Pandemi Covid-19 merupakan masalah yang serius dan tidak terprediksi. Program vaksinasi merupakan salah satu cara untuk menghentikan pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Berdasarkan data yang didapatkan dari kementerian Kesehatan Republik Indonesia, tercatat jumlah penduduk yang sudah divaksinasi lengkap di Indonesia per 31 Agustus 2021 pukul 12.00 sebanyak lebih dari 35 juta orang dan 63,5 juta orang yang baru mendapatkan vaksin dosis pertama [1]. Target sasaran yang akan dicapai untuk program Vaksinasi di Indonesia adalah 208 juta orang yang mana itu adalah target yang hendak dicapai untuk mengarah ke herd immunity. Dengan target sebanyak itu, artinya baru 30,5 persen penduduk sasaran vaksinasi Indonesia yang mendapatkan dosis pertama.
Gambar di atas merupakan jalur distribusi yang panjang dalam pengiriman vaksin. dimana tantangannya adalah menjaga vaksin tetap dalam kondisi aman selama mobilitas dari produsen menuju konsumen bahkan hingga ke daerah terpencil. Permasalahannya adalah waktu penyimpanannya yang cukup singkat sehingga tidak mampu dalam menjaga vaksin yang mana membutuhkan waktu berhari-hari untuk ke daerah terpencil, seperti daerah 3T
Melihat permasalahan tersebut, 5 Mahasiswa UGM yang terdiri dari Muhammad Rizqiansyah (Teknik Fisika 2018), Ananda Fikri Nugroho (Teknik Fisika 2018), Devara Zain Al Adid (Teknik Elektro 2018), Kaninda Khairunnisa (Teknik Fisika 2019), dan Fauzian Sekar Indrasyah (Farmasi 2019) mengembangkan alat penyimpan vaksin dengan membuat rancangan desain dimana terdapat fitur monitoring suhu, memerlukan biaya yang lebih terjangkau dalam pembuatannya dengan karakteristik penyimpanan lebih lama sekaligus hemat energi [3]. Alat penyimpan vaksin tersebut dinamakan Smart Vaccine Tube berbasis Teknologi Superthermos sebagai Solusi Mobilitas Vaksin Covid-19 yang Praktis dan Ramah lingkungan di bawah bimbingan Dr. Nur Abdillah Siddiq S.T.
Ketua Tim Rizqiansyah memaparkan alat yang dirancang memanfaatkan aluminium bubble foil dan sterofoam. Di dalam alat terdapat empat layer. Ruangan dalam alat didinginkan dengan menggunakan peltier. Vaksin berada pada temperatur yang sesuai dengan mekanisme ruang isolator dimana tidak ada kalor yang terserap dan terlepas ke lingkungan. Alat ini mempunyai fungsi monitoring dimana kita dapat melihat temperatur dalam alat yang ditampilkan pada LCD di bagian penutup luar alat. Lalu ada indikator LED dimana jika suhu berada di antara 2,5-7,5 C akan berwarna hijau, jika antara 2-2,5 C atau 7,5-8 C akan berwarna kuning dan di luar 2-8 C akan berwarna merah. Juga, terdapat wadah vaksin yang berfungsi sebagai dudukan vaksin agar terhindar dari goncangan.Beratnya yang cukup ringan sehingga dapat memudahkan pengguna dalam menggendongnya layaknya tas.
Referensi:
[1] https://vaksin.kemkes.go.id/#/vaccines diakses pada 31 Agustus 2021
[2] https://www.gatesnotes.com/health/the-big-chill diakses pada 31 Agustus 2021
[3] https://ugm.ac.id/id/berita/21615-mahasiswa-ugm-kembangkan-alat-penyimpanan-vaksin-covid-19 diakses pada 31 Agustus 2021