Pemanasan global dapat berinteraksi dengan pola hujan regional dan aktivitas penebangan hutan untuk mempercepat kerusakan hutan di Amazon, mengarahkannya ke arah kehancuran sebagian atau bahkan total.
Sebuah penelitian yang baru dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Nature mengungkap potensi ambang batas dari tekanan-tekanan ini, menyoroti daerah-daerah di mana efek gabungan dari faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan apa yang disebut sebagai ‘titik kritis’—di mana hutan menjadi sangat rapuh sehingga gangguan kecil saja bisa menyebabkan perubahan drastis dalam ekosistemnya.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Federal University of Santa Catarina di Brasil, dengan bantuan dari para ahli University of Birmingham, berusaha memahami tekanan terbesar yang mengancam lingkungan hutan hujan Amazon. Mereka berharap penemuan mereka dapat membantu mengembangkan strategi untuk menjaga keberlangsungan hutan Amazon.
Gangguan-gangguan yang semakin sering terjadi di dalam wilayah inti Amazon semakin meningkat. Jika gangguan-gangguan ini berinteraksi secara sinergis, kita mungkin akan melihat perubahan ekosistem yang tidak terduga di area-area yang sebelumnya dianggap tangguh, seperti hutan lembab di wilayah barat dan tengah Amazon.
Perubahan ekosistem ini bisa mencakup hutan yang mungkin bisa pulih tetapi masih terjebak dalam keadaan yang terdegradasi, didominasi oleh tumbuhan-tumbuhan yang bersifat oportunis seperti bambu dan tumbuhan merambat, atau hutan yang tidak bisa pulih dan tetap terjebak dalam keadaan dengan kanopi terbuka yang mudah terbakar.
Penemuan ini penting karena peran vital yang dimainkan oleh Amazon dalam sistem iklim global. Misalnya, pohon-pohon di Amazon menyimpan jumlah karbon yang sangat besar yang, jika dilepaskan ke atmosfer, dapat mempercepat pemanasan global. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa Amazon sementara waktu berperan sebagai penyerap karbon selama masa kekeringan pada tahun 2015.
Peningkatan suhu, kekeringan ekstrem, dan kebakaran dapat memengaruhi cara kerja hutan dan mengubah spesies pohon mana yang dapat beradaptasi dengan sistem hutan. Dengan percepatan perubahan global, kemungkinan terjadi lingkaran umpan balik positif di mana kerugian hutan semakin diperkuat sendiri.
Selain itu, penelitian ini juga menyoroti peran keanekaragaman hayati dan komunitas lokal dalam membentuk ketahanan hutan Amazon. Mereka menekankan bahwa pendekatan yang berhasil akan memerlukan kerjasama antara upaya lokal dan global. Ini termasuk kerjasama antara negara-negara di kawasan Amazon untuk mengakhiri deforestasi dan memperluas upaya restorasi, sementara upaya global harus fokus pada mengurangi emisi gas rumah kaca untuk meredakan dampak perubahan iklim.
Selama Konferensi Iklim COP28 yang baru-baru ini digelar, tim peneliti ini mempublikasikan serangkaian ringkasan kebijakan yang menetapkan langkah-langkah yang perlu diambil oleh organisasi lokal, regional, dan global untuk mencegah Amazon mencapai titik kritis yang mengkhawatirkan.
Referensi :
[1] https://www.birmingham.ac.uk/news/2024/is-the-amazon-forest-approaching-a-tipping-point diakses pada 26 Februari 2024
[2] Bernardo M. Flores, Encarni Montoya, Boris Sakschewski, Nathália Nascimento, Arie Staal, Richard A. Betts, Carolina Levis, David M. Lapola, Adriane EsquÃvel-Muelbert, Catarina Jakovac, Carlos A. Nobre, Rafael S. Oliveira, Laura S. Borma, Da Nian, Niklas Boers, Susanna B. Hecht, Hans ter Steege, Julia Arieira, Isabella L. Lucas, Erika Berenguer, José A. Marengo, Luciana V. Gatti, Caio R. C. Mattos, Marina Hirota. Critical transitions in the Amazon forest system. Nature, 2024; 626 (7999): 555 DOI: 10.1038/s41586-023-06970-0