Perlunya Manajemen Organisasi Dalam Bermasyarakat

Manajemen dan organisasi sendiri memang tidak bisa lepas dari kehidupan bermasyarakat terutama untuk beberapa hal seperti profesi dan hal lainnya. Untuk itu penting sekali bagi kita untuk mempelajari manajemen organisasi yang baik. Sebelum kita membahas tentang manajemen organisasi, kita akan membahas pengertian manajemen dan organisasi. Simak ya.

manajemen organisasi

Halo semua, semoga di berikan kesehatan selalu, aamiin. Kali ini kita akan membahas tentang manajemen organisasi yang penting di ketahui oleh masyarakat. Manajemen dan organisasi sendiri memang tidak bisa lepas dari kehidupan bermasyarakat terutama untuk beberapa hal seperti profesi dan hal lainnya. Untuk itu penting sekali bagi kita untuk mempelajari manajemen organisasi yang baik. Sebelum kita membahas tentang manajemen organisasi, kita akan membahas pengertian manajemen dan organisasi. Simak ya.

Pengertian Manajemen

Manajemen merupakan sebuah konsep yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat pada segala profesi maupun pada segala pengelolaan jenis organisasi. Birokrat, pengusaha, akademisi, termasuk politisi, merupakan profesi yang paling dekat dengan urusan manajemen. Organisasi publik, organisasi privat, organisasi politik, dan organisasi masyarakat, dikelola dengan manajemen. Tidak berlebihan untuk dikatakan, pada era ini manajemen telah tampil sebagai urat nadi semua jenis pekerjaan dan semua jenis organisasi. Organisasi tanpa kehadiran manajemen itu seperti ikan tanpa adanya air. Organisasi bakal kurus, kering, yang akhirnya mati tanpa berada pada aras penerapan prinsip-prinsip manajemen modern. Jika demikian halnya, dapat dirumuskan proposisi umum, bahwa kualitas manajamen memiliki kontribusi terhadap perilaku banyak organisasi.

Kata manajemen dalam bahasa Indonesia sendiri merupakan penggunaan sumber daya dengan efektif untuk mencapai tujuan. Sedangkan kata manage dalam bahasa Inggris itu merujuk pada aktivitas mengurus, mengatur, melaksanakan, dan mengelola. Manajemen merupakan proses mengatur atau mengelola sesuatu yang dilakukan oleh individu atau organisasi untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan sumber daya yang ada. John M. Echols dan Hasan Shandilya merujuk pada pandangan dua ahli terkemuka dalam mendefinisikan konsep ini:

  1. Menurut Mary Parker Follett, manajemen adalah seni dalam bekerja sama dengan orang lain untuk menyelesaikan tugas. Ini mengimplikasikan bahwa manajemen melibatkan kerjasama dengan orang lain. Jika seseorang hanya menangani tugas-tugas sendiri, mereka mungkin tidak dianggap memiliki manajemen. Dalam konteks organisasi, tugas seorang manajer adalah mengatur orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
  2. James A.F. Stoner (1982; h.8) mendefinisikan manajemen sebagai serangkaian proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi serta pemanfaatan sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
blank

Manajemen Sebagai Seni Menurut Ahli

Jika Follett menggunakan istilah “seni” dalam konteks manajemen, maka seseorang dapat berhasil mengelola sebuah organisasi tanpa memiliki pengetahuan manajemen formal. Seorang individu yang tidak memiliki latar belakang pendidikan manajemen pemerintahan mungkin bisa sukses menjadi gubernur atau bupati/wali kota karena memiliki keterampilan dan kharisma yang memadai untuk memimpin. Begitu pula, seseorang dengan pendidikan yang lebih rendah mungkin dapat menjadi pengelola perusahaan yang lebih berhasil daripada seseorang dengan gelar doktoral dalam manajemen.

Manajemen sebagai seni adalah bakat yang melekat pada individu. Tidak perlu mempelajari manajemen secara formal; individu yang sukses dalam manajemen sering kali memiliki bakat alami atau kharisma yang memungkinkan mereka untuk menjadi pemimpin yang efektif. Bakat ini kadang-kadang diturunkan secara genetik, seperti halnya ketika seseorang memiliki orang tua yang sukses dalam kepemimpinan, ada kemungkinan bahwa anak-anak mereka akan mewarisi bakat tersebut. Oleh karena itu, seni manajerial seringkali berhubungan dengan keterampilan atau kemampuan pribadi.

