Kerang remis merupakan bagian dari kelompok bivalvia yang melibatkan spesies dominan di berbagai ekosistem laut dangkal, air tawar, dan laut dalam. Salah satu karakteristik utama kerang remis adalah kemampuannya untuk menempel pada permukaan bawah air menggunakan struktur protein bernama byssus. Byssus ini memungkinkan kerang untuk bertahan di lingkungan yang beragam dan menjadi dasar adaptasi ekologi serta evolusinya.
Byssus terdiri dari serat kuat yang menghubungkan kerang dengan substrat seperti batu, logam, hingga plastik. Dalam ekologi, byssus memainkan peran penting karena memungkinkan kerang membentuk agregasi yang dikenal sebagai “mussel beds”. Agregasi ini tidak hanya meningkatkan biomassa tetapi juga menciptakan habitat bagi organisme lain. Selain itu, struktur byssus yang tangguh telah menginspirasi pengembangan bahan perekat bawah air di bidang teknologi.
Kerang sebagai Penapis dan Pemantau Polusi
Sebagai organisme filter-feeder, kerang remis menyaring air untuk mendapatkan nutrisi seperti plankton. Namun, proses ini juga memungkinkan kerang menelan partikel mikroplastik dan polutan lainnya, menjadikannya indikator ideal untuk studi polusi perairan. Konsep “mussel watch”, yang pertama kali diperkenalkan oleh Edward Goldberg, menggunakan kerang sebagai alat pemantauan polusi global, termasuk kontaminasi mikroplastik.
Adaptasi terhadap Lingkungan Ekstrem
Kerang remis menunjukkan kemampuan luar biasa dalam beradaptasi dengan lingkungan ekstrem, termasuk zona pasang surut yang penuh fluktuasi suhu dan salinitas. Mereka menyesuaikan osmolalitas cairan tubuhnya dengan lingkungan melalui mekanisme osmokonformasi yang melibatkan akumulasi taurina. Di habitat laut dalam seperti ventilasi hidrotermal, kerang dari genus Bathymodiolus mengembangkan simbiosis dengan bakteri kemosintetik yang memungkinkan mereka mendapatkan nutrisi tanpa perlu mencari makanan.
Kerang Remis dan Invasi Biologis
Beberapa spesies kerang remis diketahui sangat invasif, seperti Mytilus galloprovincialis dan Perna viridis. Mereka mampu menyebar ke habitat baru melalui ballast kapal atau menempel pada lambung kapal. Kemampuan ini sering mengganggu ekosistem lokal, sehingga diperlukan pengelolaan ketat terhadap aktivitas transportasi laut untuk mencegah invasi lebih lanjut.
Implikasi terhadap Ekosistem dan Manusia
Kerang remis memiliki peran penting dalam ekosistem sebagai insinyur lingkungan. Mussel beds tidak hanya mendukung biodiversitas tetapi juga memengaruhi dinamika ekosistem secara keseluruhan. Namun, kehadirannya dalam rantai makanan manusia membawa potensi transfer mikroplastik, yang menimbulkan perhatian serius terhadap kesehatan.
Manfaat Kerang sebagai Bahan Pangan
Kerang remis merupakan adalah salah satu makanan laut yang memiliki profil nutrisi yang sangat baik. Mereka tidak hanya lezat tetapi juga kaya akan nutrisi penting yang dapat mendukung kesehatan manusia, termasuk protein, asam lemak omega-3, vitamin, dan mineral. Dalam konteks kebutuhan nutrisi modern, kerang remis menawarkan alternatif berkelanjutan untuk sumber protein hewani lainnya.
Kandungan Omega-3 yang Tinggi
Asam lemak omega-3, khususnya EPA (eicosapentaenoic acid) dan DHA (docosahexaenoic acid), adalah komponen utama dalam kerang remis. Kandungan EPA dan DHA dalam 100 gram kerang remis yang dimasak dapat mencapai rata-rata 518,9 mg. Ini membuat kerang remis menjadi salah satu sumber alami omega-3 yang signifikan di luar ikan berlemak seperti salmon dan makarel.
Studi menunjukkan bahwa konsumsi kerang remis sebanyak tiga kali seminggu dapat meningkatkan kadar omega-3 dalam darah, yang dinilai melalui indeks omega-3. Selama dua minggu, peserta studi yang mengonsumsi kerang remis menunjukkan peningkatan kadar omega-3 dalam darah, termasuk EPA dan DHA, yang memberikan manfaat penting untuk kesehatan jantung.
Protein Berkualitas Tinggi
Kerang remis juga merupakan sumber protein berkualitas tinggi, dengan kandungan protein berkisar antara 12,6 hingga 24 gram per 100 gram. Protein yang terdapat dalam kerang remis mengandung semua asam amino esensial, menjadikannya pilihan yang baik untuk mendukung pertumbuhan otot dan fungsi tubuh lainnya. Konsumsi protein yang berasal dari kerang remis juga mendukung kebutuhan nutrisi harian tanpa dampak negatif terhadap keanekaragaman hayati laut.
Vitamin dan Mineral Penting
Selain kaya akan omega-3 dan protein, kerang remis juga mengandung berbagai vitamin dan mineral esensial. Di antaranya adalah:
- Vitamin B-kompleks, seperti vitamin B12, yang penting untuk fungsi saraf dan produksi energi.
- Mineral penting, termasuk seng, besi, dan selenium, yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh, kesehatan darah, dan aktivitas antioksidan.
Keberlanjutan dan Keamanan
Kerang remis merupakan salah satu makanan laut yang paling berkelanjutan. Mereka memiliki jejak karbon yang jauh lebih rendah daripada dengan sumber protein lainnya seperti daging sapi atau ayam. Di Skotlandia, misalnya, budidaya kerang remis menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah daripada produksi ikan salmon atau daging terestrial lainnya.
Meskipun demikian, keamanan pada jenis pangan ini sangat bergantung pada kualitas ekosistem di tempat tinggalnya. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk menjaga kebersihan wilayah perairan yang menjadi habitat bagi berbagai hewan sumber pangan.
Kontaminasi Perairan dan Dampaknya Terhadap Kerang Remis
Muara Angke, Jakarta, merupakan salah satu area dengan tingkat pencemaran tertinggi di Teluk Jakarta. Penelitian terbaru menyoroti kandungan logam berat dalam kerang remis hijau (Perna viridis), salah satu komoditas makanan laut populer di wilayah ini, serta dampaknya terhadap kesehatan ekosistem dan reproduksi organisme tersebut.
Kandungan Logam dalam Kerang Remis
Analisis terhadap 29 jenis logam menunjukkan bahwa kadar arsenik (As), tembaga (Cu), nikel (Ni), seng (Zn), dan merkuri (Hg) dalam jaringan kerang melebihi batas maksimum yang diizinkan untuk biota laut menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 51 Tahun 2004. Dari segi keamanan pangan, hanya As yang melebihi ambang batas aman dalam Peraturan Badan POM RI No. 5 Tahun 2018.
Kandungan logam lainnya, seperti aluminium (Al), perak (Ag), dan titanium (Ti), juga berada dalam jumlah signifikan, meskipun belum diatur dalam peraturan Indonesia. Temuan ini mengindikasikan potensi kontaminasi dari aktivitas antropogenik, seperti limpasan industri dan aktivitas perkotaan.
Dampak terhadap Gonad Kerang
Histopatologi gonad kerang menunjukkan 25% individu mengalami patologi, dengan kerusakan lebih banyak terjadi pada betina (50%) daripada jantan (8%). Kondisi patologi yang umum adalah atresia, yaitu proses degenerasi oosit, serta infiltrasi hemosit dan fokus inflamasi.
Namun, meski terdapat indikasi patologi pada jaringan reproduksi, penelitian ini menemukan bahwa reproduksi kerang tidak terlalu terganggu secara signifikan. Hal ini mungkin karena kemampuan adaptasi kerang terhadap pencemaran.
Pengaruh Pada Ekologis dan Kesehatan
Penemuan ini menjadi peringatan penting untuk perlindungan ekosistem di dalam Muara Angke. Pencemaran logam berat tidak hanya mengancam keberlanjutan populasi kerang hijau, tetapi juga memiliki dampak, baik secara langsung maupun jangka panjang terhadap kesehatan manusia yang mengonsumsinya.
Referensi
W Koagouw, et al. 2022. Metals in green mussels: is there any effect on their reproduction? A preliminary study of Muara Angke, Jakarta Bay. IOP Conf. Ser.: Earth Environ. Sci. 1027 012004. Diakses pada 11 Desember dari https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/1027/1/012004/pdf
Inoue, K., Onitsuka, Y. & Koito, T. 2021. Mussel biology: from the byssus to ecology and physiology, including microplastic ingestion and deep-sea adaptations. Fish Sci 87, 761–771. https://doi.org/10.1007/s12562-021-01550-5. Diakses dari https://link.springer.com/article/10.1007/s12562-021-01550-5
Carboni, et al. 2019. Mussel Consumption as a “Food First” Approach to Improve Omega-3 Status. Diakses pada 11 Desember 2024 dari https://www.mdpi.com/2072-6643/11/6/1381