Menyelami Dilema Perempuan dalam Dunia Kerja

Peningkatan peran perempuan Indonesia dalam dunia kerja merupakan salah satu keberhasilan yang patut dirayakan. Data yang dihasilkan dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa selama periode 5 tahun terakhir, terjadi pertumbuhan yang relatif signifikan dalam tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan di Indonesia.

Peningkatan peran perempuan Indonesia dalam dunia kerja merupakan salah satu keberhasilan yang patut dirayakan. Data yang dihasilkan dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa selama periode 5 tahun terakhir, terjadi pertumbuhan yang relatif signifikan dalam tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan di Indonesia. Pada bulan Agustus 2020, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan 53,13 persen dan mengalami kenaikan pada Agustus 2016 sebesar 50,77 persen.

Peluang dan Stigma Perempuan

Kabar baik ini menjadi hal yang patut ditindaklanjuti oleh stakeholder agar potensinya dapat dioptimalkan. Dengan keseriusan untuk menjamin peran perempuan pekerja bukan tidak mungkin jika partisipasi aktifnya dapat mempengaruhi perekonomian Indonesia. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan di beberapa negara seperti di Malaysia oleh Azmi (2017) dan di Afrika oleh Appiah (2018) yang menyebutkan bahwa terdapat korelasi positif antara partisipasi tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Artinya, semakin banyak tenaga kerja perempuan yang aktif, maka berpotensi lebih besar mempengaruhi perekonomian negara secara positif. 

Namun, sayangnya peluang ini masih menyisakan tantangan di Indonesia. Khususnya pada stigma terhadap perempuan pekerja yang kerap muncul dari faktor budaya, nilai-nilai agamis, dan sikap etnis. Dengan beragam pandangan tentang perempuan dan perannya ini menjadi hal lumrah jika keputusan perempuan bekerja terkesan dilematis.

Maka, upaya untuk mengatasi stigma masyarakat perlu melibatkan edukasi, perubahan persepsi, dan penyesuaian norma-norma budaya yang ada. Penting untuk menyadari bahwa pemberdayaan perempuan tidak hanya memberikan manfaat individual, tetapi juga dapat berkontribusi pada pembangunan ekonomi secara keseluruhan, sesuai dengan temuan dalam penelitian yang telah disebutkan.

Faktor Pendukung Perempuan Berdaya

Nyatanya, terdapat banyak faktor yang menjadi alasan seorang perempuan harus menambah peran ‘tambahan’ di luar kodratnya di ranah domestik, seperti faktor ekonomi dan hak atas aktualisasi diri. Oleh karena itu, sebelum benar-benar terjun ke dunia kerja, seorang perempuan harus siap untuk menyeimbangkan diri agar peran internal dan eksternal tetap berjalan tanpa terabaikan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan di antaranya sebagai berikut:

  1. Faktor Internal: Pendidikan dan Keterampilan

Faktor utama yang mempengaruhi partisipasi perempuan dalam dunia kerja adalah tingkat pendidikan. Semakin banyak perempuan yang mendapatkan akses dan kesempatan untuk mengenyam pendidikan, semakin besar pula kemungkinan mereka terlibat dalam kegiatan ketenagakerjaan yang berkualitas

Penelitian dari Siphambe & Motswapong (2010) dan Ragoobur et al. (2011) memberikan data atau analisis lebih lanjut tentang hubungan antara pendidikan dan partisipasi perempuan dalam tenaga kerja di Indonesia. Dengan dasar adanya pendidikan dan keterampilan, pekerjaan yang dipilih oleh perempuan diharapkan telah dipertimbangkan matang untuk kemaslahatan semua pihak.

2. Faktor Eksternal: Dukungan dalam Kesetaraan

Selain itu, penting untuk diakui bahwa hak dan kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki dalam kegiatan perekonomian merupakan landasan penting. Pandangan ini sejalan dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia, di mana setiap individu, tanpa memandang jenis kelamin, memiliki hak untuk berpartisipasi secara penuh dan setara dalam kehidupan ekonomi, sosial, dan politik.

Melis (2017) mungkin memberikan wawasan lebih lanjut tentang konsep kesetaraan gender dalam konteks ekonomi dan bagaimana peningkatan peran perempuan dalam perekonomian dapat diukur atau dijelaskan. Dengan wujud kesadaran dalam kesetaraan ini, pihak-pihak terkait semoga dapat membangun lingkungan yang mendukung hak perempuan untuk berdaya.

Mari Berperan!

Akhirnya, penting bagi kita untuk memahami partisipasi perempuan di dunia kerja dengan kacamata yang lebih luas. Faktor pendorong partisipasi perempuan pekerja seperti ekonomi, kebutuhan aktualisasi, hingga peran pentingnya yang dinanti menjadi hal yang harus dipikirkan secara matang untuk memilih pekerjaan yang bisa membawa pada keseimbangan diri. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dan tantangan yang datang sebagai konsekuensi tentu juga menjadi bagian yang tak bisa diabaikan. Maka, mari saling bergandengan untuk memberikan kesempatan bagi setiap perempuan tumbuh tanpa mengabaikan peran utama yang menjadi fitrah, sebagai seorang ibu dan istri.

Referensi:

  • Asrahmaulyana. 2022. Perubahan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan dan Bagaimana Dampaknya Terhadap Kemiskinan. Jurnal Majemen dan Bisnis STIE Amkop Makassar.
  • Pujilestari, Triana. 2022. Analisis Kebutuhan Bekerja Tenaga Kerja Perempuan di Jawa Timur. Inonesian Journal of Human Resource Management. 1(1).
  • Dalilah, Farahiyah. 2021. Analisis Terhadap Partisipasi Kerja Perempuan pada Sektor Formal di Indonesia. Skripsi: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *