Dalam respons terhadap pandemi COVID-19, para ilmuwan sedang berusaha keras untuk menemukan cara yang efektif dalam mengatasi virus ini. Sebuah penemuan baru-baru ini telah dilaporkan dari hasil penelitian yang bertujuan untuk melawan SARS-CoV-2, yaitu virus penyebab COVID-19.
Pimpinan dari penelitian ini adalah Jin Kim Montclare dan timnya, yang fokus pada perancangan dan pengembangan sebuah protein baru yang mampu berikatan dengan protein “paku” yang ada di permukaan coronavirus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan mendeteksi virus guna keperluan diagnostik, serta untuk menghambat kemampuannya dalam menginfeksi sel manusia.
Protein yang telah dimodifikasi ini memiliki struktur yang menyerupai sebuah bentuk dengan lima lengan, yang memiliki ciri unik—yaitu sebuah pori hidrofobik di dalam susunannya yang membentuk “kumparan-ke-kumparan”. Ciri ini memungkinkan protein tersebut untuk tidak hanya berikatan dengan virus, tetapi juga menangkap molekul-molekul kecil seperti obat antivirus Ritonavir.
Ritonavir, yang telah digunakan dalam pengobatan infeksi SARS-CoV-2, dipilih untuk diintegrasikan ke dalam terapi berbasis protein ini. Dengan memasukkan Ritonavir ke dalam protein, peneliti berharap untuk meningkatkan efektivitas pengobatan serta secara langsung menargetkan virus.
Penelitian ini merupakan langkah maju dalam upaya melawan COVID-19, menunjukkan pendekatan yang kompleks dalam menghadapi virus tersebut. Dengan memadukan rekayasa protein dan desain komputasional, tim ini telah merancang sebuah strategi yang menjanjikan yang dapat mengubah cara pengobatan saat ini.
Meskipun masih dalam tahap awal, dan belum ada uji coba pada manusia atau hewan yang dilakukan, penemuan ini memberikan bukti tentang potensi terapi dari protein yang telah dirancang. Tim ini telah berhasil meningkatkan kemampuan protein untuk berikatan dengan protein paku virus, yang akan menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut.
Aplikasi potensial dari terapi berbasis protein ini tidak hanya terbatas pada COVID-19 saja. Fleksibilitas protein ini membuka peluang untuk mengatasi berbagai jenis infeksi virus, dengan cara mencegah virus masuk ke dalam sel manusia dan menetralisir partikel-partikel virus.
Kesuksesan dari penelitian ini juga menyoroti pentingnya pendekatan komputasional dalam desain protein. Dengan memanfaatkan alat komputasi seperti Rosetta, peneliti telah mempercepat proses rekayasa protein, yang memungkinkan pengembangan terapi baru yang lebih cepat dan efektif.
Pengembangan protein baru ini merupakan langkah signifikan dalam upaya melawan COVID-19. Seiring berlanjutnya penelitian, integrasi antara desain komputasional dan rekayasa protein menjanjikan pengembangan terapi inovatif yang dapat mengatasi berbagai jenis virus. Meskipun masih ada tantangan yang harus dihadapi, penelitian ini memberikan harapan akan masa depan di mana pengobatan yang efektif terhadap ancaman virus baru dapat ditemukan.
Referensi:
[1] https://engineering.nyu.edu/news/new-bioengineered-protein-design-shows-promise-fighting-covid-19 diakses pada 30 Maret 2024
[2] Dustin Britton, Chengliang Liu, Sihan Jia, Deven Paul, Jakub Legocki, Yingxin Xiao, Xunqing Jiang, Xiang-Peng Kong, Jin Kim Montclare. Dual coiled-coil protein domain mimic and drug delivery vehicle for SARS-CoV-2. Biochemical Engineering Journal, 2024; 205: 109261 DOI: 10.1016/j.bej.2024.109261
Alumni S1 Kimia Universitas Negeri Makassar. Pengajar kimia, penulis di warstek.com.