Kentang merupakan salah satu sumber karbohidrat yang cukup populer di Indonesia. Banyak makanan Indonesia yang terbuat dari bahan kentang, mulai dari makanan gurih seperti orek kentang, perkedel kentang sampai makanan manis seperti donat kentang. Namun tahukah Anda bahwa ternyata kentang yang berubah warna menjadi hijau memiliki dampak berbahaya dan beracun, meskipun sudah diolah.
Kentang yang berubah warna menjadi hijau atau yang telah bertunas ternyata mengandung senyawa kimia glycoalkaloids. Glycoalkaloids merupakan zat yang secara alami di hasilkan oleh tanaman yan berasal dari family Solanecae seperti kentang, terung, cabe dan sebagainya namun zat ini bersifat racun apabila di konsumsi dengan konsentrasi tinggi [1].
Glycoalkaloids pada tanaman dari family Solanecae lebih dikenal dengan sebutan Solanin. Kentang secara alami memproduksi glycoalkolids (solanine) sebagai pertahanan diri untuk melawan pemangsa seperti serangga dan hewan pemakan tumbuhan lainya.
Berikut kandungan glycoalkaloids pada beberapa bagian kentang:
- Kentang utuh (4,3-9,7 mg/100g)
- Daging kentang (1,25-5 mg/100g)
- Kulit (15-30 mg/100g)
- Kentang beracun ( bewarna hijau atau terasa pahit) (25-80mg/100g)
- Kulit kentang yang beracun (150-220mg/100g).
Konsentrasi glycoalkaloids (solanine) tersebut meningkat seiring dengan bertambahnya paparan cahaya dan suhu yang hangat [2]. Dapat juga dilihat bahwa kandungan tertinggi pada kentang normal adalah pada kulit kentang sehingga sangat dianjurkan agar kulit kentang dikupas terlebih dahulu sebelum diolah.
Semakin kentang terpapar cahaya dan suhu semakin hangat, maka konsentrasi glycoalkaloids ini akan semakin meningkat juga. Warna hijau pada kentang mengindikasikan bahwa kentang telah memproduksi klorofil dan siap untuk bertunas, namun ternyata warna hijau ini juga mengindikasikan bahwa kentang juga mengandung glycoalkolids (solanine) yang tinggi. Glycoalkolids (solanine) pada kentang hijau tidak hancur meskipun telah melalui proses pengolahan atau dimasak [3].
Menurut badan kesehatan kanada dalam canada.ca, batas maksimum kandungan glycoalkaloids atau solanine dalam kentang yang boleh dikomsumsi adalah 20 mg dari 100 gram kentang segar. Menurut sebuah studi, gejala keracunan muncul pada dosis 2-5 mg/kg berat badan dengan dosis mematikan pada dosis 3-6 mg/kg berat badan [3]. Gejala keracunan ringan paling cepat muncul dalam waktu beberapa menit hingga 2 hari setelah mengkonsumsi kentang yang kaya solanine.
Cepat atau lambat kemunculan gejala tergantung pada sensivitas individu terhadap solanine dan dosis solanine yang tertelan. Gejala keracunan yang muncul dapat berupa kram perut, mual, tenggorokan terbakar, sakit kepala, pusing, dan diare, disritmia jantung, halusinasi, perubahan penglihatan, napas yang melambat, demam, sakit kuning, hipotermia, kehilangan sensasi, pupil membesar. dan bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Meskipun kentang hijau beracun dan berbahaya apabila dikonsumsi berlebihan, ternyata kita dapat melakukan tindakan pencegahan atau preventif. Berikut beberapa langkah preventif agar terhindar dari keracunan kentang yang berubah warna menjadi hijau:
- Simpan kentang dalam ruangan yang gelap dan dingin untuk mencegah kentang berubah warna
- Buang bagian kentang yang berwarna hijau, megalami kerusakan, atau bertunas
- Kupas kulit kentang apabila akan di masak, ini berguna untuk mengurangi kadar glycoalkolids (solanine)
- Hindari mengkonsumsi kentang yang telah berubah warna, dan area yang bertunas
- Hindari mengkonsumsi kentang mentah atau yang sudah di masak apabila terasa pahit atau menimbulkan sensai terbakar di mulut.
Jadi lebih bijak lagi sebelum mengkonsumsi kentang ya Sahabat Warstek.
Referensi:
1. www.canada.ca. Glycoalkaloids in Foods. https://www.canada.ca/en/health-canada/services/food-nutrition/reports-publications/food-safety/glycoalkaloids-foods.html, diakses pada 27 Januari 2024.
2. Oconnor, A.. The Claim: Green Potatoes Are Poisonous. https://www.nytimes.com/2007/07/03/health/nutrition/03real.html, diakses pada 27 Januari 2024.
3. Petruzello, M. Are Green Potatoes Dangerous to Eat?. https://www.britannica.com/story/are-green-potatoes-dangerous-to-eat, diakses pada 27 Januari 2024.
tertarik terhadap sains, teknologi dan lingkungan