Pandangan Stoner menempatkan manajemen sebagai suatu proses. Ini berarti bahwa manajemen merupakan pendekatan sistematis dalam menjalankan tugas-tugasnya. Manajemen sebagai proses menuntut semua manajer, tanpa memandang keterampilan khusus yang dimiliki, untuk melaksanakan serangkaian kegiatan yang terorganisir dengan baik untuk mencapai tujuan mereka. Kegiatan-kegiatan ini meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.

  1. Perencanaan melibatkan persiapan kegiatan sebelum mereka dilaksanakan, didasarkan pada logika, metode, dan pertimbangan rasional.
  2. Pengorganisasian melibatkan koordinasi semua sumber daya manusia dan material dalam organisasi untuk mencapai tujuan.
  3. Pengarahan melibatkan memimpin dan mempengaruhi bawahan, karena manajer bekerja melalui orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
  4. Pengawasan melibatkan memastikan bahwa organisasi bergerak menuju tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Apabila dipadukan seluruh pandangan di atas, maka kita dapat dengan mudah merumuskan definisi manajemen seperti pada gambar dibawah ini:

blank

Alasan Manajemen Dibutuhkan

Berkembanganya manajemen sebagai disiplin ilmu mandiri disebabkan oleh kebutuhan manusia yang tak dapat dihindari terhadap konsep manajemen itu sendiri. Ada tiga alasan utama dibutuhkannya manajemen, sebagaimana dijelaskan pada karya T.Hani Handoko:

  1. Mencapai tujuan. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi. Pada umumnya, orang berorganisasi itu untuk mencapai tujuan pribadi dan tujuan bersama. Jika tujuan organisasi tercapai, maka tujuan pribadi dan tujuan bersama juga akan tercapai.
  2. Menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran, dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi, seperti pemilik, karyawan, pelanggan, konsumen, masyarakat, pemerintah, dan lain-lain.
  3. Mencapai efisiensi dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum yaitu efisiensi dan efektivitas. Manajemen organisasi seringkali diukur tingkat keberhasilannya, manakala mampu menyelesaikan pekerjaannya secara efisien dan efektif.

Pengertian Organisasi

Organisasi merupakan sebuah tempat berkumpulnya sekelompok orang untuk saling bekerja sama secara sitematis untuk mewujudkan tujuan bersama. Beberapa ahli dalam bidang manajemen memandang organisasi sebagai suatu wadah untuk melakukan berbagai kegiatan. Sementara yang lain menggambarkannya sebagai kelompok manusia yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi juga dianggap sebagai sebuah kesatuan yang berupaya mengkoordinasikan berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan tertentu yang sudah di sepakati bersama.

Definisi Organisasi Menurut Ahli

Beberapa definisi organisasi dari para ahli adalah sebagai berikut:

  1. Max Weber menggambarkan organisasi sebagai perhimpunan orang-orang yang membiasakan diri untuk mematuhi perintah pimpinan dan memiliki kepentingan pribadi dalam mempertahankan dominasi serta keuntungan mereka sendiri.
  2. Dwight Waldo menyatakan organisasi sebagai struktur interaksi otoritatif dan personal yang biasa di dalam sistem administratif.
  3. Chester Barnard menggambarkan organisasi sebagai sistem kegiatan atau kekuatan dari dua orang atau lebih yang dikoordinasikan secara sadar.
  4. Philip Selznick menggambarkan organisasi sebagai ungkapan struktural dari tindakan rasional.
  5. Daniel Katz dan Robert L. Kahn menggambarkan organisasi sebagai sistem input-output energik, di mana energi input dan output mengaktifkan kembali sistem tersebut melalui transaksi antara organisasi dan lingkungannya.
  6. David Silverman menggambarkan organisasi sebagai lembaga sosial dengan karakteristik tertentu, diciptakan secara sadar pada suatu titik waktu, diberi tujuan yang penting sebagai legitimasi, dan memiliki pertalian antar anggota serta sumber otoritas yang jelas.
  7. Karl Weick menggambarkan organisasi sebagai tata bahasa yang disepakati secara konsensus untuk mengurangi kebingungan melalui perilaku yang terstruktur.
  8. Michael Cohn, James March, dan John Olse menggambarkan organisasi sebagai himpunan pilihan yang mencari permasalahan, isu, dan situasi keputusan yang dapat diselesaikan serta para pembuat keputusan yang mencari pekerjaan.

Menurut Geoffery Hutton, yang dirangkum oleh Winardi, organisasi adalah wadah terorganisir yang terdiri dari individu atau kelompok individu yang melakukan kegiatan tertentu dan terbagi menjadi beberapa bagian atau unit. Di dalam organisasi, terdapat struktur, proses kerja, dan perilaku manusia. Organisasi juga memiliki sifat seperti makhluk hidup, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perubahan, dan kemungkinan kemunduran. Individu atau unit saling berinteraksi dan berkolaborasi, serta berbagi peran baik di dalam maupun di antara organisasi dengan institusi lainnya. Kegiatan dalam organisasi melibatkan komunikasi dan pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan organisasi. Setiap individu dalam organisasi memiliki peran penting dalam memotivasi anggota, memimpin kegiatan organisasi, mengembangkan kelompok, dan menciptakan iklim organisasi yang kondusif.

Apakah Setiap Perkumpulan Manusia Di Sebut Organisasi?

Terdapat suatu pertanyaan, apakah setiap perkumpulan manusia di sebut organisasi? Pertanyaan menarik nih, tentu jawabannya tidak ya, kenapa? Menurut Khaerul Umam, untuk dapat disebut sebagai organisasi, sebuah kelompok harus memiliki unsur-unsur berikut:

  1. Merupakan suatu sistem, yang berarti organisasi memiliki aturan atau struktur yang mengatur kegiatannya.
  2. Terdapat pola aktivitas, yang menunjukkan bahwa kegiatan organisasi tidak bersifat spontan atau acak.
  3. Terdiri dari sekelompok orang, yang artinya organisasi terdiri dari beberapa individu.
  4. Memiliki tujuan yang telah ditetapkan, yang biasanya tercermin dalam visi dan misi organisasi.

Dengan demikian, sebuah kelompok orang yang berkumpul untuk menyaksikan kecelakaan di jalan atau melakukan diskusi spontan tidak dapat disebut sebagai organisasi. Namun, kelompok mahasiswa yang tergabung dalam organisasi seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Resimen Mahasiswa (Menwa), atau Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI), yang memiliki struktur, tujuan, kegiatan yang teratur, dan terdiri dari sejumlah individu, dapat dianggap sebagai organisasi.

Organisasi juga sering didefinisikan sebagai kesatuan sosial yang di koordinasikan secara sadar, dengan batasan yang dapat diidentifikasi. Ini juga bekerja secara berkelanjutan untuk mencapai tujuan bersama atau tujuan kelompok. Dari definisi ini, terdapat lima unsur organisasi di dalamnya, yaitu entitas sosial, koordinasi sadar, identifikasi batasan, keterkaitan yang berkelanjutan, dan adanya tujuan.

Unsur Organisasi

Seorang ahli Sosiologi berkebangsaan Jerman bernama Max Weber yang pernah di kutif oleh Miftah Thoha membantu kita memahami definisi organisasi dari unsur-unsurnya. Dengan mengutif pemikiran Weber, Thoha mengatakan sedikitnya ada empat unsur dari suatu organisasi, sebagai berikut:

  1. Organisasi merupakan tata hubungan sosial. Dalam hal ini seseorang individu melakukan proses interaksi sesamanya di dalam organisasi tersebut
  2. Organisasi mempunyai batasan-batasan tertentu. Maka seseorang individu yang melakukan interaksi dengan lainnya tidak didasarkan atas kemauan sendiri. Akan tetapi mereka dibatasi oleh peraturan-peraturan tertentu.
  3. Organisasi merupakan suatu kumpulan tata aturan, yang bisa membedakan suatu organisasi dengan kumpulan-kumpulan masyarakat. Tata aturan ini menyusun proses interaksi di antara orang-orang yang bekerja sama di dalamnya, sehingga interaksi tersebut tidak muncul begitu saja.
  4. Organisasi merupakan suatu kerangka hubungan yang berstruktur yang di dalamnya berisi wewenang, tanggung jawab, dan pembagian kerja untuk menjalankan fungsi tertentu.

Dari empat unsur di atas, semakin jelas tergambar dalam pikiran kita bahwa organisasi berkaitan dengan kumpulan orang yang memiliki hubungan sosial, dimana hubungan sosial dipandu oleh seperangkat aturan yang berlaku, sehingga menyebabkan orang per orang tidak memiliki otonomi, dan interaksi didalamnnya dibangun berdasarkan wewenang, tanggung jawab, dan pembagian kerja.

Manajemen Organisasi

Setelah kita mengetahui pengertian atau definisi dari manajemen serta organisasi kita akan membahas sedikit tentang manajemen organisasi. Manajemen organisasi adalah fondasi bagi keberlangsungan dan keberhasilan suatu entitas, baik itu perusahaan, lembaga, atau organisasi non-profit. Ini melibatkan serangkaian tindakan yang dirancang untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Sumber daya tersebut mencakup segala sesuatu mulai dari manusia hingga teknologi, modal, dan informasi. Tujuan dari manajemen organisasi bisa sangat bervariasi tergantung pada sifat dan misi organisasi itu sendiri. Namun, inti dari manajemen organisasi adalah mencapai tujuan-tujuan tersebut dengan cara yang paling efektif dan efisien mungkin. Ini berarti mengkoordinasikan aktivitas antar departemen atau divisi agar berjalan secara sinergis dan optimal.

Manajemen organisasi juga berperan penting dalam membentuk kinerja individu dan tim dalam organisasi. Melalui pengaturan yang tepat, manajemen organisasi dapat memotivasi, membimbing, dan memberikan arahan kepada anggota organisasi untuk mencapai kinerja yang lebih baik. Ini juga melibatkan pembangunan budaya kerja yang mendukung, kolaboratif, dan inovatif, yang pada gilirannya mendorong kinerja yang lebih efektif secara keseluruhan. Dengan demikian, manajemen organisasi bukan hanya tentang pengaturan proses dan sistem, tetapi juga tentang membangun hubungan yang kuat antara individu, departemen, dan visi keseluruhan organisasi. Ini adalah fondasi yang penting bagi keberhasilan jangka panjang suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.

Fungsi Manajemen Organisasi

Adapun fungsi dasar manajemen organisasi meliputi:

  1. Perencanaan yaitu merencanakan langkah-langkah yang akan di ambil untuk mencapai tujuan organisasi.
  2. Pengorganisasian yaitu mengatur sumber daya dan struktur organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
  3. Pengarahan berarti memberikan arahan kepada anggota organisasi tentang tugas dan tanggung jawab mereka untuk mencapai tujuan bersama.
  4. Pengawasan berarti memantau kinerja dan progres organisasi untuk memastikan bahwa tujuan-tujuan tercapai sesuai dengan rencana.

Manajer organisasi harus mampu menjalankan fungsi-fungsi dasar tersebut secara efektif, efisien, dan rasional agar organisasi dapat mencapai tujuannya. Para manajer juga perlu memiliki keterampilan dasar seperti:

  1. Keterampilan teknis yaitu kemampuan dalam bidang teknis atau spesifik dari pekerjaan yang mereka pimpin.
  2. Keterampilan hubungan interpersonal yaitu kemampuan dalam berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain, serta membangun hubungan yang baik.
  3. Keterampilan konseptual yaitu kemampuan dalam memahami situasi secara menyeluruh, membuat keputusan yang tepat, dan melihat gambaran besar organisasi.

Organisasi biasanya memiliki kriteria khusus untuk calon manajer, yang mencakup kemampuan teknis, hubungan interpersonal, dan pemahaman konseptual yang diperlukan untuk berhasil dalam peran manajemen.

Peran Manajemen Organisasi

Menurut Henry Mintzberg, peran yang harus di lakukan oleh seorang manager dalam mengelola atau menggerakkan sebuah organisasi dapat di uraikan sebagai berikut:

  • Menjalin Hubungan Antarpribadi:
  1. Pemimpin Simbolis yang bertugas menjalankan kewajiban rutin yang bersifat legal dan rasional seperti memberikan ucapan selamat datang kepada tamu atau menandatangani dokumen resmi organisasi.
  2. Pemimpin Motivator yang bertugas untuk memotivasi, melatih, dan mengarahkan staf agar mencapai tujuan bersama.
  3. Penghubung yang bertugas untuk memperluas jaringan, memberikan informasi, dan melakukan aktivitas yang melibatkan pihak eksternal.
  • Menjaring Informasi:
  1. Pemantau yang bertugas untuk mencari dan menerima informasi internal dan eksternal yang relevan.
  2. Penyebar Informasi bertugas untuk menyebarkan informasi yang didapatkan kepada anggota atau karyawan organisasi.
  • Mengambil Keputusan:
  1. Entrepreneur (Wirausahawan) bertugas untuk mencari peluang dan mengembangkan organisasi melalui strategi pengorganisasian dan pengembangan program baru.
  2. Penyelesaian gangguan yang bertanggung jawab atas tindakan korektif ketika organisasi mengalami gangguan.
  3. Pengalokasi sumber daya yang bertugas untuk membuat atau menyetujui keputusan organisasi dan mengalokasikan sumber daya.
  4. Perunding ini bertanggung jawab mewakili organisasi dalam perundingan untuk pengembangan organisasi.

