Potensi Indonesia dengan kuantitas sumber daya manusia yang besar mendorong optimisme bangsa untuk menjadi negara yang maju. Namun, pada kenyataannya masih banyak permasalahan terkait sumber daya manusia yang perlu ditangani. Menurut Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia terdapat tiga isu utama dalam masalah sumber daya manusia (SDM) yaitu kualitas pendidikan yang masih di bawah standar, jumlah perguruan tinggi yang hanya mengacu pada kuantitas, serta persebaran tenaga kerja yang tidak sesuai latar belakang keahlian. Lebih lanjut, kemajuan teknologi terus mendorong industri bertransformasi yang berimbas pada perubahan karakter pekerjaan yang ditawarkan. Akhirnya, faktor-faktor tersebut menjadi pemicu munculnya masalah pengangguran dari kalangan terdidik.
Masalah Pengangguran Terdidik
Data yang dirilis Badan Pusat Statistik menyatakan pengangguran di tingkat SMK dan Universitas pada tahun 2018 meningkat sejumlah 7% dan 17,9%. Analisis penyebab pengangguran terdidik juga diperkuat oleh pernyataan Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) bahwa pengangguran terdidik ini disebabkan adanya mismatch pendidikan dan pekerjaan di Indonesia. Saat ini materi atau kurikulum yang diberikan di sekolah atau universitas banyak yang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan industri. Dampaknya banyak dari tenaga kerja tersebut yang menjadi pengangguran baik karena latar belakang pendidikan yang tidak sesuai ataupun tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang mencukupi.
Kebijakan Existing: Top Down
Dalam implementasinya untuk menanggulangi ketidaksesuaian output atas pendidikan dengan kebutuhan tenaga kerja di lapangan, telah disusun sebuah kebijakan melalui Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja. Namun kebijakan tersebut merupakan implementasi dari sistem top-down yang artinya belum sepenuhnya menjamin permasalahan selesai hingga ke akar.
Usulan Solusi Bottom-Up
Oleh karena itu, sesuai dengan himbauan Menteri Ketenagakerjaan terkait permasalahan pengangguran terdidik, perlu dilakukan solusi yang fokus pada sistem bottom-up. Solusi ini mengacu pada upaya dari dasar yang mendorong tenaga kerja agar memiliki kesiapan dalam bekerja dan meyiapkan diri sesuai lahan pekerjaan yang dibutuhkan sesuai kerangka yang telah dirumuskan melalui kualifikasi nasional.
Solusi ini dapat dupayakan dari tingkat sekolah dasar (SD), tingkat sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), hingga universitas. Campaign melalui media sosial, kegiatan sharing session and discussion, dan pencarian bakat minat menjadi salah satu alternatif dalam rangkaian aktivitas bottom-up. Dalam sistem ini, calon tenaga kerja diberikan wadah yang tepat untuk bertukar informasi dan pengalaman yang dibutuhkan. Sehingga diharapkan mereka dapat memilih bidang ilmu yang sesuai passion dan dibutuhkan oleh lapangan pekerjaan. Pun dalam gerakannya, para tenaga kerja dapat didorong untuk menciptakan lapangan kerja yang akan menyerap tenaga kerja lain dan membantu menumbuhkan tingkat perekonomian di Indonesia.
Solusi solutif dan inovatif tersebut diupayakan untuk menyiapkan tenaga kerja memasuki dunia kerja. Dengan adanya upaya yang menyeluruh dari semua lapisan, semua pihak tentu berharap akan muncul hasil nyata untuk menekan angka pengangguran dan mendorong output sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing optimal.
Referensi
Herman. 2019. Pengangguran Terampil dan Terdidik Kian Meningkat. Diakses pada https://www.beritasatu.com/ekonomi/542933/pengangguran-terampil-dan-terdidik-kian-meningkat
Kemenkeu. 2018. Tiga Isu Utama SDM Indonesia dalam Angkatan Kerja. Diakses pada https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/tiga-isu-utama-sdm-indonesia-dalam-angkatan-kerja/
FEB UB. 2017. Pengembangan Potensi Indonesia, lewat SDA atau SDM. Diakses pada http://hmjie.feb.ub.ac.id/e-weeks/