Anda pasti jarang atau tidak pernah mendengar buah takokak. Nama takokak terlalu asing di telinga anda, mungkin terung pipit lebih familiar? Jika belum pernah mendengarnya juga, inilah saatnya bagi anda untuk berkenalan dengan tanaman ini. Takokak atau sering juga disebut terung pipit merupakan salah satu tanaman yang termasuk dalam famili Solanaceae atau terung-terungan. Tanaman ini memiliki nama ilmiah, Solanum torvum (S. torvum), dalam berbagai kebudayaan tanaman ini dikenal juga sebagai rimbang, sundakai, mini-eggplant atau turkey berry.

Sumber: pixabay.com by najibzamri
         Berdasarkan data dari ISC CABI (Invasive Species Compendium Centre for Agriculture and Bioscience International), Tanaman ini memiliki ciri-ciri diantaranya memiliki ukuran pohon yang relatif kecil (tinggi 0,8 – 3 meter), batang yang lebih muda berwarna hijau keunguan, tetutupi bulu yang lebat dan terkadang ditutupi duri dengan kisaran panjang 3-7mm. Selain itu, batang pohon yang telah tua berwarna kecoklatan atau coklat kehijauan tanpa bulu. Tanaman ini banyak ditemukan tumbuh liar. S. torvum dapat bertunas dari akarnya, membentuk semak lebat yang mampu menutupi lahan pertanian dan padang rumput, serta memungkinkan untuk menggeser keberadaan vegetasi asli disana.
Takokak biasanya digunakan untuk apa?
Tanaman ini biasanya digunakan oleh masyarakat sebagai bahan pangan, namun karena mulai banyak penelitian ilmiah terkait pemanfaatan takokak sehingga tanaman ini seringkali dijadikan bahan pengobatan. Pemanfaatan tanaman ini sebagai bahan obat-obatan dihubungkan dengan kandungan metabolit sekunder atau senyawa bioaktif yang relatif berbeda antara satu organ dengan organ lainnya. (Silalahi, 2019).

Sumber: Wikipedia
         Berdasarkan pengujian, terdapat 32 jenis senyawa dengan komponen yang terdiri dari senyawa phenolik, asam palmitat, ester asam palmitat, terpenoid, linolenyl alkohol, asam lonoleat, estem asam linolenat dan asam stearat ditemukan pada daun dari Solanum torvum ini. (Naimon et al., 2015) Pada bijinya terdapat 31 jenis senyawa fitokimia (Khatoon dalam Silalahi, 2019) Pada kulit buahnya terdapat kandungan senyawa flavanoid dan polifenol (M Sivapriya, R Dinesha, R Harsha, 2011)

Sumber: Wikipedia
         Kekayaan kandungan senyawa bioaktif pada tanaman Solanum tovum ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Misalnya, kandungan saponin, alkaloid, tanin, flavonoid, dan vitamin A yang terkandung dalam daun Solanum torvum biasa dimanfaatkan sebagai zat antioksidan yang mampu melindungu jaringan tubuh dari efek negatif radikal bebas (Chang dalam Ratnawati et al., 2013). Adapun kulit dari buah takokak ini terbukti efektif dalam menghambat laju perkembangan bakteri akibat adanya kandungan flavanoid dan polifenol yang dikandungnya (M Sivapriya, R Dinesha, R Harsha, 2011).
Apa itu flavanoid dan polifenol?
        Senyawa polifenol merupakan suatu kelompok senyawa fitokimia yang bisa ditemukan pada buah, sayuran dan beragam tanaman. Kelompok senyawa ini memiliki aktivitas pada gugus fungsinya yang mampu menerima muatan negatif radikal bebas. Istilah polifenol digunakan untuk mendeskripsikan struktur umum pada senyawa dalam kelompok ini (Watson et al., 2014). Sedangkan Flavonoid atau bisa disebut bioflavonoid, merupakan salah satu senyawa kelompok polifenol yang bersifat antioksidan. Senyawa ini dapat ditemukan pada tanaman. Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder, yakni suatu senyawa organik yang tidak memberikan kontribusi secara langsung terhadap pertumbuhan atau perkembangan tanaman. Pada beberapa tanaman, senyawa ini memiliki peran untuk melindungi tanaman dari mikroba atau serangga. (Keller, 2009). Lebih dari 4.000 flavonoid telah diidentifikasi dalam buah-buahan, sayuran, dan minuman nabati, seperti teh dan anggur, dan daftarnya terus bertambah (Daglia, 2012).
Bagaimana senyawa flavanoid dan polifenol dapat menghambat laju perkembangan bakteri?
Senyawa Polifenol dan flavanoid telah banyak diteliti untuk diamati seberapa besar pengaruh aktivitas antimikroba yang dimiliki terhadap beberapa mikroorganisme. Diantara senyawa dalam kelompok polifenol, senyawa seperti flavan-3-ol, flavonol, dan tanin mendapat perhatian paling besar untuk diteliti karena banyak ditemukan serta aktivitas antimikroba yang dimiliki senyawa-senyawa tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan polifenol lain (Daglia, 2012). Pada gambar dibawah ini merupakan hubungan antara senyawa polifenol & flavonoid dengan mikrobakteri yang dapat dilawannya.
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa senyawa flavan-3-ol, flavonol dan tanin memiliki aktivitas antimikroorganisme yang lebih luas dibandingkan dengan senyawa polifenol yang lain seperti asam fenolat dan neolignan.
Sejauh ini, hubungan antara struktur kimia dari senyawa flavonoid dengan aktivitas antimikroba tidak dapat ditentukan secara pasti. Hal tersebut dikarenakan untuk setiap senyawa flavonoid memiliki target bakteri yang berbeda-beda.
Bagaimana cara ekstraksi senyawa flavanoid dan polifenol dari kulit buah takokak?
Penelitian ini dilakukan oleh M Sivapriya, R Dinesha, R Harsha pada tahun 2011, dimana kandungan flavanoid dan polifenol dapat diekstraksi dengan cara melarutakan 10 gram bubuk kulit takokak dengan beragam pelarut pada volume 100 mL, yaitu Air, Etanol, Air:Etanol (1:1), heksana dan aseto pada masing-masing tabung. Proses pencampuran menggunakan alat vortex selama 15 menit, kemudian didiamkan satu malam pada suhu 4 oC. Hasilnya kemudian disentrifus selama 20 menit pada 4 oC dengan 10.000 rpm. Ekstrak dengan air (WE) kemudian di-lyphillize pada suhu 37 oC. Ekstrak dengan Air:Etanol (EWE) diuapkan pada suhu 37 oC hingga alkohol menguap dan di-lyphillize pada suhu 37 oC. Begitupula Ekstrak dengan Etanol (E), Heksana (HE) dan Aseton (AE) dilakukan penguapan pada suhu 37 oC.
Seluruh hasil ekstraksi telah diujikan dengan membandingkan aktivitas antimikrobakterinya dengan zat antibiotik, chlorampenicol dan streptomycin. Namun, berdasarakan data yang diperloeh diketahui bahwa hanya terdapat dua pelarut yang teruji efektif dapat menunjukan aktivitas antimikrobakteri terhadap bakteri patogenik (E Coli, V. cholerae, S. aurenus, B. subtilis, S. cibrum, S. typhimurium, dan Pseudomonas sp.) yaitu Air dan Air:Etanol.
Ekstrak takokak dengan Air, Etanol dan Air:Etanol memiliki potensi yang hampir sama dengan zat antibakteri dalam mencegah pertumbuhan bakteri. Hal ini ditunjukan melalui pengujian ekstrak kulit takokak dengan beragam pelarut terhadap agar-agar untuk melihat nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dan menunjukan nilai antara 9,6 – 19.2 µg/mL yang dibandingkan dengan nilai MIC antibiotik yakni 11,7 -20 µg/mL.
Disamping itu, ekstrak kulit takokak dengan Air, Etanol dan Air:Etanol mengandung lebih banyak zat flavanoid dan polifenol dibandingkan dengan ekstrak kulit takokak menggunakan heksana dan aseton.
Lalu potensi ini bisa digunakan untuk apa saja?
Melalui penelitian ini kita belajar bahwa kulit buah takokak sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai zat antimikroba yang dapat diaplikasikan dalam berbagai hal. Misalnya di bidang medis sebagai inhibitor bakteri-bakteri patogenik tertentu atau bisa juga diaplikasikan dalam suatu produk semisal plastik kemasan makanan agar terhindar dari bakteri yang rawan hinggap sehingga mampu meningkatkan keawetan dari makanan yang dikemas.
Referensi:
- ISC CABI. (n.d.). Solanum torvum (turkey berry). Invasive Species Compendium CABI (Centre for Agriculture and Bioscience International. Retrieved October 26, 2020, from https://www.cabi.org/isc/datasheet/50559
- Silalahi, M. (2019). Solanum Torvum Dan Bioaktivitasnya. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, 5(2), 133–142. https://doi.org/10.33485/jiik-wk.v5i2.114
- Naimon, N., Pongchairerk, U., & Suebkhampet, A. (2015). Phytochemical analysis and antibacterial activity of ethanolic leaf extract of solanum torvum sw. against pathogenic bacteria. Kasetsart Journal – Natural Science, 49(4), 516–523.
- M Sivapriya, R Dinesha, R Harsha, S. S. . G. and S. (2011). Antibacterial Activity of Different Extracts of Sundakai (Solanum torvum) Fruit Coat. International Journal of Biology Chemistry, 5(1), 61–67. https://doi.org/10.3923/ijbc.2011.61.67
- Ratnawati, J., Riyanti, S., & Fitriani, H. (2013). Uji Aktivitas Antioksidan Daun Takokak (Solanum torvum Swartz) Secara Invitro Dengan Metode DPPH (1,1 difenil-2-pikrilhidrazil Antioxidant activity of the takokak leaf (Solanum torvum Swartz) by DPPH (1,1 diphenyl-2-picrylhydrazyl) in vitro method. Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia, 6(2), 105–109.
- Daglia, M. (2012). Polyphenols as antimicrobial agents. Current Opinion in Biotechnology, 23(2), 174–181. https://doi.org/10.1016/j.copbio.2011.08.007 Watson, R. R., Preedy, V. R., & Zibadi, S. (2014). Polyphenols in Human Health and Disease. Elsevier Science & Technology. http://ebookcentral.proquest.com/lib/indonesiau-ebooks/detail.action?docID=1517437