Dengan memahami dan melaksanakan peran-peran tersebut, seorang manager dapat efektif dalam mengelola organisasi dan mencapai tujuan yang telah di tetapkan bersama.

Dasar Dalam Proses Pengambilan Keputusan Organisasi

Dalam dunia organisasi, peran pemimpin atau ketua sangatlah penting dalam menentukan arah dan keputusan yang harus diambil. Meskipun setiap organisasi memiliki karakteristik dan cara tersendiri dalam mengambil keputusan, namun ini menjadi perhatian publik seringkali tertuju pada langkah-langkah yang di ambil oleh pemimpin.

Pengambilan keputusan menjadi landasan yang sangat vital dalam mengimplementasikan fungsi-fungsi dasar manajemen, seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Tanpa proses pengambilan keputusan yang efektif, seorang pemimpin akan kesulitan dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen tersebut.

Setiap pemimpin memiliki pertimbangan-pertimbangan yang beragam dalam mengambil keputusan. Terdapat lima hal yang sering menjadi dasar dalam proses pengambilan keputusan organisasi, yaitu intuisi, fakta, pengalaman, kekuasaan, dan logika.

  • Intuisi (Intuition) adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengambil keputusan berdasarkan perasaan batinnya. Meskipun cepat, namun pengaruhnya dapat dibatasi.
  • Fakta (fact) menjadi dasar pengambilan keputusan yang lebih rasional dan objektif, karena menggunakan metode analisis yang mendalam.
  • Pengalaman (experience) masa lalu juga menjadi acuan bagi pemimpin dalam mengambil keputusan. Terkadang ini bisa membuat organisasi menjadi stagnan jika terlalu mengandalkan tradisi pada organisasi tersebut.
  • Kekuasaan (authority) merupakan kekuatan yang dimiliki pemimpin dalam mengambil keputusan, namun keputusan yang diambil bisa bersifat mendikte.
  • Logika (logic) adalah cara seorang pemimpin mengambil keputusan dengan mempertimbangkan informasi secara rasional, dengan memperhitungkan tingkat reliabilitas informasi yang tersedia.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, seorang pemimpin perlu mempertimbangkan beberapa teknik dalam mengambil keputusan. Berikut adalah beberapa teknik yang bisa di terapkan pada organisasi:

  • Identifikasi masalah dengan teliti. Pemimpin harus secara cermat menentukan akar permasalahan dan menyusun terminologi yang jelas untuk membantu dalam pemecahan masalah.
  • Kumpulkan informasi umum dan berbagai pandangan yang berbeda terkait masalah yang akan diputuskan.
  • Pertimbangkan berbagai tindakan yang mungkin diambil sebelum mengambil keputusan. Pemimpin harus menyadari bahwa tidak mengambil keputusan juga merupakan pilihan yang harus dipertimbangkan.
  • Telusuri posisi dan keputusan percobaan yang telah diambil sebelumnya. Referensi bisa berasal dari intuisi, fakta, pengalaman, dan kekuasaan.
  • Evaluasi hasil dari keputusan yang diambil sebelumnya.
  • Pastikan keputusan yang diambil sejalan dengan tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
  • Evaluasi hasil dari keputusan yang diambil dan verifikasi validitas solusinya. Tahap ini juga merupakan bagian dari fungsi dasar manajemen yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian.

Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi

Manajemen sumber daya manusia (MSDM) memegang peranan penting dan strategis dalam aktivitas organisasi. Pertumbuhan dan perkembangan sebuah organisasi seringkali di tentukan oleh kemampuan organisasi dalam mengelola dan mengembangkan SDM dengan baik. Bahkan, kesuksesan sebuah organisasi dapat diukur dari efektivitas kinerja semua staf dan karyawan yang terlibat di dalamnya.

Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan manajemen SDM atau MSDM? Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya. Hal ini bisa menunjang berbagai aktifitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Istilah MSDM pun digunakan secara berbeda oleh berbagai individu, misalnya disebut sebagai pengembangan sumber daya manusia (PSDM), atau dalam konteks organisasi publik, dikenal sebagai pengembangan sumber daya aparatur (PSDA).

