Jumlah penderita corona semakin lama semakin bertambah. Penyebaran virus ini tidak dapat dikendalikan lagi. Berdasarkan data dari worldometers [1], per 22 Mei 2020 positif corona di dunia mencapai 5.209.450 dengan 334.865 meninggal dan 2.092.603 jiwa sembuh. Untuk di Indonesia sendiri, penderita corona per 22 Mei 2020 tembus 20.162 jiwa. Berdasarkan artikel dari MIT Technology Review [2], terdapat 3 cara utama untuk menghentikan penyebaran virus corona. Pertama, pembatasan secara massif pergerakan masyarakat serta tes corona besar-besaran. Namun hal ini sulit dilakukan sekarang, mengingat corona virus telah menyebar ke 216 negara. Cara penanganan kedua adalah pembuatan vaksin. Pembuatan vaksin membutuhkan waktu yang panjang, WHO (World Health Organization) mengumumkan bahwa vaksin virus corona dapat didistribusikan secara massal pada akhir 2021. Dan yang terakhir adalah membiarkan sebagian besar populasi manusia terinfeksi, sehingga dapat menciptakan imunitas sendiri atau dapat disebut juga herd immunity.
Herd immunity merupakan konsep ketika suatu penyakit akan menyerang Sebagian besar populasi dan mereka dapat menciptakan imun sendiri untuk melawan penyakit tersebut, dengan kata lain, Sebagian besar orang dalam populasi akan kebal terhadap penyakit ini [3].
Herd immunity juga dapat dianalogikan Ketika virus menyebar, secara otomatis banyak masyarakat akan terinveksi virus tersebut. Jika imun mereka kuat, imunya akan mengidentifikasi virus baru ini sebagai penyakit dan secara alami akan memerangi virus tersebut [2].
Herd immunity pada pandemi Spanyol
Herd immunity pernah diterapkan pada penanganan pandemic flu spanyol yang terjadi pada maret 1918 hingga juni 1920. Penanganan pada virus ini dengan menerapkan herd immunity alami. Pada saat itu belum ditemukan vaksin dan sudah sepertiga populasi dunia telah terinveksi oleh virus ini. Dengan penerapan herd immunity, diperkirakan jumlah kematian mencapai 50 juta jiwa.
“tidak ada vaksin, penanganan virus hanya pada tahap isolasi, karantina, menjaga kebersihan, menggunakan desinfektan, dan pembatasan. Itu pun juga tidak merata di seluruh wilayah” ungkap CDC (Center for Disease Control and Prevention).
Terus kenapa banyak artikel yang menghubungkan herd immunity dengan penyakit campak?
Pada dasarnya ada 2 cara penerapan herd immunity, yaitu dengan membiarkan populasi terpapar virus dan mereka membentuk kekebalan imun sendiri atau dengan penambahan vaksin untuk membantu imun melawan virus tersebut. Vaksin adalah virus yang dilemahkan yang memastikan imun menang melawan virus tersebut.
Salah satu penerapan herd immunity yaitu melalui vaksin yang tercetus pada saat pandemic penyakit campak (salah satu contoh penyakit campak di Indonesia : https://warstek.com/2018/09/21/4sep/) pada tahun 1790 an. Sekitar 30% populasi meninggal akibat penyakit ini, terutama anak-anak. Jika mereka sembuh, kebanyakan dari mereka kehilangan penglihatan atau memiliki bekas luka diseluruh tubuhnya.
Vaksin?
Pada saat itu, keilmuan medis masih sangat terbatas. Hingga Edward Jenner, seorang dokter dari inggris, melakukan uji coba yang dianggap kontroversial. Jenner mengamati anomaly pada para pemeras susu sapi di Inggris dengan dampak penyakit cacar paling parah berupa efek kemerahan di badan mereka. Suatu hari, beliau mengambil sampel kemerahan di tangan seorang pemerah susu dan menempelkannya pada luka seorang anak kecil berumur 8 tahun, James Phipps. Phipps terserang penyakit, tapi tidak berlangsung lama. Setelah sembuh, Phipps diberi penyakit cacar lagi dan tubuhnya menjadi kebal.
Setelah pengamatan tersebut, disimpulkan bahwa pemerah susu terpapar virus dari sapi perahan dalam intensitas rendah melalui aktivitas memerah susu sapi. Setelah itu, Phipps terpapar virus dari pemerah susu dengan intensitas rendah pula, sehingga kekebalan imun tubuhnya dapat memerangi virus yang kemudian kebal terhadap virus tersebut. Hal tersebutlah merupakan asal usul istilah vaksin yang diambil dari Bahasa latin “vacca” yang berarti sapi.[4].
Sumber :
[1] Worldometer, “Corona Virus Update,” 2020. [Online]. Available: https://www.worldometers.info/coronavirus/.
[2] A. Regalado, “MIT Technology Review,” MIT Jourrnalism, 2020.
[3] dAVID dOWDY Gypsyamber D’Souza, “achieving-herd-immunity-with-covid19 @ www.jhsph.edu,” Sch. Public Heal. Expert Insights, no. Covid-19, 2020.
[4] H. Markel, “The Origin of The Word ‘Vaccine,’” Science Friday, Nov-2015.
Terimakasih untuk artikelnya yang sangat informatif. Saya juga ada artikel terkait “foodborne virus”, apakah berhubungan dengan covid-19 juga? Silahkan kunjungi https://warstek.com/2020/05/28/apa-itu-foodborne-virus/
Terimakasih. Semoga bermanfaat 🙂