Saat tubuh sedang kegerahan, stress, emosi atau setelah olahraga sebagian besar orang mungkin saja mengalami telapak tangan berkeringat. Namun, sebagian orang merasakan beberapa bagian tubuhnya berkeringat secara berlebihan di luar kondisi tersebut. Hal ini dapat mengganggu beberapa aktivitas sampai menyebabkan kondisi penderitanya malu. Seringkali, kondisi telapak tangan yang berkeringat dikaitkan dengan penyakit jantung (gangguan/lemah jantung) tetapi dugaan ini tidaklah benar.
Hiperhidrosis
Keringat berlebih pada telapak tangan adalah hal yang wajar dan umumnya disebabkan oleh hiperhidrosis. Hiperhidrosis adalah kelainan keringat berlebih akibat stimulasi berlebihan pada reseptor kolinergik pada kelenjar ekrin. Kelainan patologis ini ditandai dengan keluarnya keringat secara berlebih . Kelenjar ekrin terkonsentrasi di area seperti ketiak, telapak tangan, dan telapak kaki.
Ada dua jenis hiperhidrosis, yaitu hiperhidrosis primer dan sekunder. Hiperhidrosis primer diduga disebabkan oleh adanya faktor genetik yang berperan dalam stimulasi pengeluaran keringat secara berlebihan di beberapa area seperti telapak tangan, telapak kaki dan ketiak. Sedangkan hiperhidrosis sekunder penyebabnya adalah efek samping beberapa obat-obatan seperti : agonis dopamin, Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI), antipsikotik, alkohol, dan insulin. Kondisi lainnya seperti demam, diabetes mellitus, hipertiroidisme, penyakit Parkinson, dan gangguan neurologis lainnya bisa menyebabkan hiperhidrosis.
Patofisiologi hiperhidrosis
Berkeringat merupakan mekanisme untuk mengeluarkan panas berlebih dalam tubuh melalui penguapan keringat yang dihasilkan oleh kelenjar ekrin. Tubuh manusia memiliki kelenjar keringat yaitu ekrin dan apokrin. Kelenjar keringat ekrin ditemukan terutama di daerah telapak tangan, telapak kaki, dan ketiak. Kelenjar apokrin juga terdapat di daerah ketiak, akan tetapi kelenjar ekrin diduga paling berpengaruh terhadap hiperhirdosis primer.
Hiperhidrosis melibatkan aktivitas berlebih sistem saraf parasimpatis yang menyebabkan pelepasan asetilkolin yang berlebihan dari ujung saraf. Asetilkolin akan menginervasi kelenjar keringat ekrin epidermal sebagai respons fisiologis terhadap kontrol suhu tubuh inti selama masa stres fisik atau psikologis. Pada hiperhidrosis, diyakini bahwa mekanisme umpan balik negatif ke hipotalamus dapat terganggu yang menyebabkan tubuh berkeringat lebih dari yang dibutuhkan untuk mendinginkan suhu tubuh. Reaksi patologis ini dapat dipicu oleh obat-obatan yang meningkatkan pelepasan asetilkolin dari neuron atau gangguan medis sistemik yang juga meningkatkan respons simpatis.
Kriteria diagnostik hiperhidrolisis
Seseorang dikatakan mengalami hiperhidrolisis apabila mengalami hal hal berikut:
- Berkeringat secara berlebihan selama 6 bulan tanpa alasan yang jelas
- Keluar keringat pada telapak tangan, telapak kaki, ketiak dan / atau wajah
- Berkeringat bersifat bilateral dan simetris
- Intensitas berkeringat berkurang atau tidak ada di malam hari
- Episode berkeringat berlangsung setidaknya 7 hari
- Individu tersebut berusia 25 tahun atau lebih muda
- Ada riwayat keluarga
- Berkeringat mengganggu aktivitas hidup sehari-hari
Prognosa
Hiperhidrosis tidak mengancam jiwa, namun Hiperhidrosis secara estetika bisa menyebabkan penurunan rasa percaya diri sampai menyebabkan kesulitan dalam pekerjaan. Pada penderita hiperhidrosis, aktivitas fisik yang minimal sekalipun dapat menyebabkan bagian tertentu menjadi basah dan menimbulkan bercak pada pakaian yang cukup memalukan bagi penderitanya. Selain itu, keringat yang terkontaminasi oleh mikroba pada daerah tersebut dapat menimbulkan aroma kurang sedap yang dapat menurunkan rasa percaya diri. Hiperhidrosis pada telapak tangan akan menurunkan kemampuan mencengkram dan menimbulkan kesan basah saat berjabat tangan. Selain itu dalam pekerjaan, seseorang dengan hiperhidrosis mungkin mengalami kesulitan dalam memegang benda. Hal ini karena telapak tangan yang basah terasa mengganggu apabila memegang kertas atau benda lain.
Terapi hiperhidrolisis
Hiperhidrosis dapat diberikan perawatan secara klinis maupun perawatan bedah. Perawatan klinis dengan cara pemberian obat-obatan secara sistemik maupun secara topical maupun dengan pemberian terapi. Metode perawatan secara klinis contohnya seperti:
1.) Pemberian antiprespiran, bekerja pada pembukaan kelenjar keringat yang menghalangi pembuangan keringat. pemberian antiprespiran diindikasikan untuk hiperhidrosis ketiak dengan intensitas ringan sampai sedang, yang paling banyak digunakan adalah larutan aluminium klorida 20-30%.
2.) Obat antikolinergik, obat ini bertindak sebagai antagonis reseptor muskarinik kelenjar keringat, yang dapat menangani pengeluaran keringat yang berlebih.
3.) Terapi Iontoforesis, metode ini dapat dicoba bila antiprespiran tidak memberikan hasil yang menguntungkan. Metode Iontoforesis terdiri dari penggunaan arus listrik intensitas rendah (15-18 mA) yang dihasilkan oleh generator DC, telapak tangan dan/atau telapak kaki dicelupkan ke dalam suatu larutan elektrolit. Prosedur ini harus diulang secara teratur,dimulai dengan 20 sesi beberapa kali/minggu, berangsur-angsur diperpanpang interval antara pengobatan menjadi 1-2 minggu.
4.) Psikoterapi: bertujuan untuk mengontrol kecemasan dan rasa tidak aman. Masalah psikologis pada kebanyakan kasus merupakan konsekuensi hiperhidrosis, bukan penyebabnya. Terapi psikofarmakologi atau terapi psikiatri tidak dapat menyembuhkan kelainan ini, kebanyakan psikoterapi dapat menolong pasien untuk dapat menerima masalah psikologis akibat hiperhidrosis.
Kesimpulan
Hiperhidrosis adalah kelainan keringat berlebih akibat stimulasi berlebihan pada reseptor kolinergik pada kelenjar ekrin. Hiperhidrosis bukanlah pertanda adanya masalah pada jantung dan tidak membahayakan jiwa. Namun memiliki konsekuensi terhadap kepercayaan diri suatu individu, menyebabkan rasa malu dan kesulitan sosial di lingkungan masyarakat. Ada berbagai perawatan klinis yang tersedia untuk setiap pasien sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas hidup mereka
Referensi:
Brackenrich J, Fagg C. Hyperhidrosis. [Updated 2020 Sep 11]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459227
Romero, F. R., Haddad, G. R., Miot, H. A., & Cataneo, D. C. (2016). Palmar hyperhidrosis: clinical, pathophysiological, diagnostic and therapeutic aspects. Anais brasileiros de dermatologia, 91(6), 716–725. https://doi.org/10.1590/abd1806-4841.20165358
Stashak, A. B., & Brewer, J. D. (2014). Management of hyperhidrosis. Clinical, cosmetic and investigational dermatology, 7, 285–299. https://doi.org/10.2147/CCID.S53119