwa orbit asteroid ini sesuai dengan jalur hujan meteor Geminid. Ini menunjukkan bahwa Phaethon adalah sumber utama hujan meteor tahunan tersebut,” tulis Whitfield.
Biasanya, hujan meteor berasal dari komet, yang melepaskan partikel saat mendekati Matahari. Namun, Phaethon diklasifikasikan sebagai asteroid dekat Bumi (near-Earth asteroid), bukan komet. Meski begitu, klasifikasi ini sering diperdebatkan karena orbit Phaethon menyerupai orbit komet. Pada tahun 2009 dan 2012, wahana antariksa STEREO milik NASA mendeteksi ekor samar dan kilatan cahaya di sekitar Phaethon, fenomena yang lebih umum terlihat pada komet.
Karena karakteristik unik ini, beberapa astronom menjuluki Phaethon sebagai “komet-batu,” meskipun istilah “asteroid aktif” lebih tepat. Asteroid aktif adalah benda langit yang menyerupai asteroid tetapi menunjukkan perilaku seperti komet, seperti mengeluarkan debu atau gas. Objek serupa telah ditemukan di sabuk asteroid utama antara Mars dan Jupiter, menambah kompleksitas klasifikasi benda langit.
Baca juga: Asal Usul Air di Bumi Ternyata Bukan dari Meteor yang Meleleh, Kata Ilmuwan
Hujan meteor Geminid, yang berasal dari Phaethon, terjadi setiap tahun dan aktif dari tanggal 4 hingga 20 Desember. Puncaknya biasanya berlangsung pada 13–14 Desember, di mana sejumlah besar meteor terlihat di langit malam. Namun, mengenai kilatan yang ditangkap oleh Daichi Fujii pada 8 Desember 2024, para ahli belum mengonfirmasi apakah itu benar-benar disebabkan oleh meteoroid Geminid atau oleh objek lain. Yang pasti, video yang dihasilkan Fujii menunjukkan fenomena yang sangat menakjubkan dan menjadi sorotan di komunitas astronomi.
REFERENSI:
Henych, Tomáš dkk. 2024. Mechanical strength distribution in Geminid meteoroids derived via fireball modeling. Astronomy & Astrophysics 683, A229.
Whitfield, Serena. 2024. Astronomer Captures Moment Unknown Object Lights Up The Moon. IFL Science: https://www.iflscience.com/astronomer-captures-moment-unknown-object-lights-up-the-moon-77246 diakses pada tanggal 23 Desember 2024.