Ekiben adalah istilah unik yang menggabungkan kata eki (stasiun kereta) dan bento (kotak makanan). Makanan ini tidak hanya menjadi pengganjal perut selama perjalanan panjang kereta di Jepang, tetapi juga mencerminkan keanekaragaman kuliner lokal dan budaya unik Jepang.
Sejarah Ekiben
Konsep Ekiben berawal sejak 1880-an, ketika kereta api mulai berkembang menjadi sarana transportasi jarak jauh di Jepang. Pada awalnya, onigiri (nasi kepal) dijual di peron stasiun sebagai makanan praktis. Seiring waktu, makanan ini berevolusi menjadi bento yang lebih beragam, menampilkan cita rasa khas daerah yang dilalui kereta. Tidak jarang, wisatawan di Jepang melakukan perjalanan khusus demi menikmati berbagai jenis Ekiben.
Ekspansi Ekiben ke Prancis
Kini, Ekiben tidak hanya populer di Jepang, tetapi juga mulai menyebar ke dunia. Salah satu contohnya adalah pembukaan kios Ekiben di Gare de Lyon, Paris. Langkah ini merupakan upaya berbagi budaya kuliner Jepang dengan masyarakat Prancis, yang memiliki tradisi serupa dalam bepergian menggunakan kereta jarak jauh.
Di kios tersebut, terdapat lima jenis menu bento, termasuk:
- Makunouchi Bento: Bento tradisional dengan aneka lauk.
- Paris-Lyon Bento: Bento khas yang menggunakan daging sapi Prancis.
Dengan penyesuaian bahan dan rasa, seperti menambahkan bumbu pada nasi putih, Ekiben berhasil memikat selera para penumpang kereta di Prancis. Tampilan yang menarik, praktis, dan cita rasa yang mudah diterima menjadikan Ekiben sebagai representasi sukses budaya Jepang di luar negeri.
Lebih dari sekadar makanan, Ekiben adalah pengalaman budaya yang memperkenalkan keragaman Jepang melalui setiap kotaknya. Bagi penumpang kereta di Jepang maupun di luar negeri, Ekiben mengubah perjalanan menjadi momen menyenangkan untuk menikmati kuliner berkualitas.
Self-Heating Bento
Ekiben dilengkapi dengan self-heating bento, yang merupakan inovasi kuliner Jepang yang memungkinkan konsumen menikmati makanan hangat tanpa memerlukan peralatan pemanas eksternal. Inovasi ini sangat populer di kalangan pelancong, terutama bagi mereka yang menggunakan kereta jarak jauh seperti Shinkansen.
Self-heating bento menggunakan kantong pemanas yang berada di bawah kotak makan. Untuk mengaktifkan pemanas, pengguna cukup menarik tali yang terpasang di sisi kotak. Tindakan ini memicu reaksi kimia antara kalsium oksida dan air dalam kantong tersebut, menghasilkan panas melalui reaksi eksotermik yang kemudian menghangatkan makanan di atasnya. Setelah sekitar lima menit, makanan siap dalam kondisi hangat tanpa memerlukan microwave atau sumber panas lainnya.
Mengoperasikan self-heating bento sangat sederhana. Setelah menarik tali untuk memulai reaksi pemanas, pengguna hanya perlu menunggu sekitar lima menit hingga makanan mencapai suhu yang diinginkan. Setelah itu, penutup dapat dibuka, dan makanan hangat pun siap. Proses ini tidak memerlukan peralatan tambahan, sehingga sangat praktis untuk kita nikmati dimana saja.
Inovasi self-heating bento mencerminkan perhatian Jepang terhadap kenyamanan dan kualitas dalam budaya kuliner mereka. Dengan menyediakan makanan hangat yang mudah diakses, teknologi ini meningkatkan pengalaman kuliner, terutama bagi mereka yang sering bepergian. Selain itu, self-heating bento juga menjadi simbol bagaimana teknologi dapat berintegrasi dengan tradisi kuliner untuk memenuhi kebutuhan modern.
Teknologi SHS+WMD untuk Pemanasan Makanan di Jepang
Di sisi lain, Jepang telah menjadi pionir dalam inovasi pemrosesan makanan, salah satunya melalui pengembangan sistem pemanasan makanan berbasis uap superheated steam (SHS) yang dikombinasikan dengan semprotan air panas mikro atau water microdroplets (WMD). Penciptaan teknologi ini bertujuan untuk mengatasi masalah pemanasan makanan tradisional, seperti penyerapan air berlebih dan kehilangan komponen padat makanan selama proses pemasakan.
