Gempa bumi yang melanda Palu-Donggala pada 28 september 2018 memiliki kekuatan magnitudo 7,7 (BMKG, 2018). Gempa tersebut berlokasi di 0,180 LS dan 119,850 BT atau tepatnya 26 km sebelah utara Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Hal ini menimbulkan dampak di Donggala VII-VIII MMI, Palu-Mapaga VI-VII MMI, Poso III-IV MMI, serta Majene dan Soroako III MMI. Menurut Sutopo Purwo Nugroho, gempa bumi yang terjadi di Palu merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar Palu Koro yang dibangkitkan oleh deformasi dengan mekanisme pergerakan dari struktur sesar mendatar mengiri (slike-slip sinistral).
Lempeng Tektonik
Lempeng tektonik merupakan bagian dari kerak bumi yang terfragmentasi menjadi bagian yang sangat besar, termasuk benua dan samudera (Hamilton, 1979). Masing-masing dari lempeng tektonik tersebut bergerak secara relatif terhadap lainnya dan berinteraksi di sepanjang batasnya. Interaksi semacam itu mengakibatkan terbentuknya sebagian besar aktivitas seismik dan vulkanik bumi (Murphy, 2021). Masing-masing lempeng tektonik memiliki patahan-patahan yang tersebar di seluruh lempengannya, patahan-patahan itu disebut dengan sesar.
Sesar atau patahan secara geologi adalah bidang rekahan yang disertai oleh adanya pergeseran relatif (displacement) satu blok terhadap blok batuan lainnya (Billing, 1959). Sesar terbagi menjadi 3 jenis, yaitu normal fault atau sesar normal, dimana blok mendapat tekanan sehingga salah satu bidang bergerak turun, reverse fault, dimana blok bergerak naik, dan slike-slip fault, dimana sesar bergerak secara mendatar.
Offset Akibat Gempa
Gempa dengan magnitude 7,7 pada 28 september 2018 tersebut memberikan efek yang sangat kuat terhadap permukaan tanah yang berada di dekat hiposenter. Pergerakan sesar mendatar tersebut memberikan efek pergeseran tanah hingga lebih dari 2 meter ke utara pada sisi timur sesar dan lebih dari 1 meter ke selatan pada sisi barat sesar. Tanah Palu-Donggala yang mengalami likuifaksi pada sekitar hiposenter juga mengalami penurunan yang signifikan hingga lebih dari 30 cm akibat gempa.
Perubahan Kecepatan Lempeng Akibat Gempa
Hasil pengamatan posisi dari 12 titik tersebut sebelum 28 september 2018 menunjukkan bahwa Pulau Sulawesi mengalami kecenderungan bergerak memutar ke arah tenggara dan timur laut berlawanan arah jarum jam dengan kecepatan rata-rata 1-2 cm/tahun. Sementara setelah 28 september 2018 menunjukkan bahwa Pulau Sulawesi bergerak dengan kecepatan 2-3 cm/tahun dengan arah yang sama. Perubahan arah akibat gempa hanya terjadi pada 4 titik pengamatan di Kota Palu dan Donggala yang dekat dengan titik pusat gempa. Pada sisi barat sesar Palu Koro, tanah relatif bergerak lebih ke arah selatan, sementara pada sisi timur sesar, tanah relatif bergerak lebih kea rah utara.
Referensi
- Bachtiar, Achmad Rangga. (2021). Analisis Variasi Kecepatan Lempeng Tektonik Di Sekitar Palu Berdasarkan Pengamatan GPS 2016-2020
- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 28 September 2018. PRESS RELEASE NO:UM.505/9/D3/IX/2018.
- Billings, M.P. (1959). Structural Geology, Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.
- Hamilton, Warren. (1979). Tectonics of The Indonesian Region. U. S. Geological Survey Professional Paper 1078. United State Government Printing Office, Washington.
- Murphy, J. Brendan and Andel, Tjeerd H. van. 9 Apr. 2021. “Plate tectonics”. Encyclopedia Britannica, <https://www.britannica.com/science/plate-tectonics>.
Enthusiast in Geodesy, Survey, and Construction // Bachelor of Geodesy and Geomatics Eng. // A Traveller, An Indonesian Political Observer
Ya moga moga daerah jakarta gak kena gempa,, bisa bahaya tinggal disini.