Kita sering melihat di tayangan-tayangan televisi seseorang dapat menjelajahi waktu, baik ke masa depan maupun masa lalu. Lalu apakah di kehidupan nyata hal itu dapat kita lakukan? Well, melakukan perjalanan ke masa depan ataupun masa lalu tidak semudah yang diperkirakan. Ilmuwan-ilmuwan telah meneliti dan mengkaji kemungkinan manusia menjelajahi waktu jauh sebelum film-film tersebut tayang.
Albert Einstein pernah mengemukakan teori relativitas khususnya pada tahun 1905. Teori relativitas khusus menunjukkan bahwa “kecepatan membuat waktu bersifat relatif” (Sri Jumini. 2015). Dari konsep teori relativitas khusus ini, muncullah istilah dilatasi waktu. Dilatasi waktu adalah konsekuensi dari teori relativitas khusus dimana dua pengamat yang bergerak relatif terhadap satu sama lain akan mengamati bahwa jam pengamat lain berdetak lebih lambat dari jamnya. Hal ini dapat terjadi karena waktu berjalan secara berbeda bagi seseorang yang bergerak cepat, dibandingkan dengan seseorang yang diam.
Sebagai contoh, orang yang bergerak dengan pesawat akan mengalami waktu lebih cepat dibanding dengan seseorang yang diam, selagi pesawat itu terbang. Tetapi kita tak bisa merasakannya karena kita membutuhkan kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya agar terasa bedanya. Secara matematis hubungan tersebut dapat dinyatakan:
dengan :
t = selang waktu yang terukur oleh pengukur yang bergerak relatif (di luar sistem)
t’ = selang waktu yang terukur oleh pengukur yang diam (dalam satu sistem)
v = kelajuan relatif pengukur (m/s)
c = kecepatan cahaya dalam ruang hampa
Pergi ke Masa Depan
Dalam kehidupan nyata pergi ke masa depan bukanlah hal yang mustahil. Paradoks kembar telah membuktikan permasalahan ini. Dalam paradoks ini, salah satu dari dua saudara kembar bergerak mendekati kecepatan cahaya menuju luar angkasa dan kemudian kembali lagi ke bumi. Ketika dia kembali, ternyata dia (yang pergi ke luar angkasa) mendapati dirinya berumur lebih muda daripada saudara kembarnya.
Orang yang pertama kali menjelaskan laju usia kedua anak kembar tersebut adalah Langevin (1911). Menurutnya, hanya orang yang melakukan perjalanan yang mengalami percepatan (mengalami perubahan arah kecepatan), percepatan inilah yang menjadi penyebab ketidaksamaan (bukan usia itu sendiri). Ia menganggap efek itu sebagai suatu kejadian dari gerak mutlak. Dari persamaan diatas pula, seseorang dapat pergi ke masa lalu bila kelajuan relatif pengukur (v) bernilai mendekati kecepatan cahaya (c).
Pergi ke Masa Lalu
Berbeda dengan pergi ke masa depan, perjalanan ke masa lalu jauh lebih rumit. Sejauh ini, perjalanan ke masa lalu masih tidak mungkin untuk dilakukan (bukan mustahil). Misalnya saja jika ada seseorang pergi ke masa lalu, dan membunuh ibunya ketika masih gadis. Jika gadis tersebut mati, ibunya tak akan bisa melahirkannya. Tapi, jika ia tak pernah dilahirkan, ia tak akan pergi ke masa lalu untuk membunuh ibunya. Terdengar membingungkan dan tidak masuk akal bukan?
Paradoks ini dapat terjadi jika seseorang tersebut dapat pergi ke masa lalu, yang mana tidak mungkin dilakukan. Jika kita pergi ke masa lalu dan mengubah alur kehidupan, ini berarti kita telah melanggar aturan kausalitas. Kausalitas adalah aturan yang mengatakan penyebab terjadi sebelum akibat. Menurut para ahli, alam semesta memiliki aturan kausalitas sehingga pergi ke masa lalu pasti tidak mungkin (atau belum) bisa dilakukan.
Daftar Pustaka :
- Jumini, Sri. (2 November 2015). “Relativitas Einstein Terhadap Waktu Ditinjau Dari Al-Quran Surat Al-Ma’arij Ayat 4”. https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/syariati/article/view/1110/604 (akses tanggal 29 Oktober 2020)
- Kustanto, Hary dan Raden Oktova. (Januari 2016). “Paradoks Si Kembar Dalam Teori Relativitas Khusus Sebagai Materi Pengayaan Fisika di SMA”. Magelang.
- RM, Anisah. (26 Desember 2019). “Dilatasi Waktu 1”. https://osf.io/preprints/inarxiv/2bhpg/ (akses tanggal 29 Oktober 2020)
- Sainstory. “Tanpa Tahun”. Bagaimana Membangun Mesin Waktu. https://sainstory.wordpress.com/2010/07/07/bagaimana-membangun-mesin-waktu/ (akses tanggal 29 Oktober 2020)
- Wardhana, Agradhira Nandi. (6 Juli 2020). “Curious Kids: apakah manusia bisa menjelajahi waktu?” https://theconversation.com/curious-kids-apakah-manusia-bisa-menjelajahi-waktu-141882 (akses tanggal 29 Oktober 2020)