Secara global, hampir 85% perempuan mengalami satu atau lebih kehamilan dalam hidup mereka, dengan 140 juta perempuan hamil setiap tahunnya. Di masa kehamilan itulah terjadi transformasi yang luar biasa karena tubuh mengalami adaptasi fisiologis dengan cepat. Tidak hanya fisik yang berubah, namun secara emosional, hormonal, dan bahkan otak ibu pun berubah. Perubahan secara fisik, emosional, dan hormonal telah sering diteliti dan dibahas. Yang masih menjadi pertanyaan adalah apa yang terjadi pada otak selama kehamilan? Apakah tetap seperti sedia kala atau terdapat perubahan-perubahan di masa kehamilan? Mari temukan jawabannya!
Perubahan Otak Ibu Hamil
Pernahkah terpikir, bagaimana seorang ibu yang baru pertama kali hamil bisa memiliki jiwa keibuan, responsif terhadap bayinya, dan ikatannya dengan bayi begitu kuat? Apakah perubahan tersebut muncul dalam waktu semalam? Tentu saja bukan! Segala bentuk adaptasi seorang ibu muncul karena ada perjalanan neurologis yang panjang dari awal kehamilan. Sebuah makalah yang baru saja terbit di Nature Neuroscience mengungkap bahwa otak orang dewasa mengalami periode neuroplastisitas yang panjang, khususnya pada ibu hamil mengalami perubahan otak yang dapat mendukung adaptasi perilaku terkait dengan pengasuhan. Studi ini dilakukan oleh para peneliti di laboratorium Profesor Emily Jacobs di UC Santa Barbara dengan cara mengamati seorang ibu yang baru pertama kali melahirkan. Para peneliti memindai otak ibu tersebut dengan pemindaian MRI (Magnetic Resonance Imaging) setiap beberapa minggu, dimulai sebelum kehamilan dan berlanjut hingga dua tahun pasca persalinan. Data penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan signifikan pada otak ibu, yaitu menurunnya volume materi abu-abu otak selama kehamilan.
Penurunan “Materi Abu-Abu”
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pada ibu hamil terjadi penurunan volume abu–abu (grey matter). Apa sebenarnya materi abu-abu ini dan apa dampaknya jika volumenya menurun?
Materi abu-abu adalah bagian dari sistem saraf pusat yang terdiri dari badan sel saraf (neuron), dendrit, akson yang tidak bermielin, dan sel glial. Bagian ini memiliki warna keabu-abuan karena adanya kapiler darah dan badan sel saraf. Materi abu-abu lebih bertanggung jawab pada pemrosesan informasi. Fungsi spesifik dari materi ini adalah mengontrol gerak, memproses informasi sensorik, mengatur emosi, memahami bahasa, menyimpan memori, dan mengambil keputusan. Lalu, bagaimana dengan ibu hamil yang mengalami penurunan volume materi abu-abu ini? Tentu saja akan ada beberapa dampak yang dirasakan oleh ibu hamil, seperti mudah lupa, sulit berkonsentrasi, perubahan suasana hati (mood swing), dan prioritas yang berubah.
Baby Brain Itu Nyata
Dalam perjalanannya, perubahan otak yang terjadi pada ibu hamil memerlukan adaptasi. Para peneliti menekankan bahwa perubahan ini alami dan bukan hal yang sepenuhnya negatif sehingga tidak perlu khawatir. Justru perubahan inilah yang membantu ibu lebih sensitif terhadap kebutuhan bayinya, membangun ikatan yang kuat, dan membantu ibu lebih siap untuk menghadapi tantangan dalam mengasuh anak. Namun, tidak jarang seorang ibu jadi terlihat lebih labil, mudah tersinggung, emosional, dan bahkan yang paling parah sampai depresi. Kondisi ini sering disebut sebagai baby brain. Fenomena ini menggambarkan terjadinya penurunan sementara dalam fungsi kognitif atau memori selama kehamilan dan periode pasca persalinan. Sifatnya hanya sementara. Banyak ibu melaporkan bahwa kognisi dan ingatan mereka secara bertahap kembali normal. Meskipun ada perubahan struktural di otak, fungsi kognitif biasanya membaik setelah hormon kembali stabil dan ibu menyesuaikan diri dengan rutinitas barunya.
Menyikapi Perubahan Otak
Tentu bukan hal mudah menghadapi suatu perubahan, terutama perubahan yang sangat signifikan dalam diri. Banyak ibu yang menjadi rapuh mentalnya dan merasa kelelahan akibat perubahan yang dialaminya baik dari segi fisik, hormonal, emosional, dan bahkan perubahan otak. Untuk itu, setiap orang perlu memahami dan menyadari bagaimana otak manusia bekerja, bagaimana fungsi dan strukturnya dapat berubah di fase tertentu. Perlu disadari juga bahwa neuroplastisitas itu benar adanya. Otak bisa berubah seiring berjalannya waktu. Dengan pemahaman yang baik inilah harapannya setiap pihak yang berada di sekitar ibu seperti tenaga medis, pasangan, dan keluarga bisa mendukung dan mengetahui apa yang harus dilakukan kepada ibu yang mengalami baby brain. Bagi ibu yang sedang mengalami baby brain, berikut beberapa cara untuk menghadapi perubahan ini dengan lebih baik :
- Memahami dan menerima perubahan, menyadari bahwa perubahan pada otak adalah bagian alami dari proses kehamilan.
- Latihan mindfulness dan relaksasi, seperti meditasi atau pernapasan dalam. Hal ini dapat membantu mengurangi stres dan menjaga keseimbangan emosional.
- Menjaga kesehatan fisik dengan olahraga ringan selama kehamilan, seperti berjalan, yoga, atau berenang.
- Merawat diri sendiri dengan cara meluangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang disukai, misalnya membaca, berjalan-jalan, dan sebagainya.
- Istirahat yang cukup. Usahakan untuk tetap beristirahat secara teratur dan tidur berkualitas.
- Konsultasi dengan profesional. Apabila perubahan mental atau emosional terjadi secara berlebihan dan tidak mampu mengatasi sendiri, opsi berikutnya adalah berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental.
Referensi
[1] Pritschet, L., Taylor, C.M., Cossio, D. et al. Neuroanatomical changes observed over the course of a human pregnancy. Nat Neurosci (2024). https://doi.org/10.1038/s41593-024-01741-0
[2] https://neurosciencenews.com/pregnancy-neuroplasticity-27649/ diakses pada 03 Oktober 2024
[3] https://www.kompas.id/baca/humaniora/2022/12/05/kehamilan-mengubah-otak-ibu diakses pada 03 Oktober 2024
[4] https://my.clevelandclinic.org/health/body/24831-grey-matter diakses pada 03 Oktober 2024
[5] Maternal Mental Health Disorders https://www.2020mom.org/mmh-disorders diakses pada 03 Oktober 2024