Mengenali minyak atsiri akan sangat penting juga mempelajari sifat kimia dan biologi dari minyak atsiri. Selain hal-hal yang dibahas pada tulisan sebelumnya mengenai pengertian, sumber dan manfaat. Tantangan tersendiri memang untuk memahami beragamnya jenis tanaman, komponen dan konstituen dari setetes minyak atsiri. Katakanlah untuk minyak bunga mawar (rose oil), minyak mawar jenis Mawar Damaskus (Rosa damascena) misalnya, untuk memperoleh minyak mawar diperlukan proses ekstraksi dengan metode steam distillation. Empat puluh kilogram mawar menghasilkan 1 Liter minyak yang mengandung lebih dari 300 komponen, diketahui urutan komponen utama yang terkandung antara lain: citronellol, phenyl ethanol, geraniol, nerol, farnesol, dan stearpoten [2].
Ada hal-hal lainnya mengenai minyak atsiri yang perlu diketahui oleh sahabat warstek. Beberapa hal menarik tentunya akan dikupas dalam serba-serbi lanjutan kali ini. Simak sampai selesai ya.
Kimia dan Biologi Minyak Atsiri
Mendalami minyak atsiri adalah hal yang menarik dan seru. Variasinya yang sangat beragam dan aroma-aroma yang khas menenangkan, menjadi sebuah petualangan eksplorasi yang seakan tidak ada habisnya. Hal pertama barangkali yang menarik diketahui sebelum melakukan proses eksploitasi dari berbagai sumber tanaman potensial atsiri, sahabat warstek harus tentunya mengetahui sifat-sifat kimia dan biologi dari minyak atsiri. Serius? Banyak lho jumlahnya. Mengenali sifat-sifat ini akan mempermudah sahabat warstek dalam melakukan pengelolaan dan metode produksi yang sesuai. Nah, pada bahasan selanjutnya ini akan diulas setidaknya secara umum sifat minyak atsiri dari segi kimia dan biologi.
Kimia Minyak Atsiri
Kandungan minyak atsiri, seperti yang telah disebut sebelumnya, memiliki kandungan yang amat beragam secara kualitatif maupun kuantitatif. Beragamnya kandungan dalam setetes minyak atsiri dipengaruhi oleh dua hal, yaitu: faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik yang dimaksud adalah keadaan lingkungan tanaman berada (kondisi tanah, iklim), serta faktor ekstrinsik berhubungan dengan proses ekstraksi dan lingkungan produksi minyak.
Kandungan minyak atsiri dalam tanaman terletak di bagian sitoplasma tertentu dari sel sekresi tumbuhan. Komponen yang mudah menguap (volatile compounds) utamanya adalah golongan Terpen, selain itu ada juga golongan alkohol, eter, aldehida, keton, ester, amin, amida, fenol dan lainnya. Golongan kimia yang disebutkan tadi memberikan sifat aromatis tertentu yang juga beragam, semisal beraroma buah ((E)-nerolidol); aroma bunga (Linalool); aroma jeruk (Limonene); aroma herbal (gamma-selinene), dan lainnya [1]. Komponen yang mudah menguap/ Volatile organic compounds merupakan komponen organik yang mudah menguap pada suhu kamar. Komponen organik ini adalah zat kimia yang mengandung gugus karbon (C) dan umum sekali ditemui pada semua jenis makhluk hidup [3]. Sifat kimiawi komponen yang mudah menguap tersebutlah yang menjadikan penanganan dan pengolahan minyak atsiri harus dilakukan secara hati-hati.
Biologi Minyak Atsiri
Sifat biologi yang terkandung dalam minyak atsiri, seperti pada artikel ilmiah yang terbit di jurnal National Center for Biotechnology Information, memaparkan ada 7 sifat yang berkaitan dengan aktivitas biologi minyak atsiri. Berikut ini akan warstek uraikan secara singkat.
Pertama, aktivitas antibakteri. Minyak atsiri maupun konstituensi yang terkandung didalamnya dapat memiliki aktivitas biologi dengan target tunggal maupun banyak target. Pada umumnya minyak atsiri mengandung sejumlah komponen fenolik dalam jumlah yang tinggi, seperti karvakrol, eugenol, dan timol. Komponen-komponen tersebut berperan sebagai aliran elektron dan koagulasi sel. Komponen timol, eugenol dan karvakrol memiliki efek yang luas dalam melawan bakteri, antara lain: Escherichia coli dan Salmonella enterica. Lebih lanjut, minyak atsiri terbukti mampu menahan laju pertumbuhan dan mengurangi jumlah bakteri penyebab patogen dalam makanan, seperti baketri Salmonella spp., E. coli O157:H7, dan Listeria monocytogenes.
