Ketika kita memikirkan evolusi, kita biasanya menganggapnya sebagai proses yang terjadi selama ratusan atau ribuan tahun. Namun, dalam penelitian yang baru-baru ini diterbitkan, tim yang dipimpin oleh Rick Relyea, Ph.D., seorang profesor ilmu biologi di Rensselaer Polytechnic Institute, menemukan bahwa spesies katak dapat berevolusi hanya dalam waktu 25 tahun.
Adaptasi ini didorong oleh sesuatu yang tampaknya tidak berbahaya: garam.
Garam telah digunakan untuk menghilangkan es di jalan selama 80 tahun di Amerika Serikat guna mengurangi kecelakaan mobil di musim dingin. Saat ini, penggunaan garam jalan empat kali lebih banyak dibandingkan tahun 1970-an. Namun, hanya sedikit penelitian yang telah dilakukan untuk melihat dampaknya terhadap lingkungan. Tim peneliti mulai menemukan bahwa ketika garam masuk ke air tawar, garam tersebut bisa membunuh hewan, menghambat pertumbuhan ikan, menyebabkan perubahan jenis kelamin pada katak, dan membuat hewan lebih rentan terhadap penyakit.
Amfibi, seperti katak, suka berkembang biak di lahan basah yang memiliki volume air lebih kecil dibandingkan dengan danau, sehingga garam dapat menumpuk di lahan basah hingga mencapai tingkat yang sangat tinggi. Dalam penelitian tim, konsentrasi garam tertinggi ditemukan di lahan basah dekat tempat parkir yang sudah ada selama 25 tahun, di mana tingkat garam hampir 100 kali lebih tinggi dibandingkan lahan basah alami. Tim menemukan bahwa dalam waktu hanya 10 generasi, katak kayu ini berevolusi untuk menjadi jauh lebih tahan terhadap garam.
Tim peneliti mengumpulkan telur katak dari sembilan populasi yang berbeda dan membiarkannya menetas menjadi berudu. Mereka kemudian memeriksa apakah berudu dari air yang lebih tercemar garam telah berevolusi menjadi lebih toleran terhadap garam. Berudu dari lahan basah yang paling asin hidup lebih lama saat terkena garam dibandingkan dengan delapan populasi lainnya dari daerah yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa mereka telah berevolusi untuk menjadi lebih tahan terhadap garam. Namun, ini tidak berarti bahwa katak akan bisa bertahan jika tingkat garam terus meningkat.
Tim berharap bahwa hasil penelitian ini akan membantu melindungi banyak spesies tanaman dan hewan yang terkena polusi garam.
Fakta amfibi ini berevolusi dengan cepat untuk mengatasi tingkat garam yang tinggi menunjukkan bahwa masih ada waktu untuk mencegah kepunahan, baik pada spesies ini maupun banyak spesies lainnya. Menggunakan lebih sedikit garam untuk melindungi lingkungan, sambil menjaga jalan tetap aman mungkin adalah salah satu cara yang dapat kita lakukan.
Hasil penelitian tim menunjukkan bahwa beberapa amfibi dapat beradaptasi dengan cepat terhadap beberapa racun lingkungan, tetapi tim juga memberi peringatan bahwa kita perlu mencari solusi ilmiah dan kebijakan untuk mengurangi polusi semacam itu.
Referensi :
[1] https://news.rpi.edu/2024/04/22/rensselaer-researcher-finds-frog-species-evolved-rapidly-response-road-salts diakses pada 31 Mei 2024
[2] Rick Relyea, Brian Mattes, Candace Schermerhorn, Isaac Shepard. Freshwater salinization and the evolved tolerance of amphibians. Ecology and Evolution, 2024; 14 (3) DOI: 10.1002/ece3.11069
Alumni S1 Kimia Universitas Negeri Makassar. Pengajar kimia, penulis di warstek.com.