Belakangan ini, sedang ramai pemberitaan mengenai varian baru SARS CoV-2 yang berasal dari Inggris. Menurut berbagai sumber, varian baru virus ini lebih cepat menular daripada varian-varian sebelumnya. Hal ini mengkhawatirkan karena mungkin dapat membuat efektivitas vaksin berkurang.
Sebenarnya, ada enam strain virus SARS CoV-2 yang sudah diketahui. Meskipun memiliki kecepatan mutasi yang tinggi, virus tersebut memiliki variabilitas yang rendah. Peneliti dari Universitas Bologna menganalisis sebanyak 48.635 genom Coronavirus yang diisolasi dari seluruh dunia dan mendapat kesimpulan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Coronavirus memiliki variasi yang sedikit kira-kira sejumlah tujuh mutasi per sampel. Jumlah tersebut jauh lebih rendah daripada mutasi virus influenza yang dapat mencapai dua kali lipatnya [1].
Mengenal Enam Varian Terdahulu
SARS CoV-2 terdiri atas enam strain sebelum ilmuwan Inggris menemukan strain baru. Virus yang pertama kali muncul di Wuhan pada Desember 2019 lalu merupakan strain L. Kemudian, muncul strain V dan G pada Januari 2020. Strain G lebih luas tersebar daripada strain V. Strain G kemudian bermutasi menjadi strain GR dan GH pada Februari 2020. Ketiga strain terkait, yakni strain G, GR, dan GH merupakan varian yang paling banyak tersebar di seluruh dunia.
Berdasarkan pemetaan, varian G dan GR paling banyak terdapat di Eropa terutama Italia serta Amerika Selatan. Varian GH banyak terdapat di Jerman, Prancis, dan Amerika Utara. Selain itu, terdapat strain S yang ada di Amerika dan Spanyol. Saat ini, jumlah dari strain G, GR, dan GH terus meningkat di seluruh dunia. Sedangkan jumlah strain L dan V terus berkurang. Selain enam varian tersebut, peneliti juga menemukan beberapa mutasi yang tidak terjadi terlalu sering. Untuk saat ini, mutan tersebut tidak mengkhawatirkan namun perlu diteliti lebih lanjut. Ilmuwan perlu meneliti mutasi virus ini lebih lanjut untuk mengetahui fungsi mutasi dan memantau pergerakan strain SARS CoV-2 di seluruh dunia[2].
Strain SARS CoV-2 Baru dari Inggris, Akankah Lebih Berbahaya?
Saat ini,ditemukan satu strain SARS CoV-2 terbaru di inggris yaitu VUI-202012/01 (The First Variant Under Investigation). Ilmuwan menemukan strain tersebut pada Desember 2020. Secara teori, strain virus ini lebih mudah menular karena mengalami mutasi pada spike protein. SARS CoV-2 menggunakan spike protein untuk berikatan dengan reseptor ACE2 pada sel manusia. Namun, hingga saat ini, ilmuwan belum menenukan bukti yang menunjukkan bahwa varian baru tersebut lebih berbahaya daripada varian lain.
Strain Baru dan Vaksinasi
Dengan penemuan strain baru SARS CoV-2, efektivitas vaksin dapat berkurang. Hal tersebut terjadi karena vaksin menarget protein spike. Selain itu, vaksin juga membuat tubuh memproduksi antibodi yang melawan berbagai daerah spike protein. Oleh karena itu, secara teori, sedikit perubahan dapat membuat vaksin menjadi kurang efektif.
Kedepannya, dunia memerlukan pembaharuan Vaksin COVID-19 seperti vaksin influenza meskipun mutasi SARS CoV-2 tidak secepat mutasi virus influenza. Namun, hingga saat ini tidak ada bukti yang menyatakan jika varian tersebut dapat menghindari sistem imun manusia atau vaksinasi. Otoritas Kesehatan Inggris akan memprioritaskan sekuensing gen SARS CoV-2 jika terjadi kasus reinfeksi setelah pemberian vaksin [3]
Referensi
[1] Università di Bologna, “The six strains of SARS-CoV-2,” (2020).
[2] D. Mercatelli dan F. M. Giorgi, “Geographic and Genomic Distribution of SARS-CoV-2 Mutations ,” (2020).
[3] J. Wise, “Covid-19: New coronavirus variant is identified in UK,” (2020).
Mahasiswi S1 Biologi UGM. Menekuni Biomedis dan Biologi sel molekuler. Hobi mencari jawaban semua permasalahan hidup dari berbagai bidang.