Hormon Oksitosin dan Seks Pranikah (Tinjauan Ayat Familiar dalam Pernikahan)

Hormon Oksitosin sebagai Hormon Ketenangan Oksitosin  (OT) adalah hormon neuromodulator yang ditemukan oleh Sir Henry Dale pada 1906 (dalam kelenjar […]

blank
Alvin Faiz sedang melangsungkan akad nikah bersama Larissa Chou (sumber: republika.co.id)

Hormon Oksitosin sebagai Hormon Ketenangan

Oksitosin  (OT) adalah hormon neuromodulator yang ditemukan oleh Sir Henry Dale pada 1906 (dalam kelenjar pituitary posterior), di mana terlibat di dalam pengendalian sifat fisiologi seperti kontraksi uterus, kondisi saat menyusui dan reproduksi antar spesies. Hormon OT  terkandung  sembilan asam amino neuropeptida. Hormon OT ini juga disebut ‘hormon pelukan’ karena cenderung memunculkan kebutuhan kedekatan dan ikatan tetapi bukan bersifat seksual. Di samping itu, secara seksual, hormon OT ini dikeluarkan seiring dengan sekresi hormon lain seperti prolaktin, asam gama amino butirat (GABA) dan endorphin, dimana memberikan efek rasa ketenangan. Hormon ini dikeluarkan oleh  Hypothalamic Corticotropin berupa Peptida β-endorphin (β-E).

blank
Gambar 1. Struktur hormon OT (Sumber: Feldman (2017), Oxytocin: a parenting hormone)

Stani´c (2017) dalam jurnal Psychoneuroendocrinology menjelaskan kondisi Stress (tertekan) kronis merupakan kondisi yang dapat dipertimbangkan pada kinerja fisiologis dan psikologis dan  dari kemunculannya dapat memicu penyakit (hipertensi, diabetes, dan depresi). Pada sisi lain, neuropeptide oxytocin (OT) telah diteliti dapat meningkatkan daya tahan untuk organisme (individu) dari stress dan mengarahkan aktivitas sistem otomatis nervous. Kurang lebih seperti kinerja pada endorphin mengarahkan imun sistem, dan pada penstimulus dari non-spesifik mekanisme pertahanan.

Nah, Sahabat Warstek, ternyata 1400an tahun yang lalu hormon OT tersirat melalui ayat ‘familiar’ di dalam Al-Qur’an. Ayat tersebut biasa terlampir di dalam undangan-undangan pernikahan, ditambah juga dengan doa “semoga menjadi keluarga sakinah (tenang), mawaddah (cinta), rahmah (kasih sayang)”. Sahabat Warstek penasaran dengan  fungsi hormon OT dalam kehidupan? berikut merupakan ayat Al-Qur’an mengenai adanya hormon oksitosin pada manusia.

Tinjauan Ayat Pernikahan mengenai Ketenangan

blank

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS. Ar-Rum[30]: 21).

Di dalam tafsir Ibnu Katsir menjelaskan kandungan ayat ini,

blank

Firman-Nya: (Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri): Dia Menciptakan bagi kalian kaum wanita dari jenis kalian sendiri yang kelak mereka menjadi istri-istri kalian, (supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya) semakna dengan [Al-A’raf: 189]  yang dimaksud adalah Hawa, Allah Menciptakannya dari Adam dari tulang rusuk yang terpendek dari sebelah kirinya. Seandainya Allah menjadikan semua Bani Adam terdiri dari laki-laki dan menjadikan pasangan mereka dari jenis yang bukan dari jenis manusia, misal jin atau hewan, maka pastilah tidak akan terjadi kerukunan dan kecenderungan di antara mereka dan tidak akan terjadi pula perkawinan. Bahkan sebaliknya yang terjadi adalah saling bertentangan dan saling berpaling, seandainya mereka berpasangan bukan dari makhluk sesama manusia.

Kemudian, termasuk rahmat Allah yang sempurna kepada anak-anak Adam ialah Dia Menjadikan pasangan (istri) mereka dari jenis mereka sendiri, dan menjadikan rasa kasih dan sayang di antara pasangan-pasangan itu. Karena adakalanya seorang lelaki itu tetap memegang wanita karena cinta kepadanya atau karena sayang kepadanya, karena mempunyai anak darinya, atau sebaliknya karena si wanita memerlukan perlindungan dari si lelaki atau memerlukan nafkah darinya, atau keduanya saling menyukai, dan alasan lainnya, (Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir).

Di dalam Tafsir Jalalayn menjelaskan bahwa Allah Menciptakan seorang pendamping manusia pertama (Nabi Adam) yaitu Siti Hawa dari jenis yang sama seperti Nabi Adam, yakni Manusia. Kata litaskunu atau konsep sakinah dalam ayat tersebut merujuk kepada makna ketenangan dinamis dan aktif, untuk mencapainya harus dilakukan dengan persiapan yang matang dalam hal fisik, mental, ekonomi sebab diperlukan pemenuhan fisik dan ruhani. Ketenangan (sakinah) dalam berkeluarga tidak hanya secara materiil dijelaskan tetapi juga psikis, hal ini termaktub pada Asbabun Nuzul (sebab ayat diturunkan oleh Allah) pada QS. An-Nisa: 34,

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Abu Saleh, telah menceritakan kepada kami Abu Ma’syar, telah menceritakan kepada kami Sa’id ibnu Abu Sa’id Al-Maqbari, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. pernah bersabda: Sebaik-baik wanita ialah seorang istri yang apabila kamu melihat kepadanya, membuatmu gembira; dan apabila kamu memerintahkannya, maka ia menaatimu; dan apabila kamu pergi meninggalkan dia, maka ia memelihara kehormatan dirinya dan hartamu. Abu Hurairah r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. membacakan firman-Nya: Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita (An-Nisa: 34), hingga akhir ayat.

Hormon OT ini pada intinya membuat seseorang menjadi tenang secara psikis melalui adanya pasangan. Seperti yang disebutkan pada ayat dan tafsirnya, ketenangan muncul akibat adanya seorang laki-laki yang menikahi wanita sehingga memiliki keturunan (reproduksi, menyusui, dsb.), hal ini selaras dengan fungsi hormon OT pada saat menyusui dan bereproduksi. Allah Menciptakan berpasangan-pasangan satu sama lain dari jenis yang sama (sesama manusia), menurut-Nya dengan seperti ini lebih tenang, tenteram dan akhirnya menciptakan kerukunan pernikahan dalam berpasangan. Namun, dewasa ini ada sebuah trend yang sudah menjamur, di mana menunjukkan perilaku berhubungan di luar dari ikatan pernikahan, atau kita sebut dengan freesex atau seks bebas. Apakah hormon OT ini memiliki peran fungsi yang sama saat sebelum pernikahan (pacaran) dengan setelah pernikahan? Apakah terdapat esensi ‘ketenangan’ dari hormon oksitosin terhadap perilaku freesex?

Antara Penyimpangan  Sosial Seks dengan Ketenangan (Tenteram)

Setiawan (2008) dalam Pengaruh Pacaran Terhadap Perilaku Seks Pranikah, mendefinisikan kata seks,

seks adalah suatu ekspresi fisik di atas komitmen, kepercayaan dan saling ketergantung-an yang membentuk pernikahan. Ketika seseorang tersenyum, me-meluk, meremas tangan dengan pasangannya (suami/istrinya) maka pada dasarnya ia tengah melakukan aktivitas seksual (dikutip dari Stenzel dan Krigiss).

Definisi di atas merupakan gambaran umum perilaku pacaran. Perilaku pacaran menghasilkan korelasi antara pacaran dengan perilaku seksual pranikah (Cc = 0,433) dengan hasil penelitian berdasarkan korelasi analisis Coefficient contingency (Cc), dalam korelasi tersebut menunjukkan bahwa pacaran yang dilakukan remaja akan semakin mengarah pada perilaku/hubungan seksual pranikah.

Kegiatan Pacaran akan menimbulkan capaian suatu perasaan aman (feelings of security) dengan pasangannya. Feelings of security ini dapat menimbulkan suatu keintiman seksual pada diri mereka. Tidak beruntung, ketenangan ini tidak berlanjut dalam kurun waktu lama, melainkan mereka (pelaku kegiatan pacaran) dalam melakukan kegiatan seks akan berusaha mencari jalan lainnya seperti safe sex[1]. Akhirnya, tidak terjadi kenyamanan antar pasangan pacaran sebab melakukan safe sex (kontrasepsi) tanpa dasar medis atau dorongan cinta melainkan libido/dorongan seks. Pada intinya, kegiatan ini mustahil mengharapkan suatu keturunan (reproduksi) dari subjek freesex.

Perilaku pacaran yang mendorong pelakunya dalam kegiatan seks salah satunya adalah berciuman (kissing lips), hal ini disebabkan oleh libido dan juga didorong bahwa perilaku ini juga bermakna ‘tidak berbahaya’ bagi pelakunya . Kissing Lips dapat diterangkan dari segi efek kimiawi, selama ciuman yakni sensitivitas bibir menyebabkan otak kita untuk menstimulus tiga bahan kimia, dopamin, oksitosin, dan serotonin, dari ketiga bahan kimia ini bekerja dengan menyalakan ‘pusat kesenangan’ dalam otak kita. Padahal di dalam kehidupan keluarga, salah satu hormon dari ketiga bahan tersebut, hormon Oksitosin, atau dikenal sebagai ‘hormon cinta’, untuk memupuk perasaan kasih sayang cinta yang dilepaskan saat melahirkan dan menyusui.

Penulis sejauh ini belum menemukan perbedaan kinerja hormon pengendali ketenangan pada masa pranikah dengan pascanikah. Ini bertujuan untuk mencari mengapa dikatakan diciptakannya isteri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram di dalam QS. Ar-Rum: 21 penulis mencari makna ketenangan dari sudut kinerja hormon pada subjek (manusia). Demikian penulis dapatkan bahwa ketenangan dalam ayat QS. Ar-Rum: 21 adalah ketenangan yang didapat dari pernikahan, dimana secara kimiawi berpengaruh pada kinerja hormon—salah satunya adalah oksitosin.

Referensi

  • de Boer, Miriam, Kokal, Idil, Blokpoel, Mark, Liu, Rui, Stolk, Arjen, Roelofs, Karin, van Rooij, Iris, Toni, Ivan, Oxytocin modulates human communication by enhancing cognitive exploration. Psychoneuroendocrinology http://dx.doi.org/10.1016/j.psyneuen.2017.09.010
  • Feldman, R & Marian J. B.K. 2017. Oxytocin: A Parenting Hormone. Current Opinion in Psychology 2017, 15: 13–18
  • Imani, N & V.I.S Pinasti. 2016. Kissing Lips sebagai Gaya Berpacaran Mahasiswa Modern di Yogyakarta. Yogyakarta: UNY
  • Kim, S. H, Phillip R. B, Vasso T. 2017. Advances in the role of oxytocin receptors in human parturition. Molecular and Cellular Endocrinology xxx, 1: 1-8
  • Kisriyati. 2013. Makna Hubungan Seksual dalam Pacaran Bagi Remaja  di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Surabaya: UNESA
  • Leyner, M. 2006. Why do Men Fall Asleep After Sex. GoogleBooks
  • Nickel, T. et.all. 2009. Modification Of Endothelial Biology By Acute And Chronic Stress Hormones. Microvascular Research, 78: 364–369
  • Oortega, E., M. A. Forner & C. Barriga. 1996. Effect Of Fl-Endorphin On Adherence, Chemotaxis and Phagocytosis of Candida Albicans by Peritoneal Macrophages. Comp. Immun. Microbiol. infect. Dis., 19(4): 267-274
  • Romlah, S. 2006. Konsep Keluarga Sakinah dalam Perspektif Islam dan Pendiidkan Umum. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
  • Setiawan, R & S. Nurhidayah. 2008. Pengaruh Pacaran Terhadap Perilaku Seks Pranikah. Jurnal Soul, 1(2): 62-69
  • Stani´c, et.al. OXYTOCIN IN CORTICOSTERONE-INDUCED CHRONIC STRESS MODEL: FOCUS ON ADRENAL GLAND FUNCTION. Psychoneuroendocrinology http://dx.doi.org/10.1016/j.psyneuen.2017.03.011
  • _______________________
  • Tafsir AL-Qur’an
  • Abu Al-Fida’ Isma’il ibn Umar ibn Katsir Al-Qurays Ad-Dimsyiq. 2000. Tafsir Al-Qur’an Al-Adzhim. Beirut: Dar Ibn Hazm.
  • Tafsir Jalalayn from software Ayat v. 1.4, published by King Saud University

_______________________

[1] yaitu melakukan seks aman dengan menggunakan kondom, opsi seks,  baca: Setiawan (2008), Pengaruh Pacaran Terhadap Perilaku Seks Pranikah, hal. 68

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *