Baru-baru ini, asap putih yang dimuntahkan Gunung Merapi mengejutkan warga di sekitar Kabupaten Magelang, Boyolali, Sleman, dan Klaten. Gunung tersebut mengalami letusan freatik yang biasa terjadi di gunung berapi aktif.
Letusan freatik terjadi pada Jum’at, 11 Mei 2018 dengan ketinggian kolom erupsi mencapai 5,5 km dalam waktu 5 menit. Dikutip dari pikiran-rakyat.com, Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Hanik Humaida “Benar terjadi letusan freatik di Gunung Merapi sekitar pukul 07.40 WIB dengan ketinggian kolom asap mencapai 5,5 kilometer (km).”
Menurut Hanik, letusan freatik hampir tidak bisa diprediksi dengan peralatan yang dimiliki BPPTKG saat ini. Letusan tidak bisa terdeteksi karena gejala awal yang dialaminya terjadi dengan sangat singkat. Gambar dari rekaman CCTV yang terpasang di bibir kawah Gunung Merapi juga tidak menunjukkan perubahan morfologinya.
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=JFnKa0znSd4[/embedyt]
Letusan freatik adalah erupsi uap air yang tidak disertai dengan penyemburan lava. Letusan tersebut disebabkan oleh air tanah yang berubah fasa menjadi uap air akibat dipanaskan oleh magma. Gunung memuntahkan material abu vulkanik tetapi tidak melelehkan magma. Ketinggian dari material yang dimuntahkan kurang dari 20 meter dan tergantung dari tekanan uap airnya. Letusan freatik juga bisa mencairkan puncak gletser / danau. Ketika lava mengalir di atas sedimen basah, hal itu menciptakan letusan freatik berskala kecil.
Panas dari magma menyebabkan air tanah mendidih dan naik melalui jaringan permeable utama yang retak. Ketika uap yang sangat panas naik memanaskan batuan diatasnya, air yang berada di jaringan dibawahnya dan retakan tanah akan mendidih. Tekanan yang diberikan oleh uap yang berada di area tersebut dapat menyebabkan perambatan retak horizontal yang cepat dan menghasilkan peningkatan pada panjang retakan yang lebih besar dari ukurannya.
Berdasarkan strukturnya, proses letusan berawal dari permukaan bebas dan bermigrasi sepanjang thermoelastic isostresses (elastisitas pada panas lava yang memiliki tekanan yang sama) sebagai hasil dari kerusakan lapisan permukaan yang tipis di atas retakan. Untuk parameter batuan dan retakan tertentu, mekanisme perambatan pada retakan tidak mengarah ke letusan dinamis tetapi menghasilkan zona yang sangat retak kemudian dihapus oleh proses transportasi fluida. Letusan freatik terjadi hanya untuk set parameter batuan tertentu. Contohnya adalah batuan tidak boleh terlalu kuat (σt ≅ 10 MPa) dan dicirikan oleh struktur permeablitas skala dua yang melibatkan jaringan retakan utama dengan permeabilitas yang relative tinggi (≳10−12 m2) dan jaringan lainnya dengan permeabilitas yang jauh lebih rendah (Ω> 10−2). Pembatasan ini dapat menjelaskan secara tidak langsung bahwa letusan freatik tidak terjadi di kebanyakan daerah vulkanik.
Letusan freatik bertepatan dengan emisi gas hidrogen sulfida (H2S) dan karbon dioksida (CO2). Jika letusan melepaskan konsentrasi karbon dioksida yang cukup, hal itu menyebabkan asfiksia. Asfiksia adalah keadaan tubuh yang kehilangan oksigen dan menyebabkan hilangnya kesadaran bahkan menimbulkan kematian. Hidrogen sulfida yang diproduksi dalam jumlah besar mengakibatkan tingkat keracunan terhadap gas tersebut sangat tinggi. Nilai ambang batas (TLV-TWA atau Threshold Limit Value–Time Weighted Average) dari H2S adalah 10 PPM. Nilai tersebut mendefinisikan konsentrasi rata-rata yang dibolehkan untuk terpapar hidrogen sulfida selama 8 jam sehari. Letusan freatik yang terjadi pada Jum’at, 11 Mei 2018 tidak melebihi ambang batas sehingga tidak menimbulkan korban jiwa.
Pada tahun 1979, letusan freatik terjadi di Pulau Jawa dan menewaskan 140 orang akibat terpapar gas beracun. Salah satunya adalah gas hidrogen sulfida. Letusan freatik diklasifikasikan sebagai letusan gunung berapi aktif karena letusan tersebut memiliki potensi membawa komponen mentah ke permukaan. Pada tahun 1883, sebuah letusan yang terjadi di Krakatau memusnahkan sebagian besar pulau dan diyakini telah menciptakan suara paling keras yang pernah tercatat dalam sejarah atau peristiwa freatik lainnya.
Ada tiga bahaya yang diakibatkan oleh letusan freatik, diantaranya adalah:
1. Gas beracun yang dilepaskan oleh letusan freatik seperti hidrogen sulfida (H2S), hidrogen klorida (HCl), hidrogen sianida (HCN), sulfida dioksida (SO2), dan karbon dioksida (CO2) dalam jumlah besar dapat menyebabkan kematian di seluruh zona ledakan.
2. Gelombang dasar terbentuk oleh degradasi ejacta balistik dan jebakan gas atmosferik dan dicirikan oleh gas, cairan, atau partikel yang bergerak cepat. Hal itu sangat berbahaya dan merusak tubuh.
3. Partikel-partikel yang berjatuhan seperti batu dapat menjadi bahaya besar bagi warga yang tinggal di sekitar area letusan.
Bagi para pendaki, kalian direkomendasikan hanya sampai di Pasarbubar di luar radius 2 km. Jika kalian berada di kaki Gunung Merapi ketika terjadi letusan freatik, sangat disarankan untuk menggunakan masker, memakai kacamata, dan segera turun untuk menjaga keselamatan diri kalian.
Referensi:
Ayuwuragil Kustin, 11 Mei 2018. Mengenal Erupsi Freatik Gunung Merapi, CNN Indonesia. Diakses pada Jum’at, 11 Mei 2018 melalui https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180511123839-199-297376/mengenal-erupsi-freatik-gunung-merapi
Sabandar Switzy, 11 Mei 2018. Kondisi Gunung Merapi Usai Alami Erupsi Freatik, Liputan 6. Diakses pada Jum’at, 11 Mei 2018 melalui https://www.liputan6.com/regional/read/3521585/kondisi-gunung-merapi-usai-alami-erupsi-freatik
Pratiwi Gita, 11 Mei 2018. Hadapi Letusan Freatik Gunung Merapi, Tokoh Masyarakat Terlatih, Pikiran Rakyat. Diakses pada Jum’at, 11 Mei 2018 melalui http://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2018/05/11/hadapi-letusan-freatik-gunung-merapi-tokoh-masyarakat-terlatih-424177
Juanda Agus. H2S dan Bahayanya, kesehatan kerja. Diakses pada Sabtu, 12 Mei 2018 melalui http://www.kesehatankerja.com/H2S.htm
Seach John. Phreatic Eruptions, Volcano Live. Diakses pada Jum’at, 11 Mei 2018 melalui http://www.volcanolive.com/phreatic.html
Chepkemoi Joyce, 25 April 2018. What Is A Phreatic Eruption?, Worldatlas. Diakses pada Jum’at, 11 Mei 2018 melalui https://www.worldatlas.com/articles/what-is-a-phreatic-eruption.html
10 Mei 1995. The mechanism of phreatic eruptions, Journal of Geophysical Research Solid Earth, An Agu Journal. Diakses pada Jum’at, 11 Mei 2018 melalui https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1029/94JB03096