Dalam tulisan ini, kita memilih istilah MSDM karena mencakup cakupan yang lebih luas dan secara spesifik menekankan pada fungsi-fungsi manajemen. Beberapa definisi MSDM dari literatur di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Menurut Malayu S.P. Hasibuan, MSDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien dalam mencapai tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Fungsi MSDM meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian.
  • Agus Suryono menyebutkan bahwa MSDM mencakup semua aspek kemampuan dan kekuatan individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan yang diinginkan.

Kedua definisi tersebut menjelaskan MSDM sebagai seni dan proses penerapan fungsi-fungsi manajemen, termasuk berbagai aspek seperti kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, disiplin, dan penghentian karyawan, dengan tujuan agar organisasi memiliki SDM berkualitas yang mampu mencapai tujuan yang ditetapkan. Namun, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara mendefinisikan manusia berkualitas dalam konteks MSDM.

blank

Peran Manajemen SDM Dalam Organisasi

Peran Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dalam sebuah organisasi sangatlah beragam dan mencakup berbagai aspek penting dalam mengelola SDM organisasi. Dalam konsep yang diajukan oleh Hasibuan, ada sepuluh peran utama MSDM yang sangat mempengaruhi keseluruhan aktivitas organisasi:

  1. Menetapkan jumlah, kualitas, dan penempatan tenaga kerja yang efektif sesuai dengan kebutuhan organisasi.
  2. Menetapkan proses penarikan, seleksi, dan penempatan karyawan.
  3. Menetapkan program kesejahteraan, pengembangan, promosi, dan pemberhentian karyawan.
  4. Meramalkan penawaran dan permintaan sumber daya manusia pada masa yang akan datang.
  5. Memperkirakan keadaan perekonomian secara umum dan perkembangan organisasi secara khusus.
  6. Memantau undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku dan kebijakan pemberian balas jasa organisasi sejenis.
  7. Memantau kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh.
  8. Melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan penilaian kinerja karyawan.
  9. Mengatur mutasi karyawan baik secara vertikal maupun horizontal.
  10. Mengatur pensiun, pemberhentian, dan pesangon karyawan.

Dari peran-peran tersebut, terlihat bahwa MSDM berfungsi sebagai mesin yang memproduksi SDM organisasi yang berkualitas dan responsif terhadap kebutuhan organisasi. Bagian MSDM bertanggung jawab atas manajemen karyawan dari awal proses seleksi hingga akhir masa kerja mereka, termasuk dalam hal pengembangan, pelatihan, dan evaluasi kinerja. Dengan demikian, MSDM menjadi salah satu elemen penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang kompeten, kompetitif, inovatif, kreatif, profesional, dan bertanggung jawab.

Manajemen Konflik Pada Organisasi

Setiap kita melakukan hal terkadang ada saja konflik yang terjadi termasuk saat berorganisasi. Mendengar istilah konflik saja, membuat kita selalu perpikiran pada hal yang negatif. Konflik dapat diartikan sebagai bentuk perasaan yang tidak beres yang melanda hubungan antara satu bagian dengan bagian lain, satu orang dengan orang lain, satu kelompok dengan kelompok lain. Robbins menyatakan konflik sebagai proses yang bermula ketika satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, atau akan segera mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang menjadi keperdulian pihak pertama

Konflik organisasi digunakan untuk menjelaskan suasana ketengangan yang ada dalam sistem organisasi. Seperti yang dikemukakan oleh Dahrendorf (1959), konflik organisasi dapat di amati melalui perbandingan kerja di antara departemen atau satuan kerja, antara staf atau para pekerja/karyawan, jaringan komunikasi dan struktur organisasi. Konflik organisasi (organizational conflict) adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok-kelompok organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja dan/atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai dan persepsi.

Manajemen konflik merupakan cara yang dilakukan oleh pimpinan dalam menstimulasi konflik, mengurangi konflik dan menyelesaikan konflik yang bertujuan untuk meningkatkan performasi kerja individu dan produktivitas organisasi. Pembahasan mengenai manajemen konflik bermanfaat bagi para manajer atau pimpinan organisasi dalam memberikan respons pada setiap konflik yang muncul dalam organisasi, karena konflik kadangkala datang tanpa diduga sama sekali.

Faktor Terjadinya Konflik Pada Organisasi

Sebenarnya ada banyak sekali faktor penyebab terjadinya konflik pada organisasi. Konflik dalam sebuah organisasi dapat berasal dari berbagai faktor yang kompleks dan beragam. Menurut Sopiah, berikut adalah beberapa faktor terjadinya konflik:

  1. Konflik nilai: Terjadi karena perbedaan nilai, keyakinan, dan ideologi antara individu atau kelompok.
  2. Kurangnya komunikasi: Kegagalan dalam menyampaikan pikiran, perasaan, dan tindakan dapat menyebabkan jurang perbedaan informasi.
  3. Kepemimpinan yang kurang efektif atau pengambilan keputusan yang tidak adil: Kepemimpinan yang tidak efektif dapat membuat anggota organisasi merasa tidak terikat.
  4. Ketidakcocokan peran: Konflik dapat timbul akibat ketidakcocokan antara peran yang dimiliki dengan kemampuan individu.
  5. Produktivitas rendah: Ketidaksepakatan dalam hasil kerja sama dapat menyebabkan konflik.
  6. Perubahan keseimbangan: Misalnya, mutasi, rotasi, dan promosi dalam organisasi dapat menimbulkan konflik.
  7. Konflik yang belum terpecahkan: Konflik sebelumnya yang tidak terselesaikan dapat terus menerus mempengaruhi hubungan antar anggota di masa mendatang.
  8. Kebutuhan untuk membagi sumber daya terbatas: Persaingan dalam memperebutkan sumber daya dapat menghasilkan konflik.
  9. Perbedaan dalam berbagai tujuan: Konflik dapat muncul karena adanya tujuan, tugas, dan personalia yang berbeda di antara kelompok dalam organisasi.
  10. Saling ketergantungan kegiatan kerja: Konflik dapat terjadi karena saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas.
  11. Kemenduaan organisasional: Konflik bisa timbul karena adanya struktur organisasi yang ambigu atau tujuan yang tidak jelas.
  12. Ketegangan dan saingan pribadi: Perbedaan latar belakang individu dapat menyebabkan konflik.
  13. Problem organisasi yang ditimbulkan oleh bentuk resminya: Konflik bisa muncul akibat struktur organisasi yang dipermasalahkan.
  14. Perkembangan teknologi: Penggunaan teknologi baru dalam organisasi dapat menimbulkan protes dari generasi yang lebih tua.
  15. Syarat-syarat kerja: Kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan dapat menyebabkan konflik.
  16. Organisasi sebagai struktur sosial, ekonomi, hukum, dan teknik: Kompleksitas fungsi organisasi dapat menjadi sumber konflik.
  17. Hubungan antara atasan dan bawahan: Konflik bisa terjadi akibat perbedaan usia atau pengalaman antara atasan dan bawahan.
  18. Pendelegasian wewenang: Konflik dapat timbul ketika atasan tidak dapat lagi mencampuri bidang yang telah didelegasikan.

Dengan memahami faktor-faktor ini, organisasi dapat mengambil langkah-langkah untuk mencegah dan menangani konflik yang mungkin timbul di kemudian hari.

Pandangan Terhadap Konflik

Ringkasan dari pandangan-pandangan tentang konflik yang dijelaskan oleh Sopiah mengilustrasikan kompleksitas dan beragamnya sudut pandang terhadap fenomena ini dalam konteks organisasi. Berikut adalah poin-poin kunci yang bisa diambil dari setiap pandangan:

  • Pandangan Tradisional

Menurut pandangan tradisional, menyatakan bahwa konflik harus dihindari karena akan menimbulkan kerugian bagi organisasi tersebut. Aliran ini juga memandang konflik sebagai sesuatu yang buruk, tidak menguntungkan dan selalu merugikan organisasi. Oleh karena itu konflik harus dicegah dan dihindari sebisa mungkin dengan mencari akar permasalahannya. Pendapat tersebut selaras dengan pendapat dari Gibson (1996), pandangan tradisional menganggap konflik sebagai peristiwa yang negatif dan berusaha untuk meniadakan konflik. Demikian juga Robbins (1990), mengasumsikan setiap konflik berdampak negatif terhadap keefektifan organisasi dan tugas manajer mencegah terjadinya konflik.

  • Pandangan Hubungan Kemanusiaan

Pandangan aliran behavioral ini menyatakan bahwa konflik merupakan sesuatu yang wajar, alamiah dan tidak terelakkan dalam setiap kelompok manusia. Konflik tidak selalu buruk karena memiliki potensi kekuatan yang positif di dalam menentukan kinerja kelompok. Konflik tidak selamanya merugikan, bahkan bisa menguntungkan, yang oleh karena itu manajemen konflik harus dikelola dengan baik.

