Mungkin para pembaca yang menggemari komik detektif Conan atau sering menonton film yang berhubungan dengan detektif polisi pernah mendengar senyawa luminol. Senyawa yang telah banyak membantu detektif dari kepolisian dalam mereka ulang kejadian tindak kejahatan di suatu TKP (tempat kejadian perkara). Namun senyawa ini hanya bisa digunakan jika terjadi kejahatan pembunuhan yang mengeluarkan darah di TKP. Pada artikel kali ini kita akan membahas keistimewaan senyawa luminol, reaksi kimia, kekurangan, dan sifat kimia dibaliknya.
Gambar cahaya yang dihasilkan dari reaksi luminol dan darah. Sumber: (1)
Untuk kejadian pembunuhan sadis yang melibatkan senjata tajam untuk membunuh korban, para polisi tidak langsung menyemprotkan senyawa luminol pada tempat kejadian perkara. Hal ini dikarenakan detektif harus menginvestigasi TKP terlebih dahulu agar tidak menghilangkan bukti-bukti yang lain yang disebabkan oleh penyemprotan luminol secara langsung.
Kemiluminesens (chemiluminescence)
Fenomena Kemiluminesens-lah yang menyebabkan cahaya muncul jika senyawa luminol direaksikan dengan darah. Kemiluminesens adalah produksi cahaya dari reaksi kimia. Ketika dua bahan kimia bereaksi, ia akan menjadi senyawa perantara berenergi tinggi (excited state) yang kemudian akan terurai dan akan melepaskan sejumlah energi tertentu ketika ia kembali ke keadaan semula (ground state) (2). Reaksi Kemiluminesens tidak menghasilkan energi yang terlalu banyak dalam bentuk panas/kalor karena hanya melepaskan cahaya tampak berwarna biru terang. Fenomena Kemiluminesens juga yang menyebabkan glow stick (tongkat yang memancarkan sinar dikegelapan) dan kunang-kunang bersinar dimalam hari.
Reaksi Kimia Luminol
Luminol adalah senyawa kimia yang memiliki rumus molekul (C8H7O3N3) yang terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Senyawa ini berbentuk bubuk, dimana ia dicampurkan dengan larutan yang sudah mengandung hidrogen peroksida (H2O2) dan hidroksida (OH–) lalu dituangkan kedalam botol spray.
Hidrogen peroksida dan luminol-lah yang memiliki peran penting dalam reaksi kimianya, namun agar ia menghasikan warna yang terang, digunakanlah katalis agar mempercepat reaksinya yakni atom besi (Fe2+) yang ada pada hemoglobin darah.
Penggunaan
Untuk melakukan tes luminol, biasanya disemprot langsung ke tempat yang kemungkinan ada bercak darah yang sudah hilang, jika campuran luminol bereaksi dengan bekas bercak darah, atom besi yang ada pada hemoglobin langsung mempercepat reaksi antara hidrogen peroksida dan luminol. Dalam reaksi oksidasi, luminol kehilangan 2 atom nitrogen dan memperoleh 2 atom oksigen (lihat gambar reaksi luminol) yang disebut senyawa 3-aminopthalat. Lalu elektron dari atom oksigen naik ke keadaan tereksitasi (naik ke orbital yang lebih tinggi dari atomnya) dan ketika elektron tersebut turun ke orbital yang lebih rendah (ground state atau keadaan semula) ia memancarkan energi dalam bentuk cahaya yang ditangkap oleh mata kita (4). Luminol dapat mendeteksi keberadaan darah dalam kadar 1/1.000.000 atau 1 BPJ (bagian per juta).
Kekurangan luminol
Ada beberapa kendala yang akan dihadapi detektif dari kepolisian jika langsung menyemprot luminol tanpa terlebih dulu menginvestigasi tempat kejadian perkara, karena ada beberapa zat yang dapat mengaburkan hasil dari test luminol pada TKP. Sama seperti hemoglobin pada darah, zat penggangu hasil test juga mengkatalisis (mempercepat) reaksi dari luminol dan mengoksidasinya seperti natrium klorat (zat pemutih kertas), enzim peroksida yang ditemukan pada feses, lobak pedas dan bahkan kadar darah yang kecil pada air seni juga dapat memicu reaksi oksidasi luminol (3).
Kekurangan lainnya, luminol hanya bertahan 30 detik maka dari itu biasanya jejak cahaya lalu difoto atau direkam. Lalu apakah semakin biru warna yang dihasilkan pada test luminol semakin banyak darah yang bereaksi? Jawabannya belum tentu! Karena bisa saja tempat TKP sudah dicemari oleh pelaku dengan zat yang dapat mengkatalisis luminol seperti yang disebutkan.
Walaupun begitu test luminol tetap menjadi langkah pertama dalam investigasi pembunuhan oleh detektif polisi karena dapat memberikan informasi yang esensial, bahkan jenis senjata tajam yang digunakan pelaku juga bisa diprediksi oleh detektif polisi dalam penyelidikan TKP.
Referensi
- http://www.unitednuclear.com/blood.htm. Diakses pada 8 Mei 2020
- Emma welsh. What is chemiluminescence? https://www.scienceinschool.org/2011/issue19/chemiluminescence.
- Crime Scene Chemistry – Luminol, Blood & Horseradish. https://www.compoundchem.com/2014/10/17/luminol/.
- Tom Harris. How Luminol Works. https://science.howstuffworks.com/luminol2.htm.
nama saya Reza Kurniawan, tinggal di kota Binjai,sumatera utara.
Sarjana sains (KIMIA)
Meneliti tentang Sintesis Membran proton exchange Fuel cell . Saat ini saya bekerja sebagai staff laboratorium Fatty alcohol dan Biodiesel Musim Mas group.
artikelnya bagus sekali. saya izin meletakkan di mading sekolah saya. saya akan menyertakan sumbernya