Superheated steam adalah uap air yang dipanaskan di atas titik didihnya sehingga mampu memberikan efisiensi transfer panas yang tinggi dan mencegah oksidasi nutrisi. Namun, penggunaan SHS secara eksklusif sering kali menyebabkan pengeringan berlebih pada makanan, sehingga menurunkan hasil akhir. Untuk mengatasi ini, teknologi SHS+WMD menggunakan semprotan droplet air panas mikro yang membantu mempertahankan kadar kelembaban makanan dan memperbaiki transfer panas dengan mengurangi resistansi termal lapisan air pada permukaan makanan​.
Sistem ini bekerja dengan cara menyemprotkan uap superheated pada suhu 115°C hingga 120°C, yang dicampur dengan droplet air panas dari nozzle. Campuran ini memungkinkan makanan mendapatkan kelembaban yang cukup selama pemanasan. Hasilnya, makanan tidak hanya matang dengan cepat tetapi juga mempertahankan rasa, tekstur, dan kualitas gizi yang optimal​.
Aplikasi pada Berbagai Jenis Makanan
Teknologi SHS+WMD telah digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk blanching kentang, pasteurisasi permukaan mentimun, dan pemrosesan daging serta hasil laut. Misalnya, pada proses blanching kentang, SHS+WMD terbukti mencegah penyerapan air yang berlebihan dan menjaga kelembutan tekstur kentang. Selain itu, kentang yang diproses dengan teknologi ini mengalami pengurangan kehilangan massa yang lebih kecil dibandingkan metode tradisional seperti perebusan​.

Pada produk seperti mentimun segar yang digunakan dalam salad kentang, SHS+WMD memberikan pasteurisasi cepat tanpa merusak tekstur renyahnya. Teknologi ini juga berhasil menurunkan jumlah bakteri hingga tingkat yang signifikan, menjadikannya solusi yang ideal untuk makanan segar dan siap saji​.
Dampak pada Industri Makanan
Sejak 2005, lebih dari 100 supermarket di Jepang telah mengadopsi teknologi ini untuk memproduksi salad kentang berkualitas tinggi, yang dijual dalam volume hingga 120.000 paket per bulan. Selain itu, sistem ini digunakan untuk memasak makanan untuk pasien transplantasi di rumah sakit. Pasien-pasien ini membutuhkan makanan yang steril, tetapi tetap memiliki rasa dan tekstur yang mendekati makanan segar, yang tidak dapat dicapai dengan metode sterilisasi tradisional seperti autoklaf​.
Masa Depan Teknologi SHS+WMD
Teknologi SHS+WMD membuka peluang untuk pengembangan lebih lanjut dalam industri makanan, terutama dalam memproduksi makanan dengan kualitas premium. Studi lanjutan diperlukan untuk mengeksplorasi potensi aplikasi pada berbagai jenis makanan lainnya. Dengan kemampuan mempertahankan kualitas dan efisiensi proses, sistem ini diharapkan menjadi standar baru dalam pemrosesan makanan modern​.
Secara keseluruhan, inovasi ini tidak hanya menunjukkan kemajuan teknologi Jepang dalam sektor makanan tetapi juga memberikan solusi yang lebih ramah lingkungan dengan mengurangi limbah air dan energi dalam proses pemanasan makanan.
Referensi
Japangov. 2016. Sharing Travel Treats with the World. Diakses pada 17 Desember 2024 dari https://www.japan.go.jp/tomodachi/2016/spring-summer2016/sharing_travel_treats_with_the_world.html
Mohamadi, R. F. 2023. Bento Khas Jepang yang Bisa Panas Sendiri (Self-heating Ekiben). Diakses pada 13 Desember 2024 dari https://catperku.com/wah-bento-khas-jepang-ini-bisa-panas-sendiri-kok-bisa-ya/
Sotome, Itaru and Isobe, Seiichiro. 2011. Food Processing and Cooking with New Heating System Combining Superheated Steam and Hot Water Spray. Diakses pada 13 Desember 2024 dari https://www.jircas.go.jp/en/publication/jarq/45/1/69
Sotome, I., Takenaka, M., Koseki, S., Ogasawara, Y., Nadachi, Y., Okadome, H., & Isobe, S. (2009). Blanching of potato with superheated steam and hot water spray. LWT-Food Science and Technology, 42(6), 1035-1040.