  • Pandangan Interaksionis

Dalam pandangan interaksionis, menyatakan bahwa konflik bukan sekedar sesuatu kekuatan positif dalam suatu kelompok, melainkan juga mutlak
perlu untuk suatu kelompok agar dapat berkinerja positif. Oleh karena itu konflik harus diciptakan. Pandangan ini didasari keyakinan bahwa organisasi yang tenang, harmonis, damai ini justru akan membuat organisasi itu menjadi statis, stagnan dan tidak inovatif. Dampaknya adalah kinerja organisasi menjadi rendah.

Pandangan bahwa konflik dapat memiliki dampak positif (fungsional) dan negatif (disfungsional) sangat relevan dalam konteks organisasi. Konflik fungsional dapat membantu organisasi berkembang dan meningkatkan efektivitasnya, sementara konflik disfungsional dapat merugikan organisasi dan menghambat pencapaian tujuan. Berikut adalah ringkasan dari dua jenis konflik tersebut:

Konflik Fungsional:

  1. Meningkatnya keterlibatan orang lain: Konflik dapat mendorong partisipasi lebih banyak orang dalam proses pengambilan keputusan atau penyelesaian masalah.
  2. Menggerakkan pertumbuhan: Konflik yang dikelola dengan baik dapat mendorong inovasi dan perubahan yang positif dalam organisasi.
  3. Definisi relasi makin jelas: Konflik dapat membantu mengklarifikasi peran dan hubungan antar anggota organisasi.
  4. Mengurangi stress, kecemasan, frustasi, rasa marah: Konflik yang diselesaikan dengan baik dapat mengurangi ketegangan emosional dalam organisasi.
  5. Meningkatnya kohesi dalam kelompok: Konflik yang diatasi dengan baik dapat memperkuat hubungan antar anggota tim atau kelompok.

Konflik Disfungsional:

  1. Orang tidak berminat untuk bekerja: Konflik yang tidak di selesaikan dapat mengurangi motivasi dan keterlibatan anggota organisasi.
  2. Ancaman atas relasi yang menghancurkan kepercayaan dan keadilan: Konflik yang tidak diatasi dapat merusak hubungan antar anggota organisasi dan mengganggu kepercayaan terhadap organisasi.
  3. Menyinggung hal yang bersifat pribadi, perasaan, sakit hati: Konflik yang berlarut-larut dapat menyebabkan ketegangan personal dan mengganggu iklim kerja yang sehat.
  4. Orang dipaksa konformis, orang dipaksa ikut keputusan: Konflik yang tidak ditangani dengan baik dapat menghasilkan tekanan untuk menyeragamkan pendapat atau memaksa anggota organisasi untuk mengikuti keputusan yang tidak mereka setujui.

Dalam konteks manajemen organisasi, penting sekali bagi pemimpin untuk mengenali perbedaan antara konflik fungsional dan disfungsional. Juga mengembangkan keterampilan dalam mengelola konflik dengan efektif. Dengan demikian, pemimpin dapat meminimalkan dampak negatif konflik dan memanfaatkan potensi positifnya untuk meningkatkan kinerja dan efektivitas organisasi secara keseluruhan.

Penutup

Dalam mengurus organisasi memang perlu manajemen yang baik agar organisasi bisa berjalan dengan baik. Mulai dari pengambilan keputusan, sumber daya manusia, kepemimpinan, struktural, hingga terjadinya konflik pada organisasi pun tidak lepas dari ilmu manajemen. Untuk itu penting sekali manajemen organisasi terutama untuk perusahan atau organisasi, dan umumnya untuk masyarakat supaya bisa berjalan dengan baik. Mungkin segitu saja yang dapat kami sampaikan. Mohon maaf bila ada kesalahan kata dan penulisan. Sekian, terima kasih dan semoga bermanfaat.

Sumber Website:

Sumber Jurnal:

  • Agus, “Manajemen Organisasi”, IAIN Mataram, 2016, akses terakhir 11 Mei 2024.
  • Husaini, Abdullah, “PERANAN MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM ORGANISASI”, Jurnal Warta Edisi : 51, 2017, akses terakhir 11 Mei 2024.
  • Yani Tri Wijayanti, “MANAJEMEN KONFLIK ORGANISASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM”, Universitas Padjadjaran, Vol. 08, No.01, 2015, akses terakhir 12 Mei 2024.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *