Modified Atmosphere Packaging (MAP): Solusi Terbaru dalam Memperpanjang Umur Simpan pada Buah Pisang

Pisang merupakan salah satu tanaman buah yang memiliki tingkat produksi yang besar di Indonesia. Pisang juga merupakan salah satu produk […]

Pisang merupakan salah satu tanaman buah yang memiliki tingkat produksi yang besar di Indonesia. Pisang juga merupakan salah satu produk hortikultura yang bersifat mudah rusak, meruah, dan tidak tahan lama. Hal tersebut disebabkan oleh tingkat respirasi buah dan produksi etilen endogen tinggi selama proses pematangan setelah dipanen (Arista et al. 2017).

Sifat hasil tanaman buah dapat dikelompokkan berdasarkan aktivitas respirasinya yaitu klimakterik dan non klimakterik. Buah klimaterik adalah buah yang mengalami peningkatan laju respirasi dan produki etilen setelah mengalami proses panen sedangkan buah non klimaterik adalah buah yang tidak mengalami peningkatan laju respirasi dan produksi etilen setelah buah dipanen (Fransiska et al. 2013). Respirasi merupakan suatu proses metabolik yang dapat dijadikan indikator terjadinya perubahan kimia dan fisika dari buah-buahan yang tersimpan sekaligus dapat menggambarkan perubahan mutu buah tersebut.

Buah pisang contoh buah yang bersifat klimaterik

Pisang termasuk ke dalam buah yang bersifat klimakterik karena mengalami proses peningkatan laju respirasi dan produksi etilen setelah buah dipanen. Selain buah pisang, beberapa buah lainnya seperti tomat, apel, durian, markisa, jambu biji, nangka, kesemek, rambutan, mangga, pepaya, alpukat, peach, dan pear juga termasuk ke dalam buah yang bersifat klimakterik, sedangkan buah yang bersifat non klimakterik adalah jeruk, nanas, timun, leci, ceri, stroberi,  lemon, semangka, tangerin, limau, dan arbei (Dahlia et al. 2016).

Umur penyimpanan pada buah pisang dapat diperpanjang dengan cara mengendalkan pelepasan etilen dari buah pisang. Etilen merupakan senyawa hidrokarbon yang bersifat tidak jenuh berbentuk gas pada suhu kamar. Selain itu, etilen (C2H4) merupakan gas hasil metabolisme aktif yang dikeluarkan oleh buah yang matang dan berfungsi sebagai pemicu (trigger) pematangan. Etilen pada buah dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman hidup pada waktu tertentu.  Senyawa etilen dapat mengakibatkan perubahan penting dalam hal proses pematangan hasil pertanian. Etilen juga merupakan hormon dalam tanaman yang aktif dalam proses pematangan suatu buah dan bersifat mobil dalam jaringan tanaman dan juga merupakan senyawa organik (Dahlia et al. 2016).

Struktur senyawa etilen

Proses pemanjangan umur simpan pada buah pisang dapat dikendalikan dengan cara menghambat emisi etilen yang dapat mempertahankan kualitas mutu dan memperpanjang masa simpan pada buah pisang. Modified atmosphere packaging (MAP) atau kemasan atmosfir termodifikasi merupakan salah satu teknik yang memiliki peluang yang besar untuk memperpanjang waktu penyimpanan buah pisang setelah panen dengan bantuan kalium permanganat (KMnO4) sachet sebagai penyerap etilen endogen, asam askorbat yang ditambah dengan arang aktif yang berperan sebagai media penyerap (absorber) dan pembungkusnya berupa kain kasa. MAP memiliki prinsip yaitu menghambat pergerakan udara sehingga dapat memungkinkan proses respirasi secara normal untuk mengurangi kadar oksigen dan meningkatkan kadar karbon dioksida di dalam kemasan (Napitulu 2013).

Modified Atmosphere Packaging dengan berbagai jenis kemasan (LPDE, PP, WSF) menggunakan KMnO4 (Sumber: Pradhana 2014)

Proses emisi pada etilen dapat menyerap etilen dengan cara mengoksidasi etilen menggunakan KMnO4. Sifat dari senyawa kalium permanganat adalah toksik yang dapat merugikan manusia sehingga dibutuhkannya suatu media pembawa agar tidak berkontak langsung dengan bahan yang telah dimasukkan penyerap etilen endogen tersebut (Pradhana et al. 2013). Senyawa kalium permanganat mampu mengoksidasi atau mengikat etilen sehingga menyebabkan ikatan rangkap yang terdapat pada senyawa etilen menghasilkan bentuk etilen glikol dan mangan dioksida (Napitulu 2013).

Modified Atmosphere Packaging pada Beraneka Ragam Buah

Berdasarkan penelitian dari Napitulu (2013) bahwa pada buah pisang Barangan yang dikemas langsung menggunakan kotak karton saja menunjukkan warna kuning pada hari ke 5 proses penyimpanan. Pada 10 hari penyimpanan, warna pisang tersebut terlihat menjadi kuning kecoklatan dan buahnya jatuh dari sisirnya, sedangkan ketika ditambahkan dengan perlakuan perpanjangan umur simpan buah pisang seperti KMnO4, Ca(OH)2 dan asam askorbat menghasilkan warna kulit pisang berwarna hijau segar yang merupakan indikator dalam perkembangan proses kematangan pada buah pisang. Perpaduan dari ketiga senyawa tersebut menunjukkan umur penyimpanan pisang yang lama yaitu 25 hari dengan warna kulit yang terlihat hijau segar.

Tujuan dari MAP adalah untuk memperoleh umur simpan buah yang lebih lama dengan memiliki mutu penampakan buah yang optimal, artinya buah tersebut masih layak untuk dijual di pasaran sehingga buah tersebut aman untuk dikonsumsi, dan juga tidak banyak ditemukan buah yang tidak layak di pasaran karena buah tersebut sudah melebihi waktu pematangan buah. Selain itu, MAP ini memiliki harga yang relatif murah. Teknik MAP ini perlu digunakan pada buah yang bersifat klimakterik karena buah tersebut lebih cepat mengalami proses pematangan dibanding dengan buah yang bersifat non klimakterik.

Referensi:

  • Arista ML, Widodo WD, Suketi K. 2017. Penggunaan kalium permanganat sebagai oksidan etilen untuk memperpanjang daya simpan pisang raja bulu. Bul Agrohorti. 5(3): 334-341.
  • Dahlia A, Haryato A, Suhandy D. 2016. Studi penggunaan kmno4 untuk memperpanjang umur pisang muli. J Tek Pertanian Lampung. 5(2): 67-72.
  • Fransiska A, Hartanto R, Lanya B, Tamrin. 2013. Karakteristik fisiologi manggis (Garcinia mangostana L) dalam penyimpaan atmosfer termodifikasi. J Tek Pertanian Lampung. 2(1): 1-6.
  • Napitulu B. 2013. Kajian beberapa bahan penunda kematangan terhadap mutu buah pisang barangan selama penyimpanan. J Hort. 23(3): 263-275.
  • Pradhana AY . 2014. Kajian penyimpanan buah pisang (cv. mas kirana) dengan kemasan atmosfer termodifikasi menggunakan kalium permanganat [tesis]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
  • Pradhana AY, Hasbullah R, Purwanto YA. 2013. Pengaruh penambahan kalium permanganat terhadap mutu pisang (cv mas kirana) pada kemasan atmosfir termodifikasi aktif. J Pascapanen. 10(2): 83-94.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top