Kedua, aktivitas antioksidan. Penelitian mengenai sifat antioksidan pada minyak atsiri telah banyak dilakukan. Potensi manfaat antioksidan dalam komponen minyak atsiri bergantung pada komposisi minyak atsiri. Studi-studi yang telah dilakukan, menunjukkan jika komponen fenolat dan metabolit sekunder dengan ikatan rangkap terkonjugasi, biasanya memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Minyak atsiri juga menunjukkan fungsi sebagai agen hepatoprotektif dalam mengatasi penuaan di asam lemak tak jenuh rantai panjang pada mamalia, khususnya rantai panjang asam C20 dan C22.
Ketiga, aktivitas anti inflamasi. Ketika mengalami cedera atau kerusakan jaringan pada kulit misalnya, maka peradangan adalah repons perlindungan yang normal dan bentuk untuk melawan mikroorganisme/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh juga. Aktivitas anti inflamasi minyak atsiri tidak hanya dikaitkan dengan aktivitas antioksidan, namun juga kemampuan sifat anti inflamasi dalam meredakan efek peradangan yang timbul pada kulit ketika mendapat gangguan dari luar.
Keempat, aktivitas anti kanker. Berbagai atribut khasiat yang melekat pada minyak atsiri, menjadikan sejumlah peneliti saat ini melakukan eksplorasi khasiat minyak atsiri sebagai anti kanker yang bersumber dari bahan alam. Komponen D-limonene sebagai komponen utama dalam minyak atsiri citrus telah terbukti mampu berdampak baik mengatasi kanker lambung dan hati. Minyak atsiri baik dalam pencegahan kanker dan proses pengangkatan kanker/ tumor.
Kelima, sifat toksisitas. Uji toksisitas pada tahap in vitro menunjukkan minyak Cyperus rotundus (teki ladang) dengan kandungan utama komponen seperti cyperene dan alpha-cyperone berdampak efektif secara signifikan terhadap peningkatan fragmentasi DNA apoptosis dalam menangani sel leukimia L1210. Komposisi kimia yang kompleks juga menjadikan minyak atsiri dengan campuran yang bersifat lipofilik membuat minyak atsiri mampu menembus membran sel dan mampu mengurai lapisan polisakarida, fosfolipid dan asam lemak.
Keenam, aktivitas alelopati. Istilah “alelopati”, menurut kesepakatan oleh International Allelopathy Society (IAS) merupakan sebuah cabang ilmu yang mempelajari setiap proses yang melibatkan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tumbuhan, algae, bakteri dan jamur yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sistem pertanian dan biologi. Secara alami, metabolit sekunder dihasilkan oleh organisme maupun mikroorganisme untuk mekanisme pertahanan bagi mereka, metabolit sekunder ini dinamakan alelokimia. Minyak atsiri dengan alelokimianya dapat berperan sebagai herbisida yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Ketujuh, aktivitas insektisida dan penolak nyamuk. Beragamnya senyawa komponen dalam minyak atsiri juga memberikan khasiat sebagai insektisida dan penolak nyamuk. Sejumlah penelitian telah menunjukkan jika sejumlah senyawa memiliki aktivitas biologis yang mampu memberikan efek buruk bagi serangga. Minyak atsiri jenis serai wangi, lavender dan geranium biasa digunakan sebagai bahan penolak nyamuk.
Nah, bagaimana sahabat warstek? Apakah produk-produk berbasis minyak atsiri menjadi hal menarik untuk dicoba? Kini, sudah tersedia juga produk lokal yang menawarkan perawatan kulit dengan kandungan minyak atsiri yang tidak hanya menyehatkan, tetapi juga mempercantik kulitmu lho. Salah satunya brand yang diluncurkan oleh de ‘Reinez, sahabat warstek dapat ketahui lebih lanjut tentang produknya di sini. Ramah dan menyenangkan lho konsultasinya.
Referensi:
[1]. Dhifi, Wissal, et. all. 2016. Essential Oils’ Chemical Characterization and Investigation of Some Biological Activities: A Critical Review. NCBI doi.: 10.3390/medicines3040025
[2]. Esoteric Oils. 2020. Damask Rose Essential Oil Information. https://essentialoils.co.za/essential-oils/rose.htm diakses pada 22 November 2020
[3]. S.S. Anand, B.K. Philip, H.M. Mehendale. 2014. Volatile Organic Compounds. Science Direct doi.: https://doi.org/10.1016/B978-0-12-386454-3.00358-4
Pembelajar | Penikmat kopi | DIII Teknik Kimia Undip Alumni | Semarang | @nailulizzaaah