Ripesense, Kemasan dengan Label Sensor Kematangan Pertama di Dunia

Setiap hasil pertanian yang dipanen masih melakukan proses metabolisme dan respirasi. Pada beberapa jenis produk pertanian, terdapat produk yang dapat […]

Setiap hasil pertanian yang dipanen masih melakukan proses metabolisme dan respirasi. Pada beberapa jenis produk pertanian, terdapat produk yang dapat matang tanpa dari pohonnya seperti pisang atau mangga. Jenis buah seperti ini disebut sebagai produk klimakterik yang umumnya dipanen ketika masih mentah dari pohonnya untuk bisa dijual. Akan tetapi terkadang buah yang dipanen tidak seluruhnya matang sehingga pembeli harus mengecek tanda-tanda kematangan dari buah yang dijual, seperti warnanya, aromanya, ataupun teksturnya. Pada beberapa kasus, buah yang dibeli belum matang setelah dibuka sehingga beberapa konsumen harus melakukan perlakuan dahulu sebelum siap dimakan, seperti didiamkan beberapa lama agar buah matang dengan sendirinya.

Kemasan Ripesense

Berdasarkan kasus tersebut maka sebuah perusahaan dari Selandia Baru, Jenkins Group, membuat sebuah inovasi kemasan yang dapat mendeteksi tingkat kematangan dari buah melalui suatu sensor bentuk label yang diberi nama Ripesense. Ripesense merupakan kemasan pintar (Intelligent packaging) pertama yang dikembangkan dengan label sensor kematangan dalam bahan kemasan plastik polyethylene terephtalate (PET) yang dapat didaur ulang dengan bentuk seperti mangkuk. Label pada Ripesense dapat berubah warna sesuai dengan tingkat kematangan pada buah di kemasan tersebut, yaitu juicy, firm, dan crisp . Label ini menjadi sensor yang dapat mendeteksi aroma yang dikeluarkan dari buah selama proses pematangan terjadi di dalam kemasan sehingga konsumen dapat membeli buah sesuai dengan tingkat kematangan yang diinginkan tanpa perlu mengecek dengan menekannya. Kemasan ini telah diaplikasikan pada buah pir dan buah-buah yang memiliki daging keras atau berbiji seperti alpukat, mangga, kiwi, melon, dan sebagainya dan telah dipasarkan di Amerika Serikat.

Kemasan Ripesense pada buah pir dengan label kematangan yang berubah dari warna merah ke kuning tergantung tingkat kematangan.
Kemasan Ripesense pada buah pir dengan label kematangan yang berubah dari warna merah ke kuning tergantung tingkat kematangan.

Cara Kerja Label

Proses pematangan buah dapat mengubah sifat fisis maupun kandungan kimianya sehingga pir dapat memiliki rasa yang manis, tekstur yang lunak, dan aroma yang khas. Aroma khas dari buah pir disebabkan oleh adanya zat-zat volatil atau zat yang mudah menguap dari buah pir (contoh: etilen). Aroma inilah yang dapat dideteksi oleh label Ripesense sehingga tingkat kematangan dari buah pir dapat ditentukan. Kemasan dari Ripesense didesain untuk memerangkap aroma sehingga fungsi label dapat bekerja dengan baik. Selain itu, kemasan ini juga menghindari buah dari kerusakan seperti pecah atau memar. Label akan berubah dari merah menjadi kuning dengan semakin meningkatnya tingkat kematangan.

Penggunaan label sensor ini digunakan pada buah yang secara visual tidak dapat dilihat perbedaannya secara jelas dengan buah yang matang. Biasanya buah yang dapat berubah warna untuk menentukan kematangan seperti pisang, pepaya, dan tomat sehingga tidak perlu menggunakan label sensor ini.

Label Kematangan di Indonesia

Di Indonesia, label kematangan seperti ini masih dikembangkan untuk penelitian. Salah satu peneliti yang mengembangkan label ini adalah Bambang Kuswandi, profesor dari Universitas Jember. Beliau meneliti label kematangan untuk buah jambu biji dan stroberi dengan menggunakan indikator bromophenol blue (BPB) dan metil merah. Prinsip kerja dari indikator tersebut hampir sama dengan label pada Ripesense, yaitu mendeteksi dari aroma atau gas volatil yang dihasilkan oleh buah. Akan tetapi, indikator ini bekerja secara efektif pada perubahan pH yang diakibatkan oleh pelepasan gas volatil dari aroma pada buah. BPB bekerja pada penurunan pH akibat asam organik volatil seperti asam askorbat yang dilepaskan secara bertahap dari buah jambu biji. Sementara metil merah bekerja pada peningkatan pH karena asam organik volatil yang terus berkurang yang disebabkan oleh pembentukan senyawa ester secara enzimatik dari buah stroberi.

Dengan adanya inovasi ini, maka diharapkan dapat membantu konsumen ke depannya untuk lebih mudah memilih buah sehingga mengurangi kerugian konsumen karena buah yang belum matang sesuai keinginan.

Referensi

  • Jenkins Group. Ripesense. diakses pada 24 Mei 2020 dari http://www.ripesense.co.nz/ripesense_howitworks.html.
  • Kuswandi, B. (2017). Freshness indicator for food packaging. Reference module in food science.
  • Lee, S.J., & Rahman, A.T.M.M. (2014). Intelligent packaging for food products. Academic Press
  • Nanotechnology Products Database. (2016). diakses pada 5 Juni 2020 dari https://product.statnano.com/product/6730/ripesense

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *