Sebuah penelitian terbaru dari Rice University mengungkap evolusi luar biasa dari ikan angler, sekelompok ikan penghuni laut dalam dengan adaptasi aneh yang telah memikat para ilmuwan dan masyarakat. Penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature Ecology & Evolution ini menjelaskan bagaimana makhluk misterius ini berhasil bertahan dan berkembang biak di lingkungan laut dalam yang keras dan minim sumber daya, yang dikenal sebagai zona batipelagik, yaitu wilayah laut yang berada pada kedalaman 1.000 hingga 4.000 meter di bawah permukaan laut.
Dipimpin oleh tim ahli biologi termasuk Kory Evans dari Rice University dan mantan mahasiswanya, Rose Faucher, studi ini menganalisis perjalanan evolusi ikan angler (Lophiiformes) dari habitat dasar laut hingga ke perairan terbuka di laut dalam.
Dengan menggunakan analisis genetika mutakhir dan pencitraan 3D dari spesimen museum, para peneliti merekonstruksi pohon evolusi ikan angler dan menemukan perubahan bentuk yang memungkinkan mereka bertahan hidup di lingkungan yang dianggap paling menantang di Bumi.

Ikan angler dikenal karena “umpan” bercahaya di kepalanya yang digunakan untuk menarik mangsa di kegelapan laut dalam. Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa evolusi ikan angler tidak hanya bergantung pada fitur ini. Studi mengungkapkan bahwa ikan angler pelagis laut dalam (ceratioid) berasal dari nenek moyang yang hidup di dasar laut di lereng benua sebelum berpindah ke perairan terbuka zona batipelagik. Dalam proses ini, mereka mengembangkan ciri-ciri seperti rahang yang lebih besar, mata yang lebih kecil, dan tubuh yang lebih pipih untuk bertahan di lingkungan dengan makanan yang terbatas dan tanpa cahaya matahari.
Baca juga : Fenomena yang Sangat Jarang Terjadi, Ikan Laut Dalam (Ikan Iblis) Terdampar di Permukaan Pantai
Meskipun terdapat pola evolusi yang jelas, ceratioid menunjukkan variasi bentuk tubuh yang luar biasa, mulai dari bentuk bulat khas ikan angler hingga bentuk panjang seperti “wolftrap” yang memiliki rahang mirip jebakan. Temuan ini mengejutkan karena lingkungan laut dalam yang tampak monoton ternyata tidak membatasi evolusi seperti yang diperkirakan. Sebaliknya, ikan angler mampu mengeksplorasi berbagai kemungkinan evolusi, mengembangkan bentuk tubuh dan strategi berburu yang berbeda.
Menurut tim peneliti, dengan fitur unik seperti umpan bercahaya dan mulut besar, ikan angler laut dalam mungkin menjadi salah satu contoh radiasi adaptif di zona batipelagik yang minim sumber daya. Kemampuan ini mungkin memberi ikan angler keuntungan dalam memanfaatkan sumber daya yang terbatas dan beradaptasi dengan kondisi ekstrem, meskipun kami belum memiliki bukti kuat yang menghubungkan langsung keberagaman ini dengan spesialisasi sumber daya.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa faktor lain, seperti seleksi alam yang lebih lemah atau mutasi acak, mungkin turut berperan dalam keanekaragaman yang ditemukan pada ikan angler.
Ketika para peneliti membandingkan ikan angler di berbagai habitat, mereka menemukan hasil yang mengejutkan. Spesies pesisir seperti ikan frogfish, yang hidup di lingkungan karang yang kaya sumber daya, mengalami perubahan evolusi yang lebih lambat dibandingkan dengan ikan angler di laut dalam.
Tim berpendapat, gagasan bahwa lingkungan yang minim sumber daya dan homogen seperti laut dalam bisa menghasilkan keanekaragaman bentuk tubuh dan tengkorak sangat bertentangan dengan pemahaman kita selama ini.
Para peneliti menggunakan berbagai metode canggih dalam penelitian ini. Mereka membuat pohon filogenetik ikan angler dengan data genetika dari 1.092 lokasi gen pada 132 spesies, yang mewakili sekitar 38% dari spesies yang diketahui. Data ini dikombinasikan dengan fosil dan analisis genom untuk memperkirakan waktu perpecahan spesies serta habitat nenek moyang mereka. Data morfologi dikumpulkan dari spesimen museum, termasuk pengukuran tubuh dan analisis bentuk tengkorak menggunakan pemindaian mikro-CT. Dengan metode perbandingan filogenetik, para peneliti menilai tren evolusi dan menganalisis variasi bentuk tubuh ikan angler dari berbagai habitat.
Menurut tim, ikan angler adalah contoh sempurna bagaimana kehidupan dapat berinovasi di bawah batasan ekstrem. Penelitian ini tidak hanya memperkaya pemahaman kita tentang keanekaragaman hayati laut dalam, tetapi juga menunjukkan ketahanan dan kreativitas evolusi.
Studi ini memiliki dampak lebih luas dalam memahami bagaimana kehidupan beradaptasi di lingkungan ekstrem. Laut dalam adalah salah satu ekosistem yang paling sedikit dipahami di Bumi, tetapi memiliki peran penting dalam keanekaragaman hayati global dan siklus karbon planet ini. Memahami bagaimana ikan angler bertahan dalam kondisi seperti ini membantu ilmuwan memprediksi bagaimana kehidupan mungkin merespons perubahan lingkungan, termasuk perubahan akibat perubahan iklim.
Penelitian ini didukung oleh berbagai hibah dari National Science Foundation (NSF) dan lembaga lainnya.
Referensi :
[1] https://news.rice.edu/news/2024/deep-sea-marvels-how-anglerfish-defy-evolutionary-expectations, diakses pada 27 Januari 2025.
[2] Elizabeth Christina Miller, Rose Faucher, Pamela B. Hart, Melissa Rincón-Sandoval, Aintzane Santaquiteria, William T. White, Carole C. Baldwin, Masaki Miya, Ricardo Betancur-R, Luke Tornabene, Kory Evans, Dahiana Arcila. Reduced evolutionary constraint accompanies ongoing radiation in deep-sea anglerfishes. Nature Ecology & Evolution, 2024; DOI: 10.1038/s41559-024-02586-3

