Tranformasi Sampah Kulit Bawang Menjadi Kertas Aktif Pengemas Pangan

Ditulis Oleh Dea Widyaastuti Pengemasan sangat penting dalam menjaga kualitas, mencegah kerusakan, serta menjamin keamanan dari suatu produk pangan. Dalam […]

blank

Ditulis Oleh Dea Widyaastuti

Pengemasan sangat penting dalam menjaga kualitas, mencegah kerusakan, serta menjamin keamanan dari suatu produk pangan. Dalam beberapa dekade terakhir, penggunaan bahan pengemas produk pangan berupa plastik mengalami peningkatan, seiring meningkatnya produksi dan konsumsi pangan. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Plastics Europe pada tahun 2017[1], terjadi peningkatan produksi plastik dunia dari 322 juta ton plastik (2015) menjadi 335 juta ton (2016) dan terjadi peningkatan setiap tahunnya. Di samping itu, sebanyak 19,3% plastik tersebut merupakan plastik yang diperuntukkan sebagai pengemas pangan. Jika tidak ada upaya dalam penanggulan hal tersebut, maka dampak negatif seperti pemanasan global dan terancamnya keseimbangan ekosistem semakin meningkat. Dengan demikian, perlu dilakukan upaya terkait pengurangan konsumsi plastik untuk menjaga kelestarian lingkungan. Dalam hal ini, penelitian terkait biodegradable plastic (plastik yang dapat terurai oleh mikroorganisme tanah) terus dikembangkan dalam rangka mencari alternatif pengemas plastik konvensional. Selain itu, pengemas aktif yang terbuat dari kertas atau disebut sebagai kertas aktif sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pengemas pangan ramah lingkungan.

Kemasan kertas aktif dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada buah-buahan, sayuran, dan daging. Pengemas aktif antimikroba dapat diperoleh dengan cara menambahkan senyawa alami dari tanaman yang meliputi ekstrak rempah-rempah: kayu manis, cengkeh dan beberapa yang telah menunjukkan aktivitas antimikroba[2]. Penelitian terkait kertas aktif sebagai pengemas pangan telah dilakukan sejak tahun 2015 oleh dosen dan mahasiswa Program Studi Ilmu Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Pembuatan dan karakterisasi kertas aktif dengan penambahan oleoresin jahe emprit[3], ampas jahe[4], kayu manis[5], ampas hasil pengepresan rimpang temulawak[2], dan ampas destilasi sereh dapur[6] telah dilakukan. Pemanfaatan rempah-rempah dalam pembuatan kertas aktif ini dilakukan dalam rangka eksplorasi potensi komoditas lokal, sehingga mampu meningkatkan nilai jual dan fungsionalnya.

Penulis dan tim dengan bimbingan Bapak Ir. Kawiji, M.P. melakukan penelitian [Maaf Artikel Terpotong, baca selengkapnya di buku berikut (klik gambar)]

blank

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *