Plastik dan Dampak Negatifnya Terhadap Air, Tanah, Udara, hingga Makhluk Hidup

Benda satu ini sudah menjadi bagian kehidupan sehari – hari bagaikan kebutuhan pokok. Sifatnya yang kuat, fleksibel, tahan karat, tidak […]

Benda satu ini sudah menjadi bagian kehidupan sehari – hari bagaikan kebutuhan pokok. Sifatnya yang kuat, fleksibel, tahan karat, tidak mudah pecah, mudah diberi warna, mudah dibentuk, serta isolator panas dan listrik yang baik membuatnya banyak digunakan oleh masyarakat luas.[1] Na  mun, sebagian besar masyarakat belum menyadari akan bahaya plastik.

Dikutip dari situs CNBC Indnonesia, sampah plastik telah mencemari perairan Indonesia. Perairan Indonesia merupakan rumah dari 76% spesies karang, hutan bakau, dan padang lamun. Berbagai spesies perikanan, tentu akan terganggu dengan adanya sampah plastik. Selain dampak lingkungan, sampah plastik juga berisiko menekan kegiatan perekonomian Indonesia. Sebab, berdasarkan buku saku Kementerian Pariwisata, sektor pariwisata RI menyumbang 9% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2014. Adanya polusi perairan tentu saja akan berdampak pada penurunan kinerja pariwisata RI. Apalagi dunia internasional menilai daya tarik utama pariwisata Indonesia adalah di wilayah pesisir.[2] Sehingga sampah plastik yang mengotori wilayah laut atau pesisir akan mengurangi daya tarik wisatawan dan mengakibatkan turunnya perekonomian Indonesia dari sektor pariwisata.

 Di sisi lain, sampah plastik yang berada dalam tanah akan mengganggu jalur air yang meresap ke dalam tanah; menghalangi sirkulasi udara didalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah serta sukar diuraikan oleh mikroorganisme menyebabkan mineral-mineral dalam tanah baik organik maupun anorganik semakin berkurang. Selain itu, menyebabkan jarangnya fauna tanah, seperti cacing dan mikorganisme tanah, yang hidup pada area tanah tersebut, dikarenakan sulitnya untuk memperoleh makanan dan berlindung. Akibatnya, kesuburan tanah menjadi berkurang karena plastik.[1]

Jika kesuburan tanah berkurang, maka kemungkinan pohon untuk hidup juga berkurang. Ingat pohon membutuhkan unsur hara sebagai gizi baginya untuk hidup. Berkurangnya pohon akan mengakibatkan pasokan oksigen (O2) juga berkurang.[3] Sementara mahluk hidup seperti kita, manusia, membutuhkan oksigen untuk bernapas yang selanjutnya oksigen tersebut dialirkan melalui darah menuju otak. Karena otak kita membutuhkan oksigen dan nutrisi untuk berfungsi. Sel-sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Beberapa sel-sel otak mulai mati kurang dari 5 menit setelah pasokan oksigen menghilang.[4] Hal ini tentunya dapat berujung ke kematian.

Untuk mengurangi sampah plastik, seringkali dilakukan pembakaran. Proses pembakaran plastik akan melepas asap yang mengandung gas – gas beracun seperti hidrogen sianida (HCN) dankarbon monoksida (CO). Hidrogen sianida berasal dari polimer berbahan dasar akrilonitril, sedangkan karbon monoksida sebagai hasil pembakaran tidak sempurna. Hal inilah yang menyebabkan sampah plastik sebagai salah satu penyebab pencemaran udara dan mengakibatkan efek jangka panjang berupa pemanasan secara global pada atmosfer bumi.[1]

 

Sampah plastik di laut

Pembakaran sampah plastik mengandung gas rumah kaca bahkan zat dioksin dan furan. Gas rumah kaca dapat menyebabkan pemanasan global dan memicu terjadinya perubahan iklim. Zat dioksin dan furan sangat berbahaya bagi tubuh manusia, ketika kedua zat tersebut masuk dari hasil pembakaran mengakibatkan batuk-batuk, sesak nafas dan pusing, ketika sering mengihirup kedua zat ini maka akan terjadi kanker.[5]

 Lalu sampah plastik yang dibuang sembarangan terutama ke sungai, sampah-sampah tersebut akan mengikuti arus sungai dan dapat tiba di laut. Plastik-plastik ini dapat tertelan oleh mahluk air dan mengganggu pencernaan serta meracuninya. Bukan hanya itu, plastik juga dapat melukai dan menjerat tubuh hewan air. Lama-kelamaan hewan yang menelan dan terjerat plastik dapat tiada. Manusia mengonsumsi hewan air seperti ikan. Sehingga dengan mengonsumsi ikan yang tercemar racun plastik, kita juga dapat teracuni. Plastik juga menutupi permukaan akar mangrove dan terumbu karang dan menyebabkan mereka sulit bernapas dan akhirnya dapat mati. [6]

Daftar Pustaka

[1] Purwaningrum, P., 2016. Upaya Mengurangi Sampah Plastik di Lingkungan diakses melalui www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id pada 6 November 2019

[2] Sebegini Parah Ternyata Masalah Sampah Plastik di Indonesia https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20190721140139-33-86420/sebegini-parah-ternyata-masalah-sampah-plastik-di-indonesia diakses pada 6 November 2019

[3] Pohon Adalah Penghasil Oksigen – Lingkungan Hidup

http://www.lingkungan.lovelybogor.com/pohon-adalah-penghasil-oksigen/

diakses pada 7 November 2019

[4] Hipoksia Serebral, Kurang Oksigen yang Berujung Kematian – Health Liputan6.com

https://m.liputan6.com/health/read/2690813/hipoksia-serebral-kurang-oksigen-yang-berujung-kematian diakses pada 6 November 2019

[5] Sampah Plastik Ternyata Tidak Boleh Dibakar, Ini Alasannya – Tribun Manado

https://manado.tribunnews.com/2019/06/11/sampah-plastik-ternyata-tidak-boleh-dibakar-ini-alasannya diakses pada 7 November 2019

[6] Ini Bahaya Sampah Plastik di Laut – Semua Halaman – Bobo.Grid.ID https://bobo.grid.id/read/08675417/ini-bahaya-sampah-plastik-di-laut?page=all diakses pada 7 November 2019

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *