Pada 5 Februari 2025, tim peneliti dari Columbia University membuat penemuan yang menarik di dunia ilmu saraf. Mereka menemukan jenis neuron baru di batang otak tikus yang memiliki peran vital dalam menghentikan rasa lapar, atau dengan kata lain, memerintahkan tubuh untuk berhenti makan. Temuan ini berpotensi membuka peluang baru untuk mengembangkan terapi yang lebih efektif dalam mengatasi obesitas, masalah kesehatan yang semakin merajalela di seluruh dunia.
Apa Itu Neuron yang Mengatur Rasa Kenyang?
Sistem otak yang mengatur rasa lapar dan kenyang pada manusia dan hewan sangat kompleks dan melibatkan banyak bagian otak. Beberapa area otak bekerja untuk memantau makanan yang masuk ke tubuh, seperti mengukur rasa kenyang atau bagaimana tubuh merespons makanan yang dikonsumsi. Namun, dalam penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Cell, ditemukan bahwa sebagian besar neuron dalam sistem ini tidak mengambil keputusan terakhir untuk berhenti makan. Temuan ini membuka jalan baru dalam penelitian untuk memahami cara kerja otak dalam mengatur asupan makanan.
Tim peneliti menemukan jenis neuron khusus yang terletak di batang otak tikus, yang memiliki tugas utama untuk memberi sinyal pada tubuh agar berhenti makan. Penemuan ini berpotensi menjadi dasar untuk mengembangkan pengobatan baru yang bisa membantu penderita obesitas.
Baca juga: Apa Itu Obesitas Abdominal? Ketahui Jenis Obesitas Ini dan Risikonya Terhadap Penyakit Jantung
Bagaimana Cara Kerja Neuron-Neuron Ini?
Neuron-neuron yang ditemukan oleh para peneliti ini berada di batang otak, yang merupakan bagian paling primitif dan penting dari otak vertebrata. Keunikan batang otak adalah bahwa bagian ini hampir identik di semua vertebrata, termasuk manusia. Oleh karena itu, peneliti berpendapat bahwa manusia kemungkinan memiliki neuron dengan fungsi yang serupa.
Menurut Alexander Nectow, pemimpin penelitian ini, neuron-neuron yang baru ditemukan ini memiliki perbedaan signifikan dibandingkan neuron lain yang terlibat dalam mengatur rasa kenyang. Biasanya, neuron-neuron yang ada di otak hanya bereaksi terhadap rangsangan tertentu, seperti rasa makanan di mulut atau seberapa kenyang perut kita. Namun, neuron-neuron ini mampu mengintegrasikan berbagai informasi, termasuk rasa makanan, tekstur makanan di mulut, dan reaksi tubuh terhadap nutrisi yang diterima dari makanan.
Menggunakan Teknologi Baru untuk Menemukan Neuron
Penelitian ini menggunakan teknik terbaru yang disebut spatially resolved molecular profiling. Teknik ini memungkinkan para ilmuwan untuk menganalisis sel-sel di batang otak tikus secara lebih mendetail. Dengan cara ini, mereka dapat mengidentifikasi berbagai jenis sel dan memahami fungsi spesifik masing-masing. Dalam penelitian ini, teknik tersebut memungkinkan peneliti untuk menemukan kelompok sel baru yang sebelumnya belum teridentifikasi.
Kelompok sel ini memiliki karakteristik yang mirip dengan neuron yang berperan dalam pengaturan nafsu makan, membuka kemungkinan besar bahwa sel-sel ini memiliki fungsi yang penting. Temuan ini juga memunculkan pertanyaan baru: apa sebenarnya peran neuron-neuron ini dalam proses makan?
Neuron yang Menghentikan Makan Secara Bertahap
Untuk menguji bagaimana neuron-neuron ini memengaruhi perilaku makan, tim peneliti melakukan eksperimen dengan mengaktifkan atau menonaktifkan neuron-neuron tersebut menggunakan cahaya. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa ketika neuron-neuron ini diaktifkan, tikus cenderung makan dalam porsi yang lebih kecil. Yang lebih menarik lagi, intensitas aktivasi neuron ini mempengaruhi kecepatan tikus berhenti makan.
Temuan ini mengindikasikan bahwa neuron-neuron tersebut tidak hanya menghentikan makan secara tiba-tiba, tetapi juga membantu tikus memperlambat laju makan mereka secara bertahap. Srikanta Chowdhury, salah satu peneliti, menjelaskan bahwa mekanisme ini menunjukkan peran penting neuron-neuron ini dalam mengontrol kecepatan berhenti makan, yang jauh lebih halus daripada hanya memberi sinyal untuk berhenti makan secara mendadak.

Peran Hormon dalam Mengatur Neuron-Neuron Ini
Selain mempelajari neuron-neuron tersebut, peneliti juga menginvestigasi bagaimana hormon-hormon yang terkait dengan rasa lapar dan kenyang dapat memengaruhi neuron ini. Hormon-hormon seperti GLP-1 agonist, yang biasa digunakan untuk mengobati obesitas dan diabetes, ditemukan dapat mempengaruhi aktivitas neuron ini.
Selain itu, neuron-neuron ini tidak hanya merespons rasa atau tekstur makanan, tetapi juga dapat “mencium” makanan, “melihat” makanan, serta merasakan bagaimana makanan bergerak dalam mulut dan perut. Semua informasi ini digabungkan untuk memberi sinyal kapan waktu yang tepat bagi tubuh untuk berhenti makan.
Potensi Terapi untuk Obesitas
Meski penemuan ini masih terbatas pada tikus, peneliti percaya bahwa neuron-neuron serupa kemungkinan ada pada manusia. Mengingat struktur batang otak manusia yang serupa dengan tikus, ini memberi harapan baru dalam pengembangan terapi untuk mengatasi obesitas. Penelitian lebih lanjut diharapkan bisa memberikan wawasan lebih mendalam tentang bagaimana tubuh kita mengatur rasa kenyang dan kapan saatnya berhenti makan.
Dengan lebih memahami cara kerja neuron-neuron ini, para ilmuwan berharap dapat mengembangkan terapi yang dapat membantu orang merasa kenyang lebih cepat dan mengurangi kecenderungan makan berlebihan. Ini berpotensi menjadi langkah besar dalam mengatasi obesitas, yang merupakan masalah kesehatan global yang semakin memburuk.
Kesimpulan
Penemuan neuron yang mengatur rasa kenyang ini membuka wawasan baru tentang bagaimana otak mengatur perilaku makan. Dengan lebih memahami bagaimana neuron-neuron ini bekerja, diharapkan bisa dikembangkan terapi yang dapat membantu mengatasi obesitas dan masalah makan lainnya. Ini adalah langkah penting menuju solusi yang lebih efektif dalam menangani krisis kesehatan global yang diakibatkan oleh obesitas.
Referensi:
[1] https://www.cuimc.columbia.edu/news/these-neurons-tell-mice-stop-eating, diakses pada 16 Februari 2025.
[2] Srikanta Chowdhury, Nachiket G. Kamatkar, Wendy Xueyi Wang, Christa A. Akerele, Jiahao Huang, Junlin Wu, Amajindi Nwankpa, Charlotte M. Kane, Varun M. Bhave, Hao Huang, Xiao Wang, Alexander R. Nectow. Brainstem neuropeptidergic neurons link a neurohumoral axis to satiation. Cell, 2025; DOI: 10.1016/j.cell.2025.01.018