Ibu Hamil Perlu Tahu, Konsumsi Fe Secara Rutin dapat Menekan Prevalensi Anemia Pada Bumil dan Calon Bayi

Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada […]

blank
Suarahati.com
(Suara.com/Ibu Hamil)

Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi sebelum dan selama hamil (Adriana dkk., 2012).

Di Indonesia banyak terjadi kasus KEK terutama yang kemungkinan disebabkan karena adanya ketidak seimbangan asupan gizi (energi dan protein), sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Pada ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kematian ibu mendadak pada masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) (Lubis, 2003). Kekurangan energi kronis (KEK) adalah masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan makanan dalam waktu yang cukup lama, hitungan tahun. Kondisi kurang energi kronik (KEK) biasanya terjadi pada wanita usia subur yaitu wanita yang berusia 15-45 tahun.Seseorang yang mengalami KEK biasanya memiliki status gizi kurang. Kekurangan energi kronis dapat diukur dengan mengetahui lingkar lengan atas dan indeks massa tubuh seseorang. Ibu yang mempunyai lingkar lengan atas yang kurang dari 23,5 cm dapat dikatakan ia mengalami kekurangan gizi kronis.

blank
(Haibunda.com/Kondisi KEK)

Selain KEK, masalah terkait gizi pada ibu hamil yang masih cukup tinggi adalah anemia dimana prevalensinya mencapai 63,5% (Depkes, 2005). Ibu yang menderita anemia terutama anemia gizi zat besi memiliki kemungkinan untuk melahirkan bayi dengan berat rendah dan stunting sehingga perlu untuk diberikan asupan zat gizi yang cukup bagi ibu hamil anemia untuk mencegah hal tersebut. Anemia yang terjadi pada ibu hamil dapat memberikan dampak negatif terhadap janin yang akan dikandung dan ibu dalam kehamilan, persalinan maupun nifas diantaranya bayi akan lahir dengan berat badan lahir rendah, prematur, perdarahan post-partum, partus dan lain-lain (Bakta, 1994).

Status gizi ibu hamil perlu mendapatkan perhatian serius mengingat implikasi yang ditimbulkan baik untuk ibu hamil maupun keturunannya nanti. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menimbulkan komplikasi kehamilan, bayi berat lahir rendah, meningkatkan risiko terjadinya penyakit degeneratif seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, serta diabetes tipe 2 (Barker, 2010). Di Pakistan, anemia pada ibu hamil berperan dalam menyumbang angka kematian ibu (13%), demikian pula perdarahan post-partum (27%) (Bhutta, 2008).

Beberapa zat gizi yang diketahui meningkat kebutuhannya selama kehamilan adalah zat besi, vitamin C, vitamin A, dan Protein. Unsur multi zat gizi mikro yang sangat dibutuhkan oleh ibu hamil seperti:  beta carotene, thiamin (B1), Riboflavin (B2), niacin (B3), kalsium, zat besi, fosfor, magnesium, seng, vitamin C, sehingga dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan status gizi ibu hamil (Jonni dkk., 2008).

Kekurangan asupan makanan ini dapat menjadi penyebab timbulnya berbagai macam penyakit infeksi yang menyertai ibu hamil salah satunya adalah anemia, hal ini terjadi karena kurangnya zat-zat gizi yang dapat menunjang terbentuknya sel darah merah dalam tubuh. Asam folat sangat diperlukan dalam proses pembentukan sel darah merah (Kesumasari, 2012).

Asupan zat gizi baik makro maupun mikro dapat dijadikan faktor prediksi untuk memperkirakan berat lahir bayi. Hasil penelitian Tabrizi & Saraswathi (2011) menemukan bahwa asupan kalsium, protein, besi dan energi dapat menjadi pertimbangan sebagai faktor prediksi menenbtukan berat lahir bayi. Asupan zat gizi yang rendah juga akan berdampak pada kadarnya di dalam darah, yang menurut penelitian yang dilakukan oleh Tabrizi & Saraswathi (2011) di Iran bahwa kadar serum kalsium, zat besi dan seng (zink) terkait dengan berat badan lahir anak.

blank
(trend.com/tablet Fe)

konsumsi tablet Fe program yang rutin, diharapkan mampu berkontribusi terhadap perbaikan asupan zat gizi ibu hamil termasuk peningkatan asupan dari makanan. Setelah intervensi selama 3 bulan terlihat bahwa asupan zat gizi ibu hamil yang berasal dari makanan sehari-hari tidak menunjukkan peningkatan, banyak yang tetap bahkan lebih banyak yang mengalami penurunan. Menurunnya asupan ibu hamil dalam penelitian akibat dari adanya efek maturasi dari penelitian dimana penelitian ini memberikan dampak terhadap kebiasaan dan perilaku ibu hamil dalam mengkonsumsi makanan. Fahey (2005) mengungkapkan bahwa kandungan zat gizi daun kelor yang diketahui saat ini tidak sedikitpun memberikan keraguan akan manfaatnya terhadap kesehatan sehingga disadari bahwa konsumsi bubuk daun kelor menjadi hal yang baik pada kondisi terjadinya kelaparan.

Salah satu hasil penelitian yang sejalan dengan hasil ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Idohou-Dossou et al., (2011) di Senegal yang menemukan bahwa konsumsi daun kelor tidak mampu memperbaiki cadangan besi pada subjek yang anemia. Sebanyak 17,14% dari ibu hamil sebelumnya yang tidak anemia menjadi anemia disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya rendahnya kemauan untuk mengkonsumsi tablet Fe program, jumlah kelahiran, usia pada saat hamil dan KEK. Ada hubungan yang bermakna antara risiko KEK dengan kejadian anemia pada ibu hamil dimana hasil penelitian Wijianto dkk., (2006) melalui analisis multivariat regresi logistik menunjukkan bahwa variable yang dominan berpengaruh terhadap kejadian anemia adalah risiko KEK dan usia kehamilan, ibu hamil yang berisiko KEK berpeluang untuk anemia sebesar 2,96 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak KEK.

blank
(Kompaslyfestyle.com/Peningkatan Pravelensi sel anemia)

Peningkatan prevalensi anemia pada kelompok intervensi juga terjadi akibat menurunnya rata-rata konsumsi vitamin C, rendahnya rata-rata konsumsi besi dan tingginya rata-rata konsumsi phytat sehingga menjadi penyebab terganggunya penyerapan Fe. Kejadian anemia selain dipengaruhi oleh rendahnya asupan zat besi, juga disebabkan karena kurangnya asupan zat gizi yang bersifat sebagai penyerap (enhancer). Salah satu senyawa enhancer yang penting untuk meningkatkan penyerapan zat besi adalah vitamin C. kehadiran vitamin C dalam bahan makanan akan meningkatkan penyerapan zat besi (Almatsier, 2003).

Referensi

  • Adriana M. dan Wirjatmadi B. (2012). Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Penerbit Kencana Prenada Media Group: Jakarta
  • Bakta. (1994). Anemia Pada Ibu Hamil, (Online), (http//: anemia-pada-ibu-hamil, diakses 2 Maret 2014).
  • Barker D.J.P. et al., (2010). The Early Original Of Chronic Heart Failure: Impaired Placental Growth and Initiation of Insulin Resistance in Childhood. European Journal of Heart Failure. 819-825.
  • Bhutta Z.A. et al., (2008). Maternal and Child Undernutrition 3 What Works? Intervention for Maternal and Child Undernutrition and Survival. Lancet. 37: 417-40.
  • Depkes R.I. (2005). Anemia Gizi Anak Salah Satu Masalah Gizi Utama Di Indonesia, (Online), (http://www.depkes.go.id, diakses 14 Juli 2014).
  • Diatta S.B. (2001). Supplementation for Pregnant And Breast-feeding Woment With Moringa Olefera powder. Dar Es Salam.
  • Erika O. (2011). Maternal Body Mass Index & Gestational Weight Gain & Their Association With Perinatal Outcomes In Vietnam. Bull World Health organization. 89:127-136.
  • Fahey J.W. (2005).  Moringa  oleifera:  A  Review  of  The  Medical  Evidence  for  Its Nutrional, Therapeutic, and  Prophylatic  Properties  Part  1, (Online), Trees  for  Life Journal, (http://www.tfljournal.org/article.php/20051201124931586, diakses 13 Juli 2014).
  • Idohou-Dossou N et al., (2011). Impact of daily consumption of moringa (moringa oleifera) dry leaf powder on iron status of Senegalese lactating women. African journal of food, agriculture, nutrition and development. Volume 11 No.4, July 2011.
  • Jonni M.S., Sitorus M. and Katharina N. (2008). Cegah Malnutrisi Dengan Kelor. Kanisius: Yogyakarta.
  • Kesumasari C. (2012). Anemia Gizi, Masalah dan Pencegahannya. Penerbit Kalika: Yogyakarta.
  • Lubis Z. (2003). Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya terhadap Bayi yang Dilahirkan. IKM-UNNES: Semarang.
  • Nicole M. et al. (2011). Effects of caffeinated and decaffeinated coffee  on biological risk factors for type 2 diabetes:a randomized controlled trial. Nutrition Journal. 10: 93.
  • Srikanth V. et al., (2014). Improvement of protein energy malnutrition by nutritional intervention with moringa oleifera among anganwadi children in rural area in Bangalore, India. International journal of scientific study. Vol. 2, issue 1, april 2014.
  • Tabrizi F. & Saraswathi G. (2011). Maternal nutrient intake and maternal serum micronutrients and their relation to birth weight-A longitudinal study. International journal of collaborative research on internal medicine and public health. Vol. 3 No.8 August 2011.
  • Tshikaji. (2006). Laporan Penelitian FAO. New York.
  • Wijianto dkk., (2006). Kajian Anemia Gizi, Konsumsi Tablet Tambah Darah (Tablet Fe) Pada Ibu Hamil Di Kabupaten Banggai. Sulawesi Tengah: Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Yuk Gabung di Komunitas Warung Sains Teknologi!

Ingin terus meningkatkan wawasan Anda terkait perkembangan dunia Sains dan Teknologi? Gabung dengan saluran WhatsApp Warung Sains Teknologi!

Yuk Gabung!

Di saluran tersebut, Anda akan mendapatkan update terkini Sains dan Teknologi, webinar bermanfaat terkait Sains dan Teknologi, dan berbagai informasi menarik lainnya.