Halo sahabat warstek, akhir-akhir ini banyak sekali bermunculan berita bohong atau sering disebut juga dengan fake news atau hoax. Mulai bertebaran di sosial media seperti facebook, whatsapp, twitter, instagram dan lain sebagainya. Menurut pihak yang berwenang, Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) mengatakan bahwa sebanyak 850 berita telah terkonfirmasi bohong dalam kurun waktu Januari sampai Juni 2020, atau dalam masa pandemi ini [1]. Artinya, setiap harinya ada 4-5 berita bohong yang terlanjur viral di masyarakat. Bentuknya juga beragam, dari mulai gambar, video hingga artikel yang seolah “ilmiah” turut viral di dunia maya. Pada kesempatan kali ini, penulis akan berbagi cara menanggapi berita tersebut. Berikut ini tips dari warstek untuk menghadapi berita yang belum jelas kebenarannya.
1. Bersikap Biasa Saja
Bersikap biasa yang dimaksudkan adalah sikap kalem lagi bermartabat. Artinya, kita bersikap untuk tidak tergesa-gesa percaya atau lebih parahnya terburu-buru membagikan tautan, gambar atau video berita tersebut ke khalayak. Tentunya, jika berita tersebut bohong, maka martabat anda akan turun atau berakibat muncul rasa malu. Lebih parahnya lagi, anda akan dicap sebagai pembawa berita bohong juga oleh masyarakat, padahal awalnya karena sekadar anda tidak tahu. Jadi, bersikaplah biasa saja dan bertabayun!
2. Mencari Informasi dari Referensi
Setelah kita bersikap biasa saja, kita dapat ajak orang di sekeliling kita untuk saling mencari kebenaran berita diduga berita bohong. Tujuannya agar berita tersebut tidak semakin meluas dipercaya. Oleh sebab itu, penulis memberikan saran untuk membaca jurnal terkait dengan tema berita yang kita dapat. Kita dapat mengambil kata kunci dalam berita tersebut yang seolah-olah ilmiah, kemudian dapat kita cari kata tersebut dalam mesin pencari jurnal penelitian. Bisa kita cari dalam jurnal ACS (American Chemical Society), Nature atau dapat juga pada mesin pencari seperti Google Scholar. Bagiamana menanggapi, “Ah, itu kan politik dari seorang ilmuwan aja sih, artikel jurnal itu”. Dalam jurnal tersebut banyak negara dengan beragam latar belakang politik yang terlibat, mereka semua meneliti dengan kaca mata objektif (metodologi ilmiah). Penulis contohkan salah satu berita bohong mengenai masker.
Apabila kita telusuri lebih jauh, hal ini bertentangan dengan sains sebab hipoksia tidak disebabkan karena menggunakan masker. Sirkulasi udara orang yang bernapas ketika menggunakan masker tidak akan terganggu apabila ditinjau dari ukuran partikel gas yang terlibat. Anda mendapati istilah ilmiah seperti “gas karbondioksida” yang dapat dicari informasi ukuran molekulnya dalam artikel jurnal penelitian. Ternyata, molekul gas karbondioksida ini jauh lebih kecil daripada ukuran pori masker, di mana ukuran molekul karbondioksida 0,3 nm dan pori-pori masker 0,3 μm [2] [3]. Dapat disimpulkan bahwa masker tidak menjadikan seseorang sulit bernapas karena gas karbondioksida yang terperangkap masker. Jika anda kesulitan dalam memahami artikel jurnal penelitian, maka sebagai alternatif bisa digunakan portal seperti hoax buster SATGAS CoVID-19. Bila masih belum ditemukan juga konfirmasi berita bohong, sebaiknya kita tenang dan tidak terburu-buru membagikan berita tersebut.
3. Tanya kepada Ahli
Sesuatu informasi yang memuat konten ilmiah harus diserahkan kepada ahlinya. Apabila kita ini bukan ahli, sebaiknya kita cari teman atau kerabat kita yang merupakan seorang ahli di bidangnya. Dapat kita tanyakan kepada dokter, tenaga kesehatan, ATLM (Ahli Teknologi Laboratorium Medik), peneliti dan lain sebagainya. Ini jalan terakhir apabila jalan penelusuran belum membuahkan hasil atau kita khawatir apa yang telah ditelusuri tidak sesuai dengan kenyataan sains.
Baik, itu saja tips dari penulis. Ingat, BMT, “Bersikap biasa saja, Mencari informasi dari referensi, Tanya kepada Ahli”. Semoga bermanfaat, salam sains dan teknologi!
Referensi
[1] https://kominfo.go.id/content/detail/27755/kominfo-hingga-juni-terdapat-850-hoaks-terkait-covid-19/0/sorotan_media, diakses 22 September 2019, 5.42 WIB.
[2] Khalil, H.A., Saurabh, C.K., Syakir, M.I., Fazita, M.N., Bhat, A., Banerjee, A., Fizree, H.M., Rizal, S. and Tahir, P.M., 2019. Barrier properties of biocomposites/hybrid films. In Mechanical and Physical Testing of Biocomposites, Fibre-Reinforced Composites and Hybrid Composites (pp. 241-258). Woodhead Publishing.
[3] Faisal, H.D. and Susanto, A.D., 2017. Peran Masker/Respirator dalam Pencegahan Dampak Kesehatan Paru Akibat Polusi Udara. Jurnal Respirasi, 3(1), pp.18-25.
S1 Pendidikan Kimia, UIN Walisongo Semarang, tertarik di bidang pendidikan, kimia adsorben dan kimia organik