Menyambut Teknologi Baru Digital Cinema [Bagian 2]

Halo pembaca ! kita jumpa lagi dalam kelanjutan artikel tentang teknologi baru digital cinema. Pada bagian satu kemarin, telah dibahas […]

blank

Halo pembaca ! kita jumpa lagi dalam kelanjutan artikel tentang teknologi baru digital cinema. Pada bagian satu kemarin, telah dibahas tentang LED RGB proyektor, dan proyektor dengan sistem laser fosfor. Baca Bagian 1 (klik)

Light Emitting Dioda (LED)

Display LED merupakan pendatang baru di dunia digital cinema. Teknologi layar yang dulunya terbatas digunakan di smartphone, telah sangat umum dijumpai di televisi. Saat ini, produsen teknologi contohnya Samsung telah menjajaki aplikasi LED ke bisnis layar lebar. Teknologi proyektor memang lebih hemat karena menggunakan satu sumbar cahaya terang untuk menyinari layar reflektif di bioskop. Namun, layar yang memancarkan cahaya sendiri (emissive screen) seperti LED menawarkan pengalaman menonton film yang lebih menarik, sudut pandang yang lebih luas, high dynamic range, serta darker black (penjelasan mengenai hal ini ada di bagian 1).  Harga LED yang cukup mahal setimbang dengan kualitas yang ditawarkan.

blank

Perbandingan gambar pada layar biasa (kiri), dan tampilan pada layar high dynamic range [sumber : Dolby Vision]

Munculnya layar LED berukuran raksasa berawal dari pengembangan LED inorganic indium-gallium-nitrida yang disebut micro-LEDs (µLEDs). Seperti LED organik (OLEDs), LED inorganik memancarkan cahaya tampak yang memiliki kontras lebih tinggi, respon cepat, dan efisiensi lebih baik dibandingkan LED biasa. Untuk teknologi layar, µLEDs dipilih karena lebih lebih terang.

Terobosan Nyata

Samsung mengejutkan publik dengan layar bioskop µLED berukuran diagonal 10 m dengan resolusi penuh 4K 4096 x 2048 piksel. Chris Chinnock mengungkapkan luminansi dari layar LED tersebut “hanya” 500 nits, mencapai 10 kali standar luminansi untuk proyektor layar lebar. Peluncuran produk pada 13 Juli 2017 di Seoul menandai era baru teknologi digital cinema dengan pemutaran beberapa klip film diantaranya “Transformers: The Last Knight” and “Miss Peregrine’s Home for Peculiar Children,”

blank

Pelucuran Samsung LED Cinema Screen

Satu-satunya penghambat untuk perluasan layar LED adalah harga yang fantastis. Chris Buchanan dari Samsung mengungkapkan bahwa pemilik bioskop harus membayar US$300,000 hingga US$500,000 untuk layar 10 m dan sistem audio yang bersangkutan. Sistem audio baru ini bekerjasama denga JBL Professional group. Mengapa layar berukuran 10 m dipilih? Layar tersebut cocok dengan gedung bioskop berukuran menengah. Bisnis layar lebar kini cenderung lebih fokus ke perbaikan fasilitas dan kualitas, dimana dipilih banyak ruangan berkapasitas menengah dibandingkan sedikit ruangan bioskop berkapasitas besar agar dapat disediakan lebih banyak variasi film.

Pada Februari 2018, Samsung baru saja memasang layar LED 10 m kelimanya untuk bioskop komersial. Produk ini menjadi teknologi baru premium karena hanya ada dua di Korea Selatan, dan masing-masing satu di Cina, Switzerland, dan Thailand.

Masa Depan Digital Cinema

Perkembangan bisnis layar lebar dalam jangka waktu pendek diperkirakan fokus pada fasilitas pendukung seperti tempat duduk, toilet, ruang tunggu, dan snack. Untuk mengharapkan upgrade teknologi proyektor pada semua bioskop dalam waktu dekat, rasanya tidak mungkin terjadi. Banyak faktor dipertimbangkan dalam upgrade diantarnya biaya, minat dan kemampuan masyarakat, serta desain ruangan bioskop. Contohnya, lampu pintu keluar pada desain bioskop lama yang pada umumnya di depan ruangan, dapat mengganggu performa ketiga teknologi yang sudah disebut diatas. Namun demikian, munculnya berbagai teknologi sebagai generasi baru layar lebar menjanjikan masa depan dunia hiburan, terutama film, yang berkualitas.

Akhirnya, generasi baru teknologi digital cinema menghadirkan sensasi menonton film dengan kualitas terbaik. Kedepannya, banyak teknologi diharapkan menjadi kenyataan seperti virtual reality atau holografi. Selain sebagai hiburan, tentunya teknologi tersebut penting untuk berbagai aplikasi yang lain.

Referensi :

  1. Hetch, Jeff. 2018. Cutting-Edge Cinema. Optics & Photonics News May 2018 [https://www.osa-opn.org/home/articles/volume_29/may_2018/features/cutting-edge_cinema/ diakses 5 Juli 2018]
  2. Justins, Adrian. 2018. HDR TV: What is HDR, and what does High Dynamic Range mean for television? Techradar article March 9, 2018 [https://www.techradar.com/news/television/hdr-welcome-to-the-next-big-shift-in-home-entertainment-1280990 diakses 5 Juli 2018]
  3. Christie Digital. 2018. Facts of Light. [http://www.lamptolaser.com/fact9.html diakses 7 Juli 2018]
  4. [Inside Look] Samsung’s Cinema LED Screen: A Next-Generation Theater Experience. Samsung Newsroom July 14, 2014. [https://news.samsung.com/global/inside-look-samsungs-cinema-led-screen-a-next-generation-theater-experience diakses 5 Juli 2018]
  5. Greenemeier, Larry. 2009. Brighter Idea: Next-Generation Inorganic LEDs Promise Longer Lives and More Lumens. Scientific American [https://www.scientificamerican.com/article/inorganic-led/ diakses 7 Juli 2018]
  6. IHS Market, 2014. The Battle Between Organic and Inorganic LEDs Begins [https://technology.ihs.com/518111/the-battle-between-organic-and-inorganic-leds-begins diakses 7 Juli 2018]

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *